H
Butuh waktu 3,789 detik bagi (Fullname) untuk memproses hal yang terjadi di depannya.
Neuron yang biasanya bekerja nol koma sepersekian detik itu itu kini bekerja lebih lambat dari biasanya tatkala netranya menangkap visual tak biasa yang ada di hadapannya.
Bokuto Koutarou
Pemuda berusia 18 tahun yang bibirnya selalu membentuk kurva lebar dengan iris emas yang dipenuhi api percaya diri, surai perpaduan warna hitam dan putih yang selalu berdiri tegak layaknya jambul burung hantu.
Kini, pemuda itu menampakkan visual yang berbeda dari kesehariannya. Membuat orang-orang di sekitar tergugu dibuatnya.
Rambut yang biasanya tegak itu kini terlihat loyo, jatuh menutupi dahi dan perpotongan telinga. Bahkan ada helaian-helaian yang hendak mencapai mata. Iris yang selalu berbinar-binar itu terlihat sayu, namun tampak teduh di waktu yang bersamaan. Bibir yang biasanya mengurva lebar kini hanya menampilkan kurva tipis tampak seperti garis.
Bokuto Koutarou. Pemuda dengan sejuta semangat tiap harinya kini tampak kalem dengan visualnya sekarang. Ya, kalem. Penulis akan ulangi lagi.
K A L E M
"Bo-Bokuto, kau kerasukan rohnya Akaashi kah?"
Itu adalah pertanyaannya Konoha Akinori yang mewakili seluruh angkatan kelas tiga.
"Hah? Bicara apa kau ini. Aku masih mengantuk karena aku semalam tertidur hanya tiga jam. Membiarkan tugas-tugas menumpuk itu ternyata menyebalkan, aku tak akan mengulanginya lagi!"
"Tadi aku bangun kesiangan dan gel rambutku habis, jadinya aku hanya menyisir rambutku saja."
Penjelasan yang masuk akal untuk alasan dibalik penampilannya yang menurut (Name) itu ... ekhem ... tambah menawan.
Oh iya, jangan heran dengan Bokuto yang susah payah mengerjakan tugas. Pemuda itu telah pensiun dari kegiatan klubnya membuat ia harus membetahkan diri dengan buku, soal, dan tugas-tugas demi kelulusan yang menanti. Setelah lulus kan ia bermain voli lagi, makanya pemuda itu berjuang habis-habisan. Ya, walaupun begitu, Bokuto terlihat seperti kehilangan separuh nyawanya karena tidak menyentuh objek yang memiliki lengkungan positif di seluruh permukaannya bermerk Mikasa dan Molten dalam jangka waktu lama. He miss volleyball so much, he could die.
Oke, penampilannya Bokuto memang membuat hampir satu sekolahan sedikit syok, apalagi gadis-gadis yang merupakan fans klub voli SMA Fukurodani. Setiap Bokuto lewat, rona merah menjalar. Setiap Bokuto lewat, cekikikan terdengar. Setiap Bokuto lewat, mata terpana menyambang. Pemuda itu benar-benar telah menjadi pusat dunia gadis satu sekolahan.
Tak terkecuali (Name). Gadis dengan sikap cuek, kalem, dan sarkas itu ikutan terpana juga. Untuk pertama kalinya, (Name) merasa harinya dijungkir balikkan hanya karena keberadaan Bokuto Koutarou seorang.
"(Name)-chan, aku sudah mengerjakan ini sesuai arahanmu, kukerjakan berkali-kali malah! Tapi, kenapa jawabannya tetap tidak ada di opsi? Aku pusing!"
Bokuto mengacak-acak rambutnya frustasi sambil berseru kesal membuat (Name) tetsadar dari kenyataan. Seharian ini (Name) berusaha menghindar dari Bokuto karena penampilannya membuatnya sesak napas dan tak karuan. Tapi, ia lupa jika dirinya adalah tutor Fisika dari yang bersangkutan dan hari ini seusai pulang sekolah adalah jadwalnya untuk mengajari sang pemuda burung hantu yang berarti kini dirinya sedang berhadapan, berduaan, dengan jarak yang dekat bersama Bokuto Koutarou yang visualnya hari ini membuat (Name) mendekati kata 'gila'.
Satu jam sudah terlewati dan (Name) sudah lelah mati-matian mengendalikan diri. Kini, setelah Bokuto mengeluarkan keluhannya, dan mengacak-acak rambutnya, (Name) menjerit tertahan.
'ITU KENAPA TANGANMU HARUS NGACAK-NGACAK RAMBUTMU HAH?! KAN JADI MAKIN KEREN KALAU BERANTAKAN GITU!! BOKUTO SIALAN! KAU MAU AKU MATI MUDA HAH?!'
Itulah jeritan inner (Name). Walaupun dia terkesan cuek dan judes, bagaimanapun juga ia seorang gadis. Jadi, wajar saja jika inner nya berteriak-teriak saat menjumpai kaum adam bertampang rupawan walau di luar wajahnya datar dan lempeng saja. Yap, tipe-tipe tsundere menyebalkan.
(Name) berdehem sejenak sebagai kamuflase kegugupan. "Coba kulihat hasil pengerjaanmu dulu."
Bokuto menyerahkan bukunya sambil merengut dan menggumam lucu. Serangan mematikan bagi (Name).
Setelah melihat hasil pengerjaan Bokuto, (Name) pun mencoba mengerjakan ulang agar bisa dibandingkan dengan milik Bokuto. Memastikan letak kesalahannya di mana. Selama mengerjakan, (Name) berusaha mempertahankan fokusnya lantaran ekor matanya tak sengaja menangkap sosok Bokuto yang sedang mengamatinya dengan mata bulat yang memancarkan kepolosan. Layaknya anak kecil yang sedang menonton proses pembuatan permen kapas. Imut.
"Ternyata memang tidak ada jawabannya Bokuto."
"Tuh kan, benar!" seru Bokuto sambil menggebrak meja lantas mengusap-usap dahinya kasar. "Arrgh! Pembuat soalnya benar-benar menyebalkan! Membuat kepalaku mendidih saja!"
Kini Bokuto bertopang dagu sambil merengut. Iris emas itu mengamati hasil pengerjaan (Name) dengan raut serius.
Gadis yang dikuncir kuda itu mengerjap beberapa kali.
"Bokuto, kita sudahi saja belajarnya untuk hari ini."
"Eh? Tapi masih 30 menit lagi, lho, (Name)-chan!"
Jadwalnya mengajari Bokuto adalah satu setengah jam setelah pulang sekolah. Tapi, (Name) memutuskan untuk selesai lebih awal karena gadis itu sudah tak sanggup lagi.
"Gak apa-apa, aku hari ini capek banget dan fokusku udah buyar. Lebih baik pulang daripada dipaksakan," ujar (Name) sambil membereskan alat tulisnya yang berserakan di atas meja.
"Oke, deh!" Bokuto pun mengikuti gerakan (Name) seraya melebarkan senyumnya. Kentara sekali jika pemuda itu senang dengan keputusan sang gadis. (Name) yang tadi sempat melihat senyuman lebar Bokuto hanya bisa menahan napas dan mengumpat dalam hati tentang Bokuto yang mudah sekali menguarkan senyuman.
*****
Bokuto dan (Name) berjalan beriringan dipenuhi keheningan. Situasi yang sudah biasa mehinggapi mereka. Bokuto mengerti kepribadian (Name) yang memang tak banyak bicara, makanya pemuda itu memutuskan untuk diam saja. Lagipula, ia juga sangat lelah. Menahan kantuk seharian itu penat luar biasa.
Jalanan begitu lengang karena hari sudah gelap. Lampu-lampu jalanan mengiringi langkah mereka yang dipenuhi keheningan. Saat melewati sebuah minimarket, tiba-tiba saja (Name) menarik tangan Bokuto untuk masuk.
"Eh, (Name)-chan?!"
Kini mereka berdiri di jajaran rak gel rambut.
"(Name)-chan ingin membeli gel rambut untuk siapa? Ayah (Name)-chan?"
"Bokuto, merk gel rambutmu apa?"
Bokuto mengerjap. "Eh, selera gel rambut setiap pria berbeda (Name)-chan. Bagaimana kalau ayahmu tidak suka dengan gel rambut pilihanku?"
"Sshh, sudah, jangan banyak bicara! Yang mana?!" (Name) mendesis galak sambil melempar tatapan tajam membuat Bokuto bergidik.
"Y-Yang itu ..."
Bokuto menunjuk salah satu merk gel rambut di rak. (Name) pun langsung mengambilnya dua buah lalu menarik tangan Bokuto ke etalase onigiri selepas itu ke kasir.
Mereka pun melanjutkan perjalanan pulang mereka dengan onigiri di tangan dan kresek berisi gel rambut menggantung di tangan (Name).
Kini mereka sampai di halte, di mana mereka harus berpisah di sini. Bokuto harus menunggu bus yang akan membawanya pulang, sedangkan (Name) berjalan terus karena rumahnya memang dekat dari halte.
Jangan heran dengan Bokuto yang membiarkan (Name) pulang sendirian karena gadis itu selalu menolak tawaran Bokuto untuk mengantarnya hingga sampai rumah.
"Bokuto, ini untukmu!"
(Name) menyerahkan kresek berisi gel rambut kepada Bokuto. Pemuda itu pun mengerjap bingung.
"Ini ... untukku (Name)-chan?"
"Iyalah, kau kan bilang kalau gel rambutmu habis. Makanya kubelikan. Sudah terima saja!"
(Name) menyerahkan paksa kresek itu kepada Bokuto dengan tatapan tajam membuat pemuda itu mau tak mau harus menerimanya.
"Uhm, a-arigatou (Name)-chan. Tapi, ini tidak keren! Masa iya aku ditraktir oleh perempuan?!"
"Tidak apa-apa, kau bisa membayarnya kapan-kapan.Yang jelas besok rambutmu harus berdiri tegak lagi seperti biasa!"
Bokuto mengerjap lagi saat melihat ekspresi (Name) yang tampak kesal. Kemudian, salah satu tangan pemuda itu meraih sejumput rambutnya yang jatuh di dahi lalu memilin-milinnya. Iris emas itu bergerak ke atas, mengamati sejumput rambutnya yang dipilin.
"Yappari ... model rambutku yang seperti ini memanglah aneh. Kupikir aku akan terlihat jauh lebih keren dengan model rambut seperti ini karena orang-orang terus menatapku. Tapi, kalau (Name)-chan sampai membelikanku gel rambut berarti model rambutku yang seperti ini memang aneh dan orang-orang yang menatapku juga merasakan hal yang sama. Haah ..."
"Bokuto ... bisa menunduk sebentar?"
Bokuto menghentikan pergerakannya. Ia menatap (Name) bingung sambil memiringkan kepalanya.
"Eh, kenapa (Name)-chan?"
(Name) tak menjawab. Gadis itu menggerak-gerakkan tangannya untuk menyuruhnya menunduk.
Bokuto hanya menurut. Ia merendahkan tubuhnya di hadapan (Name) hingga kepalanya hampir sejajar dengan wajah gadis itu. Tak disangka, kedua tangan (Name) langsung mengacak-acak surai Bokuto membuat si empunya protes.
"Eh, (Name)-chan! Apa yang kau lakukan?!"
(Name) tak menggubris. Ia terus mengacak rambut Bokuto sambil menahan getaran senyuman. Seharian ini gadis itu merasa gemas ingin menyentuh surai Bokuto yang tampak halus dari kejauhan dan ternyata memang benar-benar halus!
Gadis itu sedikit heran. Rambutnya yang tegak seharian itu pastinya membutuhkan gel rambut yang sangat banyak kan? Seharusnya rambutnya tidak sehat, tapi mengapa sangat halus begini? Wangi mint menguar dari rambut Bokuto membuat gadis itu hampir terbuai.
Tangan (Name) pun berhenti mengacak-acak rambut pemuda itu lalu beralih menangkup kedua pipi Bokuto lalu kening mereka pun saling beradu. Bokuto bungkam seketika saat wajahnya begitu dekat dengan sang gadis membuat rona muncul di pipinya. Sedangkan (Name) hanya memasang tampang datar dan lempeng. Padahal inner nya sudah berteriak-teriak gak jelas. Sekali lagi, t s u n d e r e.
"Kamu tampak tampan dan menawan dengan model rambut seperti ini. Mereka terpesona padamu begitu juga aku. Mereka tidak menatapmu aneh. Tapi, masalahnya penampilanmu yang seperti ini berbahaya sekali bagi kesehatan jantungku. Untuk itu pastikan kau besok bangun pagi dan punya waktu luang untuk menata rambutmu. Mengerti?"
Bokuto hanya mengangguk pelan seiring debaran menggila. Tak hanya berhenti di situ. (Name) sedikit berjinjit lalu mengecup lama helaian rambut Bokuto yang menutupi kening pemuda tersebut.
"Sampai ketemu besok Bokuto!"
(Name) mengakhiri perbuatannya dengan menepuk kedua pipi Bokuto pelan lalu berlari sekencang-kencangnya menuju rumahnya, meninggalkan Bokuto yang masih terbengong-bengong.
Sang gadis berlari dengan wajah yang merah padam dan asap yang mengepul dari kepalanya. Tak disangka ia akhirnya bisa memberi gertakan pada pemuda yang berhasil mencuri hatinya!
Sedangkan Bokuto yang telah memproses semuanya langsung berjongkok sambil mengacak-acak rambutnya. Tingkahnya tersebut menimbulkan suara gaduh dari gesekan kresek yang masih dipegangnya.
"Arrgh!! (Name)-chan curang! Curang banget!!"
Setelah puas mengacak-acak rambutnya, Bokuto pun terdiam. Iris emasnya tampak begitu teduh menatap aspal jalan di depannya. Salah satu tangannya memegang area yang tadi dicium oleh sang gadis. Pipinya merona dan ia menggigit bibirnya kala mengingat ekspresi (Name) setelah mencium keningnya.
"(Name)-chan kawai .... suki desu .."
Mari kita tarik mundur waktu untuk mengetahui asal-muasal perasaan kedua insan ini ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top