Down

Jatuh cinta pada gadis bernama (Fullname) adalah hal yang tidak terduga dalam kehidupan Bokuto Koutarou. Secara kepribadian mereka sangatlah bertolak belakang.

(Name) adalah gadis cerdas dan penuh logika. Puluhan medali olimpiade Fisika mengalungi lehernya. Jangan lupakan sikapnya yang tenang, tapi sarkas itu memberikan jarak pada sekitarnya. Menumbuhkan rasa segan dan kagum terhadapnya.

Tak hanya pribadi dan prestasi, paras sang gadis pun tak kalah menarik. Rupa ayu khas gadis Asia Timur dan mahkota yang selalu diikat tinggi menimbulkan rasa penasaran bagi sang jejaka akan paras jika dihiasi surai yang tergerai.

(Name) itu cantik dengan parasnya, pribadinya, dan prestasinya membuat Bokuto Koutarou jatuh cinta untuk pertama kalinya.

Ingin mendekati, tapi sang gadis terlalu indah untuk didekati. Menumbuhkan rasa tak percaya diri dalam relung hati. Maka dari itulah, Bokuto memutuskan untuk mengagumi dengan distansi yang sengaja terpatri.

Toh, dengan prestasi yang mereka torehkan dan pribadi yang berkebalikan, mustahil sekali jika takdir mereka akan bersilangan.

Namun, Langit tidak mempunyai kata mustahil. Kala Yamato-sensei menunjuk (Name) sebagai tutor Fisikanya, Bokuto pun bisa melihat kesempatan emas sedang menantinya.

Berbagai saran pun ia minta dari mantan rekan-rekannya di tim voli lantaran yang ia dekati ini gadis penuh dengan logika dan sarkasnya luar biasa. Butuh saran yang antimainstream, tapi mengena. Dari sekian saran menurutnya saran dari Akaashi, Shirofuku, dan Suzumeda lah yang patut ia turuti.

'Jadi diri sendiri, tidak usah sok punya banyak kelebihan tapi juga jangan sampai menampakkan kelemahan. Apa adanya saja. Orang cerdas seperti (Surname)-san lebih suka orang yang jujur terhadap dirinya sendiri.'

'Jangan banyak membual. Kalau kau banyak membual, kau akan langsung ditelan habis-habisan oleh pemikiran cerdas (Surname)-chan.'

'Bersikap gentle. (Name)-chan juga perempuan, pastinya ia akan tertarik dengan laki-laki gentle.'

Ya, begitulah, Bokuto menuruti saran mereka. Di depan (Name), ia menjadi dirinya. Berkata sesuai apa yang ingin dikatakan dan menutupi kelemahan dengan kalimat 'aku akan berusaha'.

Lalu, setelah puluhan pertemuan terlewati, sikap (Name) kemarin ...

... pujian dilontarkan, kecupan di kening, dan rona manis di pipi sang gadis ...

Apakah sudah saatnya Bokuto menumbuhkan harapan?

********

Hal menggemparkan terjadi lagi di SMA Fukurodani.

Setelah kemarin dikejutkan oleh visual Bokuto versi hair down yang ternyata hari ini menampakkan visual yang sama seperti kemarin, kini dikejutkan oleh visual dari (Fullname) yang tampak berbeda dari kesehariannya.

Gadis yang rambutnya selalu dikuncir tinggi itu, yang tak pernah menyisakan helaian-helaian rambut di perpotongan wajahnya itu, dan tak pernah membiarkan rambutnya tergerai sekalipun, kini menggerai rambutnya.

Surai hitam berkilau itu panjang hingga menyentuh pinggang. Model belah tengah dengan jepitan menghiasi masing-masing belahan di atas dahi.

Surai yang biasanya terlihat lurus saat dikuncir itu kini tampak bergelombang seperti disengaja oleh mesin catokan. Gadis yang terkenal dengan kesan nerd karena terlampau cerdas itu kini tampak seperti idol yang didamkan oleh kaum adam.

(Name) dan Bokuto bertemu di depan loker sepatu. Ekspresi terkejut tampak jelas di paras mereka saat melihat penampilan masing-masing.

Bokuto dengan hair down-nya sekali lagi dan (Name) dengan hair down-nya pertama kali. Wajah keduanya sama-sama memerah saat menempatkan atensi satu sama lain.

Bokuto sangat syok dengan penampilan (Name) sekarang. Gadis itu terlihat cantik dan imut secara bersamaan. Timbul lah rasa tak percaya dalam Bokuto bahwa gadis yang ada di hadapannya adalah gadis yang sama dengan kemarin, gadis yang mengacak-acak rambutnya dan mencium keningnya.

Oh, shit

Detakan bertempo cepat mulai merayapi rongga dadanya, perutnya serasa digelitik, dan panas menguar di pipinya. Belum sempat mengatakan apa-apa, Bokuto memutuskan kontak mata duluan. Pemuda itu lari terbirit-birit menuju kelasnya, meninggalkan sang gadis di depan jajaran loker sepatu.

Pemuda itu belum siap secara mental dan fisik untuk membuka konversasi lagi dengan (Name). Ditambah penampilan sang dara yang semakin indah membuat Bokuto susah napas saja. Ia butuh waktu.

Sedangkan (Name) sendiri masih tergugu di depan loker. Melihat visual Bokuto yang sama seperti kemarin bukan berarti dia akan terbiasa begitu saja. Bokuto Koutarou itu menawan dan akan selamanya menawan.

Gadis itu juga teringat akan perbuatannya kemarin. Pastinya membuat sang pemuda bingung untuk bersikap setelahnya. Salahnya sendiri, sih, yang bergerak terlalu cepat.

Namun yang membingungkan, mengapa pemuda itu tidak mendengarkan perkataannya kemarin? Mengapa ia tidak menata rambutnya seperti biasanya? Sengaja untuk menggodanya kah?

Atau jangan-jangan pemuda itu bangun kesiangan lagi karena tidak bisa tidur akibat perbuatannya?

Dari sekian kemungkinan, yang terakhirlah yang paling mendekati. Ingat, Bokuto itu mudah sekali terbaca oleh (Name).

Kalau begitu, bolehkah (Name) berharap?

******

"(Surname)-san cantik sekali jika rambutnya dimodel begitu. Ah, aku jadi tidak pede kalau bersanding dengannya ..."

"Apakah Bokuto-senpai akan menetapkan model rambutnya menjadi seperti itu setiap harinya? Ahh, aku ga kuat! Bokuto-senpai terlalu tampan jika hair down begitu!"

"Dua orang yang paling dikenal di sekolah melakukan perubahan besar terhadap penampilan mereka. Ada apakah ini?"

"Hah, cuma kebetulan. Mereka kan tidak akrab."

"Heh, kau tak tahu? (Surname)-senpai itu tutor Fisikanya Bokuto-senpai, mereka lumayan dekat tahu ..."

"Tapi, kok, hari ini mereka tampak saling menjauhi, sih?"

Desas-desus dan bisikan mengiringi setiap langkah (Name) dan Bokuto. Mereka kini menjadi pusat atensi satu sekolah. Walau begitu, mereka tampak saling menghindari satu sama lain dengan rona mengiringi dan salah tingkah yang kentara sekali.

Wajar kan jika satu sekolah menaruh curiga dan spekulasi?

Maka, headline 'SMA FUKURODANI AKAN MENAMBAH KAPAL BERLAYAR LAGI' menjadi topik utama para bibir pelaku lambe turah.

"Bokuto! Sejak kapan kau menjadi pengecut, hah?!"

Konoha Akinori mengeluarkan kalimatnya yang sedang tertahan dari tadi. Sang pemuda merasa gregetan dengan interaksi dua sejoli ini.

Konoha adalah salah satu dari saksi kisah asmara Bokuto (sang pemuda burung hantu menjadikan para mantan rekan setimnya, termasuk Akaashi, sebagai wadah curhat perihal asmaranya dengan si gadis). Menurutnya, kejadian kemarin yang diceritakan pemuda burung hantu adalah puncak klimaks kisah mereka. Kini, Bokuto hanya perlu melakukan fase penyelesaian. Tembak, jedor, jadian. Sesimple itu.

TAPI KENAPA SEKARANG MEREKA MALAH BERJAUH-JAUHAN?!

Sudah sangat terlihat jelas bahwa mereka saling menyukai. Lihat rona keduanya saat tak sengaja berpapasan. Jangan lupakan salah tingkah mereka saat tak sengaja berhadapan di kantin.

Siapapun yang melihatnya pasti langsung tahu jika mereka 'ada apa-apanya'. Tinggal menunggu waktu saja. Tapi, kok ...

Yang jelas Konoha akan memicu mereka untuk menyelesaikan semuanya.

Punggung Bokuto didorong-dorong untuk masuk ke dalam ruang kelas (Name) yang sudah sepi, hanya gadis itu seorang. Kebiasaan (Name) menjadi orang yang paling terakhir keluar kelas, menghindari keramaian.

"Selesaikan dulu masalah kalian berdua kalau ingin segera pulang!"

Dua pintu geser dikunci oleh Konoha dibantu Sarukui dan Komi. Mereka akan menunggu 30 menit di ruang kelas sebelah. "Mari tunggu wajah kapten kita saat keluar nanti bagaimana, hihi ..."

Sedangkan di dalam, (Name) dan Bokuto berdiri berjauhan saling berhadapan dengan raut wajah yang tidak dapat dijelaskan. Hening. Awkward.

"Bokuto ..."

Yang membuka suara pertama kali adalah (Name). Dari nada suaranya, gadis itu tampak kesal membuat Bokuto sedikit bergidik. Melihat (Name) yang kesal adalah hal yang paling ia hindari karena (Name) akan terlihat menyeramkan. Tapi, kalau dengan sosok (Name) yang sekarang ini, yang tampak seperti idol, apakah akan menyeramkan?

"Bokuto, kenapa kau tidak menata rambutmu hari ini? Sengaja ya agar kupuji lagi?"

Mendengar nada bicara (Name) yang terdengar menyalahkan Bokuto, menyatakan bahwa yang dilakukan Bokuto itu salah, membuat rasa tidak terima muncul di dalam benak pemuda. Ia tidak ingin disalahkan. Lagian, soal menata rambut kan suka-suka dia. Mengapa (Name) berkata seolah-olah yang dilakukannya salah?

"(Name)-chan sendiri kenapa tiba-tiba menata rambutnya seperti idol? Ingin kupuji juga?"

"Hah?! Enak saja, rambutku begini karena kakak sepupuku yang menginap di rumahku ngotot ingin menata rambutku. Aku tidak bisa menolak. Tunggu, kenapa kamu malah melempar balik pertanyaanku? Jawab dulu! Oh, karena kupuji saat kemarin, kamu jadi besar kepala, ya? Ingin dipuji olehku lagi ya? Iya, kan?"

Orang jenius ketika jatuh cinta, IQ-nya akan menurun secara tiba-tiba. Itulah yang terjadi pada (Name) sekarang.

Yang ada di hadapan Bokuto sekarang ini adalah bukan lagi (Name) yang cerdas tanpa celah, kalem, dan sarkas. Gadis itu telah out of character gara-gara asmara.

"Tidak begitu, ya! Aku kesiangan lagi dan tidak bisa menata rambutku seperti biasanya itu karena salah (Name)-chan sendiri! Dipuji dan dicium keningnya oleh gadis yang disukai, kau pikir aku akan melupakannya begitu saja?! Tentu saja aku akan kepikiran dan tidak bisa tidur! Makanya aku kesiangan ..."

(Name) tercekat saat otaknya merekam secara sempurna kalimat dari Bokuto barusan.

Dipuji dan dicium keningnya oleh gadis yang disukai ...

... oleh gadis yang disukai ...

... gadis yang disukai ...

... disukai ...

BLUSH!

(Name) merona padam. Otaknya ngeblank. IQ tinggi miliknya entah pergi kemana. Gadis itu tergugu dengan debaran yang terpacu. Kakinya melangkah mundur hingga punggungnya menyentuh dinding di sebelah jendela kelas yang kordennya terkibar oleh angin sore.

Kepala tertunduk dengan salah satu tangannya mencengkram dadanya. Kalor merayapi wajahnya, kupu-kupu serasa menggelitik perutnya. (Name) sama sekali tidak menyangka jika perasaan mereka terhubung oleh tanda sama dengan.

Lidahnya kelu sekarang. Maniknya tak sanggup menatap Bokuto yang menawan. Gadis itu tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Clueless.

Tiba-tiba saja gadis itu tersentak saat uwabaki milik Bokuto berhadapan dengan punyanya, ujung-ujungnya saling bersentuhan. Bokuto telah mengikis jarak mereka. (Name) pun mendongak dan mendapati Bokuto sedang menunduk menatapnya.

Helaian-helaian perpaduan warna putih dan hitam itu jatuh di dahi, perpotongan telinga, bahkan ada yang hendak mencapai mata. Iris emasnya tampak begitu teduh menatap sang dara dalam-dalam. Paras rupawan yang tak bosan-bosannya (Name) pandangi.

Tangan kanan (Name) terulur, begitu juga tangan kanan Bokuto. Mereka saling meraih helaian masing-masing dan memainkannya, memilin-milinnya. Bahkan Bokuto mencium helaian milik (Name) lama.

Mereka saling menatap dengan tatapan penuh memuja. Lalu, tangan saling menangkup sebelah pipi masing-masing. Mereka merapatkan diri lagi. Wajah mendekat, deru napas saling menerpa, hingga akhirnya bibir saling berpagutan diiringi bisikan yang bersamaan dengan angin senja yang menawan.





"Daisuki ..."
























Kelingking saling tertaut adalah pemandangan yang pertama kali Konoha, Sarukui, dan Komi lihat saat membukakan pintu kelas. Tampaknya kapal yang diharapkan sudah berlayar di laut lepas.

"Oke, sepertinya masalah kalian sudah selesai. Kami duluan kalau begitu."

Tiga pemuda itu pun melenggang pergi meninggalkan dua sejoli dengan kikikan jahil dan senyuman puas yang terpatri. "Traktirannya besok saja, ya, mantan kapten!"

Kini tinggal mereka berdua. Keheningan melanda, namun terasa nyaman. Tautan kelingking dilepaskan oleh sang pemuda membuat sang dara terkejut sesaat. Tangan besar Bokuto menyusup di tangan mungil milik (Name), menelusupkan jemarinya di antara jari-jari lentik lalu menggenggamnya. Sang dara terkejut sesaat, tapi dengan pasti ia membalas genggaman sang pemuda. Tangan besar nan kasar yang selalu menyentuh permukaan bola voli sebelumnya itu terasa begitu hangat dan nyaman saat digenggam. (Name) sangat menyukainya.

"Habis ini beli es krim dulu, yuk! Setelahnya kuantar kau pulang."

Kepala tertoleh dengan senyuman lebar dan iris emas yang tampak begitu cerah. Tak lupa rona samar yang masih tertinggal di wajah rupawan sang pemuda.

Sang gadis dengan surai indah tertimpa senja melengkungkan senyuman super manis dengan merah cantik di pipi dan kemilau iris yang balas menatap sang emas yang menawan hati. "Hm!"

Gumaman dan anggukan lembut sebagai tanda persetujuan. Mereka pun melangkah diiringi jingganya senja dengan tangan yang saling menggenggam.

Perasaan mereka pun telah terikat sepenuhnya ...










END




A/N:
Halo!
Saya Laf dengan penulis book ini.
Book ini merupakan pengembangan dari oneshoot buatan saya di book 'Halu Haikyu!!' dengan judul yang sama (yang mau mampir, silakan cek di akun saya)

Ini adalah book pertama saya yang multichap. Mohon kritik dan sarannya jika ada kekurangan 🙏

Terima kasih telah membaca dan meninggalkan jejak 🤗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top