03; Hogwarts

Neville, Ginny, dan juga Luna menatap Lily dengan tatapan heran begitu juga dengan pria yang ada di ambang pintu geser disana. Ia memperhatikan Lily yang masih menunggu jawabannya, sebelum tersenyum. Wajahnya sangat tampan saat tersenyum, bahkan terlihat wajah Ginny merona kemerahan.

"Apa kita pernah bertemu?"

"Ah," Lily menyadari, jika pemuda itu bisa terlihat oleh Ginny dan yang lainnya tentu itu bukan Tom yang ia kenal, "tidak, kau mirip dengan seseorang yang kukenal."

Lily ingat bagaimana Dudley dan kedua orang tuanya selalu mengatakan ia gila karena berbicara sendirian dan hanya menulis buku harian, menceritakan seseorang yang tidak pernah ada sebelumnya.

"Jadi, boleh aku duduk disini?" 

"Ah--"

"Tentu boleh," Ginny memutus perkataan Lily dan menggeser badannya. Lily tampak sedikit ragu, namun pada akhirnya menggeser ke sisi lainnya hingga menyisakan sedikit ruangan diantara dirinya dan Ginny untuk pemuda itu duduk.

"A-aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Apakah kau murid baru?" Neville yang berada di tahun kedua tentu saja yang paling tahu apakah pemuda itu ada di Hogwarts tahun lalu atau tidak.

"Ya, aku akan memasuki tahun kedua di Hogwarts. Aku berasal dari sekolah Durmstrang sebelumnya," pemuda itu menjelaskan asal usulnya, Thomas Krum, dari sekolah Durmstrang yang pindah ke Hogwarts karena kedua orang tuanya pindah. Pemuda yang ramah juga sangat berkarisma. Lily yakin tidak akan butuh waktu lama untuknya menjadi terkenal di Hogwarts.

Mereka sedang berbincang saat pintu geser kembali terbuka sedikit kasar. Kali ini seorang pria dewasa dengan pakaian yang sedikit kusam berdiri, memandangi Lily dengan wajah kagetnya.

"Lily?"

...

"I-iya?" Lily tampak sedikit gugup karena ia tidak pernah melihat pria didepannya yang langsung mengetahui namanya. 

"Kau mengenalnya Lily?" Ginny berbisik dari samping Thomas dan Lily menggeleng. 

"Oh maaf," pria itu tampak seolah menyadari sesuatu dan berdehem, "kalian baik-baik saja? Dementor tadi cukup mengganggu... Ingin cokelat?"

"Terima kasih," semua orang mengambil selain Thomas yang menolak dengan alasan tidak suka manis. Remus Lupin, itu yang diperkenalkan namanya. Pria itu mengatakan Lily mirip seseorang yang ia kenal, dan semua orang di gerbong itu memandangi Lily karena perkataan itu terdengar dejavu

"Lily!" 

Sekali lagi seseorang akan masuk, Lily menghela napas karena melihat yang datang adalah kakaknya Harry. Ia tersenyum, tampak memiringkan kepalanya karena Harry tidak menjawab selama beberapa saat dan tampak panik, "kau tidak apa?"

"Tidak apa, Tom--maksudku Thomas membantuku," Harry menatap Thomas yang tersenyum dan mengangkat sebelah tangannya. Dahinya berkerut tidak terlalu suka namun pada akhirnya mengangguk. Professor Lupin tampak berbalik dan pergi dari gerbong setelah berpamitan dan Harry juga kembali ke gerbongnya setelah meyakini bahwa Lily baik-baik saja.

Mereka berbincang bersama beberapa saat, sebelum Neville menyadari mereka akan sampai dan pada akhirnya bersiap sendiri-sendiri untuk memakai seragam mereka.

***

"Tahun ini kita akan kedatangan murid baru yang berasal dari Durmstrang. Ia akan diseleksi dengan topi seleksi bersama dengan anak-anak tahun pertama," Dumbledore menerangkan saat aula utama terbuka dan mereka sudah berbaris didepan menunggu dipanggil oleh Mcgonagall. 

"Untuk sekarang, Professor Mcgonagall akan memanggil nama tahun pertama satu per satu untuk kemudian diseleksi didepan. Silahkan Professor Mcgonagall," Professor Mcgonagall mengangguk, membuka Quill yang ada ditangannya dan membacakan satu per satu nama yang ada disana.

"Ginny Weasley?"

Ginny yang ada disamping Lily dipanggil terlebih dahulu. Ia berjalan, duduk di kursi yang ada didekat sana sebelum dipakaikan topi seleksi di kepalanya. 

"Weasley lainnya tahun ini. Berbakat, pemberani, dan tentu seperti Weasley lainnya... sangat cocok di GRYFFINDOR!" semua orang bersorak, paling keras dari meja Gryffindor, si kembar, Percy, juga Ron, Hermione, dan Harry               tampak menyambut Ginny yang sudah berjalan dengan girang. Ia segera menoleh pada Lily, seolah menunggu ia akan diseleksi masuk Gryffindor juga.

"Luna Lovegood?"

Luna dipanggil setelah Ginny dan hanya ada sedikit orang termasuk Lily. Luna dengan tenang tampak duduk di kursi itu, menunggu topi seleksi untuk menyeleksinya. Gumaman pelan tidak begitu jelas terdengar dari topi tersebut, namun ia tidak butuh waktu lama untuk memutuskan.

"RAVENCLAW!"

Tepuk tangan itu tampak terdengar dari meja Ravenclaw, Ginny tidak begitu senang karena temannya tidak berada satu asrama dengannya. Ia hanya berharap jika Lily akan masuk asrama yang sama dengannya. Nama-nama selanjutnya dipanggil, beberapa masuk Gryffindor dan beberapa masuk Hufflepuff, Ravenclaw, dan Slytherin.

Hingga hanya tinggal Lily yang belum dipanggil saat itu.

"Lily Potter?"

Saat namanya dipanggil, tentu terdengar suara bisikan-bisikan bagaimana orang-orang yang hanya mendengar jika keluarga Potter memiliki satu anak lagi terdengar. Harry sendiri tampak tersenyum, seolah menunggu adiknya akan dimasukkan ke asrama yang sama dengannya.

Sementara di meja pengajar, tampak salah satu pengajar berambut hitam panjang dengan pakaian serba hitam itu--Severus Snape--menoleh dengan cepat kearah Professor Lupin yang tampak menggeleng seolah mengatakan ia tidak tahu apapun. Sepertinya semua orang selain yang bertemu dengannya juga Professor Dumbledore terkejut melihat keberadaan Lily.

"Potter yang lain? Aku tidak pernah menyangka hal ini, kau punya bakat yang sama dengan kakakmu. Tidak perlu diragukan, ambisi yang besar, hm..." topi seleksi hanya bergumam diatas kepala Lily, gadis itu menunggu dengan tenang sambil memperhatikan sekeliling. Ia tidak begitu peduli dengan penempatan asrama meski Slytherin terlihat tidak bersahabat ketimbang dengan asrama lainnya.

"Slytherin!"

Lily tampaknya baru sadar dari lamunannya saat Mcgonagall melepaskan topi seleksi dari kepalanya. Matanya sedikit membulat, menoleh pada Harry yang sama terkejutnya dengan adiknya. Ia tidak ingin membuat semua orang hanya menunggunya, segera berjalan ragu-ragu dan menuju kearah meja asrama Slytherin dimana semua orang memperhatikannya.

'This is so awkward...'

"Apakah aku boleh duduk disini?" Lily baru saja akan duduk disamping seorang pemuda berambut platina saat gadis berambut hitam bob disamping pemuda itu menggeser terang-terangan tubuhnya agar Lily tidak duduk disamping pemuda itu.

Lily mengerutkan dahinya dan memutar bola matanya, duduk disamping gadis itu yang tadinya ditempati olehnya. 

"Baiklah, sekarang murid pindahan dari Durmstrang bisa masuk dan duduk di kursi ini untuk diseleksi," semua orang tampaknya cukup tertarik, dan Lily segera menoleh untuk melihat Thomas yang akan masuk. Beberapa gadis sudah berbisik-bisik saat melihat pemuda itu beberapa berwajah merona, "Thomas Krum?"

Pemuda itu hanya tersenyum dan mengangguk. Ia berjalan, duduk di kursi tersebut dan topi seleksi itu tampak akan dipakaikan saat ia segera berbicara lantang.

"SLYTHERIN!"

Seolah tahu jika ia akan dipilih ke asrama tersebut, Thomas segera berjalan  berdiri dan menuju ke meja yang ada disana. Ia dengan santai menempati tempat duduk disamping Lily meski beberapa gadis Slytherin tampak mencoba menggeser orang-orang disamping mereka dengan harapan pemuda itu akan duduk disamping mereka.

Thomas hanya tersenyum saat Lily juga memandanginya dengan tatapan kaget.

***

"Lily!"

Sambutan murid baru selesai, dan saat Lily akan mengikuti prefect Slytherin menuju asrama langkahnya terhenti saat mendengar kakaknya memanggil. Ia juga melihat Ron dan Hermione disana memandanginya dengan pandangan cemas.

"Ada apa Harry?"

"Slytherin... apakah ada yang mengganggumu disana?"

"Ini bahkan baru malam pembukaan, kau terlalu khawatir," Lily tertawa dan menggelengkan kepalanya, namun di dalam pikirannya sendiri ia mengingat bagaimana beberapa kali murid-murid mencoba untuk mengganggunya. Mereka mencoba untuk mempermalukannya dengan menyenggol makanan dan minuman, juga hendak menyenggol dirinya hingga jatuh.

Jika bukan karena--

"Potter," ia baru saja akan berbicara kembali pada kakaknya saat suara itu membuatnya menoleh ke belakang dan menemukan Thomas disana menyentuh salah satu bahunya, "mereka akan meninggalkanmu."

"Yang benar saja?!" Lily menoleh pada kumpulan murid baru yang sudah keluar dari aula utama. Bahkan mereka tidak mau repot-repot mengecek apakah murid baru sudah ada atau tidak, "Harry, aku akan kembali ke barisan, tenang saja aku tidak kenapa-kenapa!"

Lily berbalik dan mengibaskan tangannya pada Harry sebelum Harry bisa mengatakan apapun.

"Terima kasih sudah menungguku Tom--Thomas."

"Tentu saja."

***

Malam itu semuanya berjalan cukup lancar, meski Lily sedikit kerepotan mencari kamar karena tidak semua murid mau untuk sekamar dengannya. Sepertinya reputasi kakaknya benar-benar buruk dimata mereka. Pada akhirnya, Lily mendapatkan sebuah kamar meski harus berada di kamar yang sama dengan Pansy Parkinson.

Gadis yang dengan sinis menggeser tubuhnya agar ia tidak bisa duduk di penjamuan awal sebelum ini.

"...tter...Potter?"

Suara itu terdengar pelan, namun sangat dekat. Kehangatan selimut membuai Lily hingga ia hanya bergumam dan mengerang pelan. Suara tawa terdengar, "Potter, kau harus bangun sekarang..."

"Ugh, tidak diluar dingin..."

"Kau akan terlambat jika tidak bangun," Lily yang terbiasa tidak sekolah dan selalu berada di rumah baru saja menyadarinya dan membuka matanya dengan cepat. Posisi tidurnya yang menyamping membuatnya hanya melihat kearah ranjang sampingnya yang sudah rapi.

Tidak ada orang disana.

Dan saat ia menoleh kehadapannya, Thomas berada cukup dekat dengannya dan tersenyum padanya. 

"Selamat pagi, kau akan terlambat jika belum sampai di kelas 5 menit lagi," Lily membutuhkan beberapa detik untuk sadar bahwa Thomas saat ini berada dalam posisi yang sangat dekat hingga hanya pemuda itu yang bisa Lily lihat saaat dalam posisi sekarang.

"AAH!"

***

"Kudengar mereka tidak ingin membangunkanmu karena malas. Karena kasihan kau akan sendiri jadi aku menunggumu bangun," Thomas tampak berjalan disamping Lily sambil memegangi pipi kanannya karena Lily tidak sengaja menamparnya karena kaget.

"Tetapi kalau begitu kau juga akan terlambat."

"Tidak perlu memikirkannya, nah itu kelas ramuan," hari pertama kelas pertama adalah ramuan, dan tanpa disadari mereka berdua sudah berada di depan pintu kelas yang memang cukup dekat dengan asrama Slytherin.

"Bagaimana denganmu?"

"Kelas ramalan, dengan kelas Gryffindor juga."

"Bukankah itu di menara utara? jauh dari tempat ini," Lily membulatkan matanya mendengar perkataan dari Thomas. Pemuda itu sendiri hanya bisa tertawa pelan.

"Tidak apa, aku bisa berlari cepat. Sebaiknya kau masuk sebelum--" pintu terbuka saat mereka berdua sedang berbincang. Professor Snape, pengajar ramuan tampak memandangi keduanya dengan tatapan datar.

"Jika kalian memang ingin membolos, sebaiknya tidak kalian lakukan didepan kelas Miss Potter, Mr. Krum..."

"Maafkan saya Professor Snape, dan maaf karena sudah terlambat," Lily tampak menunduk sedikit takut karena tatapan Snape padanya. Dan ia bahkan masih bisa merasakan Snape menatap dirinya entah kenapa.

"Duduk di kursi yang masih kosong Miss Potter, secepatnya atau aku akan mengurangi 10 poin Slytherin."

Lily tidak mau disalahkan karena poin yang berkurang, ia bahkan belum memiliki teman. Ia tidak ingin semakin dibenci. Dengan segera ia masuk bahkan sebelum ia bisa berpamitan dengan Thomas. Pemuda itu sendiri tidak begitu mempedulikan jika gadis itu berpamitan dengannya atau tidak.

Ia memandang pada Snape yang menatapnya sedaritadi, sebelum tersenyum dan berjalan kearah ruangan ramalan.

***

Ginny berada di kelas yang berbeda beberapa hari setelah itu. Gryffindor tahun pertama berada satu kelas dengan Ravenclaw yang artinya dua temannya--Ginny dan Luna--tidak bersama dengannya. Lily sama sekali tidak mendapatkan teman selain mereka berdua, anak-anak Slytherin hanya bisa mengejek juga mengatai Lily yang entah bagaimana diketahui tidak bersekolah sebelum di Hogwarts.

"Memang kenapa jika tidak bersekolah? Aku juga cepat menyerap pelajaran, lebih daripada si muka sapi itu," Lily berdecak kesal dan berjalan dengan langkah yang ditapakkan dengan kencang. Kelas kosong saat itu, Lily berjalan hingga keluar dari bangunan sekolah menuju kearah danau hitam.

"Harry, Hermione, dan Ron juga hari ini sedang pelajaran di hutan. Aku benar-benar bosan," Lily mendesah kesekian kalinya, "semua orang yang kukenal baik sedang tidak berada disini. Aku benar-benar tidak tahu harus kemana."

"Danau hitam pilihan yang bagus kurasa."

"GAH!" Lily menoleh ke belakang untuk menemukan Thomas yang berdiri dan tampak tersenyum kearahnya. Jantungnya berdetak cepat karena kaget, mengusap dadanya dan menatap Thomas, "ka-kau mengagetkanku!"

"Kau bergumam sendiri, aku hanya ingin menghampiri."

"Ah begitu, ngomong-ngomong bukankah kau ada kelas perawatan satwa sihir? Dengan asrama Gryffindor kan?" Lily berjalan kearah danau hitam bersama dengan Thomas yang mengikutinya.

"Ya, tetapi ada kecelakaan kecil jadi kelas dibubarkan lebih cepat."

"Ada apa? Apakah Harry dan yang lain baik-baik saja?" Lily menatap kearah Thomas yang mengangguk mendengar pertanyaan itu. Lily menghela napas, Harry itu seperti magnet masalah, dari surat-suratnya saja sudah terlihat jika Harry hampir selalu mendapatkan masalah dengan rasa ingin tahunya itu.

"Kau tidak menanyakan keadaanku?"

"Eh?" Lily menoleh dengan segera kearah Thomas yang tersenyum dan menatap kearahnya, "ehm maksudku, kau ada disini dan tampak baik-baik saja. Jadi kukira kau pasti baik-baik saja dan aku--"

"Aku hanya bercanda," Thomas tertawa dan menggelengkan kepalanya, "lagipula hanya cakaran Hippogriffin yang mengenai Malfoy, bukan hal yang penting."

"Kau tahu itu terdengar kejam bukan?"

"Aku serius, hanya cakaran kecil ia tidak akan mati," Thomas tertawa dan berhenti saat mereka tiba di danau hitam. Lily melihat betapa luasnya danau itu, dan segera berlari duduk di tepi danau tersebut.

"Lebih luas daripada yang kulihat sebelumnya."

"Sebelumnya? Kau sudah pernah kesini?" 

"M-maksudku hari pertama aku sempat kemari karena penasaran. Iya begitu," Lily mencoba untuk mencari alasan dan berharap itu cukup untuk mengecoh Thomas. Pemuda itu mengangguk-angguk. Mereka berbincang bersama di danau selama beberapa saat, entah kenapa Lily merasa cukup nyaman berada didekat Thomas seolah ia sudah lama mengenalnya.

"Sudah cukup malam. Apakah kakakmu tidak akan mencarimu?"

Lily menoleh kearah langit yang semula tampak masih terang sekarang menjadi sedikit remang. Bisa ia lihat Dementor yang terbang diatas mereka, Dumbledore tampaknya memberikan peringatan pada para Dementor untuk tidak turun sedikitpun melebihi puncak menara tempat asrama Ravenclaw yang ia tahu berada sangat tinggi. Menara paling tinggi di Hogwarts.

Mendadak ia merasa merinding, mengingat apa yang dilakukan oleh makhluk itu padanya di kereta begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh makhluk itu pada Harry kakaknya. Ia tidak segera bergerak, namun hanya bisa memandangi makhluk itu yang beterbangan bak

"Potter?"

Ia tersentak saat Thomas menepuk pundaknya.

"T-Thomas jangan melakukan itu tiba-tiba."

"Tetapi aku memanggilmu beberapa kali, kau melamun sepertinya," Thomas tampak terkekeh pelan. Pandangannya tampak dingin, meski ia pemuda yang selalu mengumbar senyuman, "takut dengan makhluk itu?"

"Dementor?" Thomas mengangguk.

"Kurasa, maksudku saat mereka menyerangku di kereta semuanya seperti sangat sunyi. Kebahagiaanku seolah diserap oleh  mereka," Lily mengusap bahu kanannya dan menghela napas, "kau sendiri apakah kau tidak takut?"

"Tidak sebenarnya," ia bergumam dan melihat kearah Dementor yang tampak terbang sebelum membungkuk dan menyamai tingginya dengan Lily. Lily sedikit tersentak karena wajahnya sangat dekat dengan Thomas kala itu, "aku hanya membayangkan mereka seperti kain lusuh compang camping yang terbang karena angin."

...

Lily terdiam, kini ia benar-benar tampak memandangi Dementor yang ada diatas mereka, membayangkan seperti yang dikatakan oleh Thomas. Bukannya takut, kali ini ia hanya tertawa membayangkan hal itu.

"Benar juga, mereka jadi tidak menyeramkan."

"Tetapi kau juga harus berhati-hati dengan mereka jika mendekat. Meski bentuknya seperti itu, mereka sangat berbahaya," Thomas menjelaskan, tentu saja Lily mengerti karena ia pernah mengalaminya sendirian, "ayo, semakin malam disini akan semakin dingin."

***

Entah kenapa Lily merasa perbincangannya dengan Thomas selalu tidak pernah habis. Thomas adalah pemuda yang bisa memancing pembicaraan hingga jarak dari danau hitam hingga kastil yang cukup jauh tidak terasa olehnya. 

"Silahkan," Thomas membuka pintu depan dari Hogwarts mempersilahkan Lily untuk masuk. Usianya dan Thomas hanya berjarak 1 tahun lebih tua Thomas, namun sifat pemuda itu sangat dewasa cukup untuk membuatnya menjadi sangat dikenal oleh hampir seluruh murid dan guru di Hogwarts sebagai anak yang baik.

"Kurasa waktu berjalan lebih cepat daripada biasanya, mungkin karena aku berbincang denganmu?" Lily tidak sadar sudah mengatakan hal itu dan membuatnya menutup mulutnya, "ma-maaf aku tidak sadar mengatakannya terlalu keras."

Thomas tidak mempermasalahkan itu, ia hanya tertawa dan menggeleng.

"Aku juga berpikir seperti itu," Thomas mengusap kepala Lily, "and it's kinda cute."

Sungguh, itu membuat Lily tidak bisa berkata apapun bahkan hanya untuk mengucapkan terima kasih. Selain Harry, tidak ada yang memperlakukannya lembut sebelum ia datang ke Hogwarts. Itupun hanya beberapa orang yang memperlakukannya seperti itu seperti keluarga Weasley, juga anggota Gryffindor seperti Neville, Dean, Seamus, Oliver, juga teman-teman kakaknya.

"A-aku ehm..." Lily memalingkan wajahnya, mencoba untuk mencari pembicaraan.

"Lily!" Namun, beruntung suara Harry membuatnya memiliki alasan untuk tidak menjawab. Ia menoleh kearah Harry yang menghampirinya, "aku mencarimu kemana-mana, kukira terjadi sesuatu padamu."

"Hm? Tentu saja tidak, memang kenapa?"

"Sirius Black sedang berada di dekat sini. Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padamu," Lily mengangguk-angguk, ia ingat di bus malam itu, ada berita di koran jika tahanan Azkaban kabur. Mereka bilang Azkaban adalah penjara sihir yang paling ketat, jadi jika seseorang bisa sampai kabur, maka orang itu bukanlah orang biasa.

"Tenang saja, aku tidak sendirian, aku bersama dengan Thomas."

Harry mengerutkan dahinya, menatap kearah Thomas yang tersenyum padanya. 

"Itu jauh lebih tidak aman lagi," Harry bergumam diantara helaan napasnya, Lily menatapnya bingung dan memiringkan kepalanya, "sudahlah, ayo. Ginny dan juga yang lainnya menunggu."

"Eh tetapi apa tidak apa aku selalu makan di meja Gryffindor?"

"Tidak ada yang mempermasalahkannya," Hermione menjawab, Ron mengangguk. Lily tampak menoleh kearah Thomas yang tidak mempermasalahkan mereka bertiga yang begitu saja meninggalkannya, "atau kau ingin berduaan dengan Krum?"

Hermione berbisik, tampak menggoda Lily.

"H-Hermione!"

"Aku hanya bercanda," Hermione tertawa puas karena reaksi dari Lily yang wajahnya merah padam. 

"Maaf Tom," Lily tidak sempat membenahi panggilan Thomas saat ia sudah ditarik Harry. Ia menoleh pada Thomas yang mengangguk dan melambaikan tangannya, berdiri sama sekali tidak tertarik untuk berjalan menghampiri Lily dan juga yang lainnya.

...

"Gadis bodoh..."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top