4. layanan berbayar part 2

Halilintar menatap ke sekelilingnya, melihat reaksi orang orang yang berbeda tepat setelah dokkaebi menghilang. Beberapa orang mencoba keluar dari kereta sementara yang lain memanggil polisi.

"Aku ngantuk, haruskah aku membunuhnya sekarang?" gumam Halilintar seraya menatap kearah kantong yang berisikan ikan hias digenggamannya.

Melirik keseblahnya dapat Halilintar lihat Yoon sangah yang berada didekat Kim Dokja terlihat begitu panik.

"Polisi, polisi tidak menjawab! Apa, apa yang harus aku..."

"Tenang, Yoo Sangah-ssi," ucap Kim Dokja sambil menatap lurus ke mata Yoo Sangah yang tidak fokus. "Yoo Sangah-ssi. Pernahkah Anda memainkan game yang dibuat oleh tim pengembang? Sebuah permainan di mana dunia dihancurkan dan hanya beberapa orang yang bertahan hidup."

" Hah? Apa yang kamu katakan..."

"Pikirkan tentang itu. Kami sedang dalam permainan sekarang."

Yoo Sangah diam-diam menggigit bibirnya.

"Permainan..."

"Ini sederhana. Jangan ragu untuk melakukan apa yang saya katakan. Dipahami?"

"M-Mengerti. Apa yang harus saya lakukan?"

"Diam."

Merasa Yoo Sangah telah tenang, Kim Dokja berbalik menatap kearah Halilintar yang nampak terlihat sangat tenang.

'Begini lagi.' beberapa tahun Kim Dokja mengenal Halilintar, Kim Dokja sudah menghafal kebiasaan Halilintar, dan salah satunya adalah Halilintar yang selalu melamun. Entah apa yang difikirkannya. Kim Dokja tak pernah dapat menebaknya.

"Hali, kau baik baik sajakan?" tanya Kim Dokja cemas. Halilintar menganggukkan kepalanya sebagai respon dari pertanyaannya. "Aku baik."

Kim Dokja menghela nafasnya pelan, kembali memikirkan apa yang baru saja terjadi,

[Tiga Cara Bertahan Hidup di Dunia yang Hancur]

Deskripsi yang hanya ada di novel kini terbentang tepat di depan mata Kim Dokja. Tak pernah terpikirkan dalam benaknya jika novel yang dia baca bakal terwujud.

'Dokkaebi merentangkan antenanya. Ada✅'

'Mayat-mayat berserakan seperti sampah di gerbong. Ada✅'

'Pekerja kantor berdarah gemetar. Ada✅'

'Seorang wanita tua mengerang di kursinya. Ada✅'

Kim Dokja memperhatikan setiap adegan dengan seksama. Itu seperti Neo di Matrix, yang mencurigai kenyataan. Mengamati, mempertanyakan, dan akhirnya diyakinkan... Kim Dokja harus mengakuinya. Kim Dokja tidak tahu alasannya, tetapi tidak ada keraguan tentang itu.

'Cara Bertahan Hidup' telah menjadi kenyataan.

"Novel yang Hyung baca benar benar menjadi kenyataan."

"Kau tidak terlihat terkejut, Hali."

".... Terkejut yah? Tentu saja aku terkejut, sebelumnya kita selalu hidup dengan tenang, dan tiba tiba sekarang kita dihadapkan dengan kehidupan saling membunuh." Halilintar menghela nafasnya berat, mungkin Karna Halilintar selalu sangat baik dalam mengontrol wajahnya membuat orang orang tak pernah sadar akan rasa cemas yang selalu menghantuinya.

"Membunuh? Apa kita memang benar benar harus membunuh hanya untuk bertahan hidup?" Sejak dirinya tiba didunia ini, Halilintar selalu merasa cemas dan takut jika Starstream akan tiba, bahkan jika kehidupan yang sebelumnya Halilintar selalu dihadapkan dengan hidup dan mati, Halilintar sama sekali tak pernah membunuh satu nyawa pun, dia yang besar sebagai seorang pahlawan bumi kini dipaksakan oleh keadaan untuk membunuh sesuatu yang selalu dia lindungi? Itu terlalu berat untuk dia lakukan.

Lalu, bagaimana dengan adik adiknya? Apa yang akan mereka katakan jika mereka mengetahui kakak yang selalu mereka banggakan dan hormati telah menjadi seorang pembunuh? Akankah mereka kecewa? Atau yang lebih parahnya mereka tak akan menganggap dirinya lagi?

Dokja terdiam mendengar ucapan Halilintar, tak peduli seberapa kuat anak itu, tak peduli seberapa dewasanya pemikiran yang dia miliki. Kenyataannya Halilintar tetap seorang remaja, perubahan dunia yang seperti ini jelas cukup untuk membuatnya terguncang.

"Hali ..." Mengatakan pada Halilintar jika ada jalan lain selain membunuh jelas sebuah kebohongan, Karna Dokja tau dengan jelas, di ways of survival jika kau ingin hidup kau harus membunuh. Begitulah aturannya.

"Lupakan ucapanku barusan, kenyataannya manusia memang akan melakukan segala cara untuk bertahan hidupkan?"

"Ayo semuanya! Semua orang tenang. Mulailah bernapas dengan tenang." Dokja lantas mengalihkan perhatiannya tatkala mendengar sebuah seruan yang tiba tiba menjadi pusat perhatian di dalam gerbong.

Dia adalah pria kekar dengan rambut pendek, satu kepala lebih tinggi dari tinggi rata-rata.

"Kamu sudah tenang belum? Tolong hentikan tindakanmu dan perhatikan aku sejenak. "

Orang-orang yang menangis atau menelepon berhenti. Begitu mata semua orang tertuju padanya, pria besar itu membuka mulutnya lagi, "Seperti yang Anda tahu, jika terjadi bencana nasional, gangguan kecil dapat menyebabkan korban jiwa yang besar. Itu sebabnya saya sekarang akan mengendalikan situasi. "

"Apa siapa kamu?"

"Situasi bencana nasional? Apa yang kamu katakan?"

Beberapa orang terlambat pulih dan sangat menentang 'kontrol' dunia. Kemudian pemuda itu mengeluarkan kartu resmi pemerintah dari dompetnya. "Saya saat ini seorang letnan tentara yang bertugas di unit 6502."

Wajah beberapa orang menjadi lega. "Seorang prajurit, dia adalah seorang prajurit."

Namun, masih terlalu dini untuk merasa lega.

"Saya baru saja menerima pesan dari unit saya."

Orang-orang berkumpul di depan smartphone tentara. Halilintar, Kim Dokja serta Yoo Sangah dapat melihat dengan jelas isi pesannya Karna jarak mereka yang lumayan dekat.

'Terjadi situasi bencana nasional tingkat 1. Semua pasukan berkumpul dengan cepat.'

"Letnan tentara Lee Hyunsung..., bukankah dia salah satu partner jonghyuk nanti, Hyung?"

"Ya, itu memang dia."

Kim Dokja jelas tahu siapa dia. Itu adalah pertama kalinya dia melihat wajahnya, tetapi tak ada keraguan. Dia adalah salah satu aktor pendukung utama Ways of Survival.

Pedang Baja Lee Hyunsung.

Sebuah karakter dari novel telah muncul.

"Prajurit-nim! Apa yang terjadi?"

"Aku sudah mencoba menghubungi unitku, tapi..."

"Rumah Biru! Apa yang dilakukan Gedung Biru? Silakan hubungi presiden dengan cepat! "

"Saya minta maaf. Saya hanya seorang prajurit biasa dan tidak memiliki hotline ke Blue House."

"Lalu mengapa kamu mengambil kendali?"

"Demi keselamatan semua warga..."

Saat Lee Hyunsung dengan tenang menjawab pertanyaan absurd, Kim Dokja menyadari bahwa deskripsi dalam novel itu tidak salah.

Namun, apakah Lee Hyunsung awalnya muncul seperti ini? Saat memikirkan pertanyaan rumit ini, Kim Dokja punya firasat aneh.

"Kenapa dia sudah muncul? Bukanya dia muncul diakhir skenario pertama?" Tentunya bukan hanya Kim Dokja yang merasakan keganjilan tersebut.

"Benar, harusnya dia belum muncul sekarang, tapi mengapa?"

Yah, sejujurnya Halilintar sudah mengetahui alasan mengapa lee Hyungsung muncul disini, tidak ada yang salah dari novelnya, hanya saja mereka tidak berada di tempat dimana scene awal novel dimulai. Tentunya dia akan tutup mulut soal ini, biarkan Kim Dokja yang menyadarinya sendiri.

"Perdana menteri sedang berpidato! Ini benar-benar bencana tingkat satu!"

Semua orang menyalakan smartphone mereka pada tangisan seseorang. Yoo Sangah memutar layarnya ke arah Kim Dokja. "...Dokja-ssi, lihat ini."

Tidak perlu memasukkan istilah pencarian. Itu karena hasil pertama untuk semua situs portal adalah 'Pidato Perdana Menteri.' Tentu saja, Kim Dokja sudah tahu isi videonya.

- Kepada semua warga saya, teroris tak dikenal saat ini aktif di sejumlah area yang tidak ditentukan, termasuk Seoul.

Isi pidatonya sederhana. Pemerintah saat ini akan mengerahkan segala cara dan metode untuk memerangi teroris, dan tidak akan pernah ada negosiasi. Jadi, setiap orang harus dengan percaya diri melanjutkan hidup mereka...

"Apanya yang terorisme?" gumam Halilintar mengkritik ucapan perdana menteri, bagi Halilintar kejadian ini jelas bukan tindakan terorisme, jadi bagaimana mereka dapat menyimpulkannya sepertinya itu?

"Tapi di mana presidennya? Mengapa perdana menteri berpidato?"

"Presiden sudah dipukul."

"Apa? Betulkah?"

"Saya tidak yakin. Komentar Naver―"

"Sial, kalau begitu itu palsu!"

" Uwaaaaack! Apa?"

Orang-orang menjatuhkan ponsel mereka ketika suara tembakan terdengar dari mana-mana. Itu berasal dari smartphone mereka.

Chiiiik, ada suara keras, dan darah memenuhi layar. Setelah beberapa saat, orang-orang menahan napas ketika mereka menyadari apa yang telah terjadi.

"P-Perdana Menteri ..."

Perdana menteri telah meninggal. Kepalanya telah meledak secara real-time. Ada beberapa suara lagi seperti tembakan sebelum layar menjadi sunyi. Hal berikutnya yang muncul di layar adalah dokkaebi.

[Semuanya, aku sudah memberitahumu. Ini bukan game seperti 'terorisme.']

Orang-orang kehilangan kata-kata saat mulut mereka menganga seperti ikan mas bodoh.

"Orang orang bodoh." Komentar Halilintar dengan suara kecil yang tak dapat didengar oleh siapapun.

[Apakah kamu masih tidak mengerti? Ini tidak akan berhasil. Apakah kamu masih merasa ini adalah permainan?]

[ Haha, menurut data, orang-orang di negara ini sangat pandai bermain game. Jadi, mengapa saya tidak mencoba meningkatkan kesulitannya?]

bip. Timer besar muncul di udara. Pada saat yang sama, itu mulai menurun dengan cepat.

"Ini benar benar dimulai."

[Waktu yang tersisa telah berkurang 10 menit.]

[Ada 10 menit tersisa.]

[Jika pembunuhan pertama tidak terjadi dalam lima menit berikutnya, semua kehidupan di kereta itu akan musnah.]

"A-Apa ini? Apakah itu lelucon?"

"Apakah kamu tidak mendengar pesan tadi? Hei, tidakkah kamu mendengarnya? "

"Prajurit-nim! Apa yang kita lakukan sekarang? Kenapa polisi tidak datang?"

Kata-kata dokkaebi menyebabkan situasi di kereta menjadi sangat parah sehingga Lee Hyunsung tidak dapat memperbaikinya. Kim Dokja dapat merasakan Yoo Sangah mencengkeram kerahku dengan erat. Mengabaikan itu, Kim Dokja berbalik ke arah Halilintar memastikan dia baik baik saja.

Mendapati Halilintar yang terlihat tenang, membuat Kim Dokja menghela nafasnya lega.

"T-Ada pembunuhan di belakang sana!"

Sebuah teriakan yang menggema diseluruh gerbong sukses membuat Kim Dokja dan yang lainnya berbalik.

Sebuah pemandangan dari gerbong 3907 bisa dilihat melalui jendela lorong.

"Kita harus menjauhkan mereka! Jangan biarkan siapa pun masuk!"

Orang-orang mulai berpegangan erat pada pintu besi, berharap dapat menahan apapun yang berada dibalik pintu itu untuk tidak keluar, tapi itu tidak perlu. Musuh tidak ada di sana sejak awal.

[Semua jenis akses ke kereta akan dibatasi hingga skenario selesai.]

Bersamaan dengan pesan ini, orang-orang terlempar ke belakang dari pintu besi seperti mereka menabrak penghalang transparan.

"A-Apa ini?"

Sekali lagi, suara dokkaebi terdengar, [ Haha, ada beberapa tempat yang cukup menyenangkan sementara tempat lain belum dimulai. Oke, ini adalah layanan khusus. Saya akan menunjukkan kepada Anda apa yang akan terjadi jika tidak ada yang terjadi dalam lima menit ke depan.]

Layar raksasa muncul di kereta bawah tanah. Tempat yang muncul di layar adalah ruang kelas. Gadis-gadis berseragam sekolah biru laut gemetar.

Seorang anak laki-laki menggigit kukunya dan bergumam, "...Apakah itu seragam sekolah Daepong?"

Bip bip bip bip Suara bip yang tidak menyenangkan terdengar.

Kemudian gadis-gadis SMA mulai berteriak.

[Waktu yang diberikan telah habis.]

[Penyelesaian berbayar akan dimulai.]

Setelah pengumuman berakhir, kepala gadis SMA yang duduk di barisan depan meledak.

Satu per satu, satu per satu lagi... Semakin banyak kepala yang meledak. Para gadis SMA berteriak dan berlari menuju pintu atau jendela kelas.

Ahh, uh, bagaimana―"

Alat pembersih rusak dan paku robek, tetapi pintunya tidak terbuka. Tidak ada yang bisa keluar.

Peong, peong. Kepala gadis-gadis sekolah menengah terus meledak. Kemudian seorang gadis SMA mencekik temannya, yang meninggal dengan mengerang. Setelah beberapa saat, satu-satunya yang tersisa di layar adalah siswi terakhir yang melihat sekeliling.

[#Bay23515 saluran. SMA Putri Daepong, Kelas B yang selamat dari Kelas 2: Lee Jihye.]

Sosok gadis di layar menghilang. Kemudian dokkaebi bertanya, [Bagaimana? Menarik?]

Dokkaebi berbicara sambil tersenyum, tetapi orang-orang tidak melihat ke layar lagi. Orang-orang yang melakukan kontak mata secara bertahap menjauh satu sama lain.

"Kotoran! Apa ini?"

Kim Dokja menyalakan smartphone miliknya, seraya menatap sekelilingnya, mencari keberadaan yang menjadi toko utama seharusnya dalam cerita ini. Dirinya bertanya tanya mengapa orang itu masih belum muncul? Sekilas terpikirkan dipikirannya jika ada kesalahan dari novelnya, tapi itu jelas tidak mungkin. Lalu apa?

Hanya ada satu cara bagi Kim Dokja untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, dan tentu saja cara itu adalah dengan membaca kembali the ways of survival, tapi itu mustahil, ceritanya telah dihapus, lalu bagaimana caranya dia dapat membacanya?

Suara notifikasi pemberitahuan pesan masuk diemail smartphonenya, sukses untuk membuat Kim Dokja tertegun sejenak.

Terutama saat dia melihat isi pesan tersebut.

[1 lampiran]

[Tiga Cara Bertahan Hidup di Dunia yang Hancur. ]

***********

Scanenya halilintar sedikit yah, tenang, emang diawal ini bukan panggungnya Hal

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top