17. Putri Ozier Bag.II

Rubby duduk gelisah didalam mobil bersama Ron sepanjang perjalanan menuju Flatnya, pikirannya hanya tertuju pada Kenan.

"Saya bertanya kepada Mr.Rexton malam itu, apa yang dia lakukan namun dia hanya diam dan pergi begitu saja nona." Rubby mengangguk, dia harus pastikan sesuatu, dia melihat kematian ayahnya dan semua itu serupa dengan cara Kenan memperlakukan musuhnya.

"Nona, maaf kan kelancangan saya tapi apakah anda dan Mr.Rexton benar menjalin hubungan?"
Rubby meneteskan air matanya, dan menggeleng.

"Yang aku tahu hanya aku mencintainya Ron." Rubby menggigit ujung kukunya karena dia sangat gelisah.

"Saya berharap anda mematikan perasaan itu nona, karena jika dia tahu anda adalah anak dari tuan Arlan saya takut anda akan dimanfaatkan oleh nya." Rubby hanya diam, ingatannya berputar kepada masa dimana dia dan Kenan bersama.

****

Kenan mengamati sebuah kamera dimana objeknya adalah senjata yang dia buat sendiri.


Penting baginya untuk meneliti setiap detail senjata yang dibuat, terlebih senjata dengan type R93 LRS2 itu adalah senjata yang memiliki keistimewaan lebih dari yang lainnya.
Senjata yang berasal Isny Imallgau kota dibagian Baden Wortemberg Jerman itu dia modifikasi di dua bagian penting.


Senjata itu dipesan khusus oleh seseorang, dan sepertinya Kenan ingin mengantarkan sendiri senjata ini, ini rancangan dia yang terbaru dengan ubahan dibagian laser serta perubahan target yang biasa diselesaikan dalam satu menit oleh sniper handal kini diubah Kenan menjadi hanya dalam waktu tiga puluh detik. Serta senjata dengan panjang empat puluh lima centi itu diubah dibagian lasernya, sinar merah yang dihasilkan laser hanya bisa dilihat oleh sniper.

Chris datang dengan wajah tenang nya seperti biasa dan melihat Kenan yang sedang tersenyum puas melihat hasil buatannya.

"Sir orang yang memesan senjata itu sudah memberikan alamat dimana kita akan mengantarkan pesananya."
Kenan mengangguk lalu mengambil ponsel nya diatas meja.

"Dimana? Ayo temani aku kesuatu tempat lalu ada yang ingin aku tunjukkan kepadamu." Suara Rubby disebrang sana membuat Kenan tersenyum.

"Baiklah aku menjemputmu sekarang."

Ketika sambungan telpon terputus Kenan mengambil jaketnya dan berjalan bersama Chris.
"Apa sudah ada berita dari orang yang mengikuti Rubby?" tanya Kenan masih sambil berjalan.

"Belum sir," jawab Chris mengimbangi langkah kaki Kenan yang cepat menuju mobil.

****

Rubby menggenggam erat tasnya, begitu sampai di Flat nya dia menenangkan pikirannya memikirkan cara yang harus dia lakukan menghadapi Kenan.
Lalu pria itu menelpon untuk mengajaknya pergi, mungkin Rubby akan pakai cara pintas untuk mengakhiri kegelisahannya.

Mobil Kenan dan satu mobil lagi sudah menunggu, hari yang mulai sore membuat Rubby semakin merasa dingin.
Dia masuk kedalam mobil dan tersenyum seperti biasa kepada Kenan, hanya tidak selebar biasanya membuat Kenan heran.

"Jalan Chris." Perintah Kenan.

"Kita akan kemana?" Rubby melihat Kenan yang sedang fokus kepada ponselnya.

"Menemui salah satu pemesan senjata ku, lalu kita akan pergi ke suatu tempat." Rubby mengangguk dan beralih menatap jalan. Kenan yang curiga karena Rubby tidak menyandar dibahu nya seperti biasa melihat wajah Rubby, tapi sepertinya wanita itu tidak sedang murung wajahnya terlihat sama bersinarnya seperti biasa.

Tak lama mobil Kenan memasuki daerah yang cukup sepi, mobil berhenti didepan sebuah halam rumah.

Rubby mengikuti Kenan yang turun dari dalam mobilnya. Dibelakang mereka Chris membawakan tas hitam yang Rubby yakin berisikan senjata pesanan yang akan diantar.

Pintu rumah terbuka, didepan mereka Rubby bisa melihat seorang wanita yang masih muda membukakan pintu untuk mereka.
Tak lama setelah pintu terbuka pria dengan tubuh tegap menghampiri mereka dan berjabat tangan dengan Kenan. Rubby langsung teringat siapa pria ini, dia adalah pria yang Rubby cium tiba-tiba karena penasaran dengan perasaannya kepada Kenan.

Mereka masuk kedalam rumah yang terlihat tenang itu, Rubby tahu mata pria yang sedang berbicara kepada Kenan melihatnya juga sebentar.
"Jadi berita burung itu benar? Kau memiliki kekasih sekarang Mr.Rexton."
Tanya pria itu tersenyum kepada Kenan yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Kenan.

"Jangan mengalihkan apa yang akan kita bahas Keyond."

Keyond mengendikkan bahu tidak perduli sambil menunjuk suatu tempat. "Sebaiknya kita bahas disana." Tunjuk pria itu dan mereka semua bergerak kearah yang dimaksud Keyond.
Tas yang dibawa Chris diletakkan di atas meja billiard lalu dibuka.
Rubby bisa melihat bagaimana indahnya hasil kerja Kenan.

"Sesuai pemesanan senjata ini, aku membuat peluru nya dengan terperinci. Sekali menyentuh kulitmu panas dari sengatan peluru itu bisa langsung mematikan tanpa ampun."
Keyond mengangguk memegang dagunya lalu sebelah tangannya menyentuh senjata itu.

"Kau bisa mengunci target dalam waktu tiga puluh detik, dan laser yang dihasilkan hanya akan dapat kau lihat. Tapi aku minta berhati-hati memakainya Key karna pelatuk ini sangat ringan. Sengaja aku ubah agar mempercepat kematian targetmu."
Rubby meringis membayangkan peluru itu menembus kulit seseorang.

"Aku ingatkan Keyond aku tidak merancang senjata Blaser 93 tactical ini untuk melumpuhkan, senjata ini akan mencabut nyawa."

"Ah aku tahu Ken, dan apa kau berpikir aku pernah melumpuhkan?" Keyond dan Kenan melemparkan senyum sinis sementara Kenan menaikkan alisnya dengan senyum simpul. Rubby hanya diam menatap dua pria berbahaya itu.

Tiba seorang wanita melewati mereka Rubby terkejut bukan main, dia langsung menunjuk wajah wanita itu membuat Keyond dan Kenan melihatnya.

"Kau Veila rigth? Ehm...library curtzon st. Remember?"
Wanita itu mengangguk dan tersenyum tipis kepada Rubby.
Rubby melihat Keyond yang melingkarkan tangannya dipinggang ramping Veila membuatnya tersadar akan sesuatu.

"Ah Veila bisa kita bicara sebentar?" Kenan melihat Rubby, sementara Veila melihat wajah Keyond. Anggukan Keyond membuat Veila sedikit tersenyum dan mengangguk kepada Rubby.
Kedua pria itu kembali melanjutkan obrolannya ketika para wanita mereka pergi meninggalkan ruangan.

Veila membawa Rubby ke taman belakang rumah Keyond, wanita itu menatap Rubby yang sepertinya tidak riang saat pertama mereka bertemu.
"Maafkan aku." Ucap Rubby lalu Veila sepertinya tau kemana arah Rubby akan berbicara.

"Aku memang konyol saat itu, semua karena aku memiliki keraguan dengan perasaanku dan aku mencoba nya dengan ehm...Keyond, tapi sungguh aku bukan wanita penggoda." Perkataan Rubby membuat Veila tersenyum.

"Aku yakin kau tahu aku mencium kekasihmu dengan tiba-tiba, itulah sebabnya kau melihatiku di perpustakaan bukan?"

Veila menggeleng pelan. "Dia bukan kekasihku, Rubby. Lagi pula, semua sudah berlalu kan? Selama dia tidak mempersalahkannya tidak apa-apa." Rubby merasa iri dengan kelembutan wanita didepannya ini.

"Kalau begitu maafkan aku ya?"

"Tidak masalah bagiku," jawab Veila membuat Rubby sedikit heran, tapi dia tersenyum melihat Veila sambil berpikir apakah wanita ini memiliki emosi atau tidak.

Tak lama kedua pria yang tadi melakukan transaksi bisnis itu menghampiri mereka, Kenan mengajak Rubby untuk kembali dan mereka berpamitan.

Chris membukakan pintu untuk Kenan dan Rubby masuk terlebih dahulu kedalam mobil lalu Kenan masuk setelah berjabat tangan dengan Keyond.
"Aku menunggu kabar bahagia darimu menggunakannya."
Kenan tersenyum bagai dewa pencabut nyawa, begitu juga dengan pria bernama Keyond itu.

****

Senja yang mulai datang membuat jalanan semakin sunyi, mobil Kenan berhenti di depan Mansionnya.
Rubby yang tidak banyak bertanya membuat Kenan harus berbicara.

"Kita ke kamar lalu pergi ke tempat yang aku janjikan." Rubby hanya diam sambil menguatkan hatinya.
Dia tidak berpikir lagi kemana Kenan akan membawanya, yang dia pikirkan setelah meminta maaf dengan wanita bernama Veila tadi adalah membunuh Kenan.

Sesampainya dikamar, Kenan langsung menuju kedalam kamar mandi meninggalkan Rubby yang langsung mengambil senjata dari dalam tas-nya, dia memasukan peluru dan membawa senjata itu kedepan kamar mandi.

Kenan mencuci wajahnya bersiap ingin mengganti pakaian, tapi baru dia menarik ujung bajunya ponsel Kenan berbunyi.

"Ya Chris."

"Sir, orang yang diperintahkan mengikuti nona Rubby tewas terbunuh disekitaran jalan menuju markas Ozier."

"Apa ada yang dia laporkan sebelumnya?" Kenan menggeram karena akhirnya siapa Rubby sebenarnya hampir dia dapatkan.

"Tidak ada sir."
Sambungan telpon terputus, Kenan berjalan keluar dari dalam kamar mandi saat dia menekan gangang pintu dan pintu terbuka sebuah pistol mengarah kepadanya dengan jarak yang sangat dekat.

Mata Rubby tidak lagi seperti biasanya, kedua tangannya menggenggam erat pistol itu siap ingin menarik pelatuknya.

"Kau ingin membunuhku dengan senjata yang aku berikan?"
Rubby tidak bergeming dengan ucapan Kenan, kabut hitam meguasai amarahnya.

"KENAPA KAU MEMBUNUH AYAHKU !"
teriaknya membuat Kenan tidak mengerti, tapi Kenan secepat kilat menyimpulkan apa yang dimaksud Rubby.
Dia berjalan maju membuat langkah Rubby otomatis mundur, senyuman iblis Kenan terlihat sangat mengerikan.

"Kau pikir kau siapa bisa mudah membunuhku?" Perkataan Kenan menyakiti hati Rubby tapi dia harus tahu semuanya malam ini.

"Jawab aku, kenapa kau membunuh semua keluargaku?"

"Kau siapa Rubby? Apa ada yang tidak kutahu, apa bisa kau jelaskan ?" Ejek Kenan kepada wanita yang dia lihat seperti wanita yang berbeda saat ini.

"Haslyn Rubby Ozier, itu nama ku. Katakan kenapa kau ada dihalaman Mansion ayahku saat kebakaran itu terjadi?" Kenan menarik tangan Rubby dan menjatuhkan pistol-nya dengan cepat, Rubby yang sedikit terlatih tidak kalah dia berbalik badan mengambil sebuah pistol lagi didalam sepatu boats yang dia gunakan untuk menembak Kenan yang juga mengarahkan senjata kepadanya sekarang, tembakan Rubby mengenai vas bunga menyebabkan bunyi yang menarik perhatian penjagaan Mansion itu.

"Aku bisa saja membunuhmu karena sudah membodohi ku selama ini Rubby." Kenan menarik pelatuk siap menembak Rubby.

"Do it," jawab Rubby tapi Kenan tidak bisa melakukan semuanya, dia tidak gila untuk membunuh wanita yang dia cintai. Meski Rubby tidak tahu apa yang ada dihatinya.
Wanita itu menembak lagi kearah Kenan yang berhasil menghindar, tapi Rubby masih maju untuk mengincarnya.

"Ayo bunuh aku Ken, bukankah itu yang kau inginkan. Keturunan terakhir dari Ozier." Rubby menembak lagi dan kali ini kaca jendela pecah. Chris yang ada dibawah menyadari kegaduhan itu langsung bergerak naik menuju kamar Kenan.

"Bodohnya aku mencintaimu ! Cintaku salah, perasaan ini salah ! Aku membencimu." Rubby bergetar, air matanya tumpah seiring rasa sakit yang kembali menyeruak.
"Kau tahu, kau cinta bagiku setelah ayahku." Isak Rubby terdengar menyayat hati Kenan.
"Tapi semuanya kesalahan, dan harusnya aku tahu pria seperti apa dirimu. Bukannya mencampakkan tubuhku padamu." Tangan yang masih terus menodongkan senjata itu tidak lagi kuat mengarahkan senjata kepada sasarannya.

"Aku tidak bisa membunuhmu ataupun perasaanku, jadi lebih baik aku membunuh diriku sendiri." Pistol yang tadi Rubby arahkan kepada Kenan beralih menuju pelipisnya sendiri. Kenan ketakutan saat Rubby menutup matanya siap menembak, Kenan berlari dengan cepat dan menarik tangan Rubby hingga tembakan Rubby menjadi salah arah, Kenan membuang senjata itu sembarang dan membanting tubuh Rubby kearah tempat tidur.

"Aku tidak membunuh keluarga mu, dan aku disana karena urusan pribadiku. Banyak hal yang harus kau tahu sebelum kau menuduhku."
Pintu kamar Kenan terbuka dan Chris serta anak buahnya ada disana.

"Sir....," ucap Chris tertahan saat Kenan mengisyaratkan agara Chris diam ditempatnya.

"Kau harus mencari tahu kematian ayahmu Rubby, karena itulah yang aku lakukan selama ini."
Kenan pergi dari sana diikuti Chris dan anak buahnya.
Rubby berdiri dan juga langsung pergi, pikirannya kacau, tapi sebelum dia pergi Rubby memasang sebuah kamera kecil dikamar itu, bisa saja Kenan membohonginya.

Setelahnya dia pergi dari Mansion itu menaiki taksi menuju flat-nya.
Dengan hati yang terluka Rubby menaiki satu persatu anak tangga, pandangannya menerawang jauh kemasa lalu.
Setelah kunci terbuka Rubby masuk begitu saja, memilih duduk dengan bersandar di dinding yang terasa dingin membius Rubby untuk tetap berada di masa lalu.

Flash back

Seorang anak wanita dan ayahnya sedang berada disuatu ruangan, menciptakan hal baru adalah kegemaran mereka. Tidak bisa dipungkiri kalau kepintaran ayahnya menurun kepadanya.

"Ayah lihat, robot buatanku berhasil."
Ayahnya mengangguk dan mengecup kening putrinya.

"Haslyn ayah sangat mencintaimu. Ibumu pasti sangat bangga dengan kepintaranmu ini."
Pria yang menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi anak-anak mereka itu adalah Arlan Ozier ayah dari Rubby.
Rubby sangat mencintai ayahnya, karena ayahnya sangat tahu apa yang dia ingin dan butuhkan.

"Ayah apa aku akan sehebat ayah dan kakak?" Arlan mengangguk dan duduk tersenyum didepan putrinya.

"Ayo ayah beritahu kau suatu rahasia,"
Mereka berjalan disalah satu koridor di Ozier Home.

Flash back end.

Rubby menegakkan tubuhnya, maskara yang sudah luntur serta make up yang lainnya sudah sangat berantakan diwajahnya, Rubby berdiri dan mengamuk sejadi-jadinya.
Entah kenapa dia merasa sangat sakit karena Kenan meninggalkannya, dan juga karena Kenan masih dia curigai sebagai pembunuh ayahnya.
Rubby melempar vas bunga kearah meja diruang tamunya, semua perabotan di rumah itu menjadi sasaran. Dia tidak memperdulikan luka ditelapak tangannya yang diakibatkan karena terlalu kuat memegang keramik hias, dia hanya ingin menghancurkan semuanya seperti hatinya yang sudah hancur.

Pria yang melewati Flat-nya terkejut mendengar suara isak tangis, dia melihat pintu yang terbuka dan mengintip sedikit dari luar, matanya membulat saat melihat pemandangan kacau didalam sana.
"Rubby," ucapnya langsung saat sadar dengan keadaan itu, tanpa pikir panjang pria itu masuk kedalam dan menemukan Rubby yang sedang memeluk lututnya sendiri sambil terisak.

"Rubby," suaranya membuat Rubby menegakkan kepala dan memaksakan sebuah senyuman.

"Hai Lukas," paksa Rubby tersenyum tapi tidak berhasil dia tertunduk lagi merasa bodoh dengan semua yang dia lakukan.
Lukas melihat darah yang mengalir dari telapak tangan Rubby dia berlutut dan menarik tangan Rubby.

"Apa kau gila?!" Lukas berdiri lagi mencari sebuah kain atau apapun itu untuk membalut sementara luka Rubby.
Dia menemukan sebuah kain yang tergantung di pembatas dapur Rubby, dengan cepat Lukas membalut luka Rubby dengan pelan.

"Kau ini kenapa? Untung aku yang menemukanmu bukan Betty. Jika adikku yang menemukanmu seperti ini, dia pasti akan pingsan."
Rubby mendengus kesal.

"Keadaanku tidak akan membuat Betty pingsan, tapi kelakuanmu yang akan membuatnya sulit bernafas." Lukas menatap Rubby jengkel.
Wajah Rubby yang berantakan membuat Lukas bertanya-tanya.

"Kau kenapa? Putus cinta atau kau hamil?" Rubby menoyor kepala Lukas dengan tangan kananya.

"Gendong aku, aku ingin bertemu Betty."
Lukas menjauhkan tubuhnya dari Rubby, dia menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mau. Lagipula Betty tidak ada. Di mana sebenarnya dia?"
Lukas bersiap pergi tapi suara Rubby menghentikannya.

"Aku bisa menunggu di rumah Betty. Kaki ku terkena pecahan kaca Luk, please tolong aku. Aku harus bertemu Betty," pinta Rubby memelas. Mengingat Betty membuat air mata Rubby ingin keluar lagi. Dia tidak tau bagaimana reaksi Betty jika tahu siapa dia sebenarnya.

Lukas menarik napasnya berat, kenapa Rubby selalu bisa membuatnya tidak berkutik, sama saja dengan Betty adiknya.
Lukas menggendong Rubby ke Flat adiknya tapi hanya sampai sebatas pintu masuk Lukas sudah menurunkan Rubby.

"Kau ini cantik-cantik selalu saja membuat masalah. Apa kau depresi karena dikejar hutang?" Tangan Rubby yang masih berpegang kepada bahu Lukas ditariknya lalu kembali menoyor Lukas geram.

"Aku bukan dirimu bodoh." Setelah membuka kunci pintu Lukas membantu Rubby menggapai sofa untuk duduk dan pria itu sibuk mengambil kotak obat untuk Rubby lalu membersihkan bekas darah kering dan memperban luka Rubby.

"Kau diam disini, aku akan menelpon Betty. Kenapa dia tidak pulang semalam?" Gumam Lukas berdiri menuju dapur sambil berusaha menelpon adiknya itu.

****

Kenan memakai kaca matanya dan duduk didalam mobil, entah kenapa dia menyuruh orang mengikuti Rubby.
Dia tidak ingin meninggalkan Rubby, tapi sepertinya dia harus melakukannya.

Rubby adalah kunci dia bisa mencari siapa musuh sejatinya.
Karena orang itu pasti akan mengincar Rubby, hanya Rubby yang bisa membuka akses Ozier jadi pasti orang itu menginginkan Rubby, dan saat orang itu mengincar Rubby dia akan keluar dan menghabisi musuhnya.
Ambisinya hanya membunuh musuh misterius yang mengacaukan kehidupannya. Dia dan Rubby mengalami hal yang sama, hanya saja Rubby belum mengerti semua tentang dunia gelap ini.

"Sir, seorang pria bersama nona Rubby. Sepertinya orang itu adalah teman nona Rubby."
Kenan melihat foto Rubby dan pria itu dia mengangguk.

"Pastikan beberapa orang kita mengawasinya terus Chris. Rubby adalah kunci bagiku."

Bersambung.....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top