14. Kenan Rexton

Five Star Hotel Shibuya Japan

Aku melihat wajah serius wanita didepanku yang begitu menggemaskan, dia terlihat sangat hati-hati membersihkan wajah dan tanganku yang terdapat bekas darah. Wajahnya tersenyum saat semua yang dia lakukan selesai, lesung pipi dikedua pipinya menambah kesan manis dirinya.
Aku tidak pernah bertemu dengan wanita seperti dia sebelumnya manis, cantik, terlihat imut dan juga ehm...seksi, membayang tubuh wanita ini saja membuatku gerah seketika.

"My By," kata ku membuatnya menatapku dan tersenyum seperti biasanya, dan perasaan ku lega karena dia tidak muram lagi.

"Yes,Honey?" Jawab nya membuatku geli sendiri dengan tingkahnya yang sekarang menatapku dengan mata berbinarnya.

"Jangan bermimpi," ucapku yang membuatnya terlihat kesal. Tapi dia kemudian seakan gelisah lalu bangkit dari duduknya dihadapanku tadi.

"Ken, apa kau mengenal keluarga Ozier ?" pertanyaan Rubby membuatku terkejut, kenapa Rubby bertanya seperti itu.

"Ya aku cukup mengenalnya, kenapa? Apa kau mengenal mereka juga?"
tanyaku sambil memperhatikan gerak-gerik Rubby, tapi tidak ada yang mencurigakan. Dia terlihat santai dan cuek, hanya senyuman menggodanya itu yang tidak hilang dari wajahnya.

"Tidak, aku mendengar dipesawat kau menyebut nama Arlan, jadi ku pikir apa mungkin Arlan Ozier yang seluruh keluarganya mati mengenaskan itu."

"Lalu?" tanya ku lagi

"Lalu apa? Aku hanya sedikit berpikir kau yang membantai keluarga Ozier itu." Aku tertawa melihat wajah Rubby yang seakan ngeri membayangkan aku yang membunuh keluarga Ozier, pikiran wanita ini benar-benar menari bebas dan lepas.

"Jangan tertawa, cukup jawab saja."

"Jika aku tidak menjawab kau akan melakukan apa?" tanyaku lagi membuatnya semakin kesal.

"Aku mau mandi." Dia bergerak menjauh dariku menuju pintu kamar mandi.

"Ah aku pikir kau akan menciumku."
Dia berbalik badan lalu memicingkan matanya menatapku.

"Tidak mau mengatakan menyukaiku tapi mendamba ciumanku hem?" jawabnya membuatku tersenyum sedikit dan dia langsung menghentakkan kakinya berjalan menuju kamar mandi.

Mungkinkah aku harus menjadikan dia milikku selamanya? Aku tahu kalau diriku selalu bereaksi berlebihan jika sudah dekat dengan Rubby, tapi aku selalu mengontrolnya dengan baik, aku takut saat dia benar menjadi milikku, dia akan pergi meninggalkanku sama seperti ibu yang meninggalkan aku dan ayah.

Musuhku pasti akan mengejar kelemahanku, selalu hal ini yang aku pikirkan. Tapi aku juga rasanya tidak rela kalau Rubby jauh dariku, apalagi jika sampai ada pria yang mendekatinya.

Ponsel ku bergetar dan nama Chris muncul disana.
"Sir, semua sudah siap. Kita akan kembali ke London dalam satu jam ini."

"Baiklah, tunggu aku. Aku sedang bersiap-siap."

"Baik sir."

Tepat setelah sambungan telpon ku matikan aku melihat Rubby keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya. Dalam keadaan seperti itu dia terlihat semakin seksi, sungguh gairah ku terpancing disaat yang tidak tepat.

"Kenapa?" tanyanya nakal karena tahu tatapan mataku melihatinya, dan aku yakin dia sengaja berlama-lama mengerikangkan rambutnya dengan handuk padahal dia bisa memakai hair dryer didalam kamar mandi tadi.

"Cepat pakai bajumu, kita akan berangkat dalam waktu satu jam. Pesawat ku sudah menunggu di landasan."

"Jadi serius kita kesini tidak berjalan-jalan sedikitpun?"

"Tidak."

"Is...kau sungguh pelit," katanya membuat aku gemas dengan ekspresinya itu. Aku mendekatinya dan menarik tali bath rob yang dia kenakan sambil menatap matanya lekat.

"Akan ku beritahu kau sesuatu, pertama kita ke sini hanya untuk mengecoh orang yang mengikutimu, di London orang-orang ku sedang menyelidiki siapa yang selalu mengikuti mu, kedua aku dan Chris memiliki pekerjaan rahasia disini dan semua sudah Chris lakukan dengan aman. Ketiga, terimakasih kepadamu karena orang-orang bodoh itu mengira aku membawamu berjalan-jalan."
Kataku membuat Rubby tidak berkedip, namun dia mendorong tubuhku menjauh darinya.

"Dan orang bodoh yang kau maksud itu termasuk aku." Kulihat dia meloloskan bathrob yang dia kenakan dan berjalan dengan santainya didepanku mengambil pakaiannya dan memakainya didepanku. Wanita ini benar-benar mengujiku, dia tersenyum kepadaku dengan santainya.

"Jangan mendekat jika kau tidak mau mengakui perasaanmu kepadaku."
Wanita bernama Rubby ini sungguh memiliki seribu cara menggoda ku ternyata, dan lucunya dia selalu menginginkan aku mengatakan menyukainya dan menginginkannya.
Tanpa banyak bicara kutarik cepat pinggangnya dan mencium bibirnya, agar dia tahu kalau aku tidak bisa dipaksa.
Ciuman lembut yang aku berikan semakin dalam karena rasa bibir yang aku rasa sungguh manis dan memabukkan. Tanganku menyapu lekuk tubuhnya yang indah, tapi tidak kusangka Rubby menggigit bibirku kecil, dan karena terkejut aku melepaskan pagutan dibibir manis itu.

"Sudah ku katakan jangan menyentuhku lagi sebelum kau mengatakan perasaanmu padaku."
Semburat merah dipipinya membuatku tahu dia juga menginginkan cumbuanku lagi, tapi ternyata dia sangat berusaha keras dengan keinginannya itu.

"Fine, aku tunggu dibawah."
Kulirik sekilas dia yang mencebik dan aku pergi masih dengan pikiran kepada dia yang begitu menggodaku.

***

Chris menungguku di Lobby Hotel yang penuh dengan orang-orang ku, Chris adalah orang yang paling kupercaya dari semua anak buah ku, selain bisa dipercaya Chris juga tahu semua tentang apa yang tidak aku suka dan juga semua rahasia keluarga serta rahasia pribadi ku, ayahnya mengabdi kepada ayahku sampai akhir hayatnya, dan sepertinya Chris juga begitu karena tidak pernah sekalipun pria itu mengecewakanku.

"Sir, kapan anda bisa memantau perusahaan baru anda? Semua jenis mobil yang sudah kita modifikasi dari pesanan anda kepada pihak Ferari sudah ready, laporan nya sudah saya kirimkan ke email pribadi anda."
Kabar bahagia dari Chris membuatku tersenyum kepadanya.

"Bawakan aku salah satu dari hasil tanganku sendiri Chris, aku akan mencobanya terlebih dahulu baru kita akan meresmikannya, ah...musuhku akan semakin banyak pasti." Chris ikut tersenyum dan tak lama Rubby datang memberhentikan perbincangan kami.
Wangi dari tubuhnya menguar memberikan sengatan kepada tubuhku untuk merangkulnya.

Matanya membulat saat tanganku memeluk erat pinggangnya, dan dia tersenyum sangat manis kepadaku.

"Ah....sepertinya aku tahu apa yang harus aku lakukan dengan si genit ku ini."

Bersambung...

Part ini masih ada lanjutannya. Tapi sengaja ku gantung 🤣🤣

Jadi yang mau aku lanjut silahkan diserbu dulu dengan koment dan VOTE tentunya.

😘😘😘

Kaburrrrrrrrr......

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top