kedua ,

Aku tidak tahu apa-apa tentang dia, bahkan perkara nama. Yang kutahu hanyalah dia seangkatan denganku, sama-sama murid kelas dua. Pada dasarnya, aku memang tidak merasa harus kenal dengan siapa saja. Termasuk anak lelaki yang kemarin menyapaku tatkala senja.

Tapi hari itu, sambil melangkahkan kaki menyusuri koridor, kutemukan jejak sepatu yang terbilang kotor. Netra mengikuti arahnya, dan seketika pandangan jatuh ke murid yang berdiri di depan kantor guru, sementara omelan penjaga sekolah tumpah seperti tangki bocor.

"Gojo Satoru!" suaranya menggelegar, cukup keras untuk kudengar. "Sudah tahu sepatumu kotor habis main bola di lapangan becek. Kenapa kau tidak menggantinya dulu?"

Cengiran lebar menggantung di paras si lelaki bermahkota salju, "Tidak sempat!"

Aku langsung melotot. Kenapa dia ini begitu sembrono?

Sesuai dugaanku, omelan penjaga sekolah makin panjang. Helaan napas pelan kubuang. Kuteruskan langkah, melewati si pemuda tanpa berniat menaruh pandang.

Meski demikian, di luar kesadaranku, satu nama baru mulai menyelinap ke dalam kalbu.

Gojo Satoru.

Nama yang nantinya, sedikit demi sedikit, akan menemaniku mengarungi perjalanan waktu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top