It's Meaningless Without You Part 1

When You're Not Here Anymore

by: Shin Chunjin

Semua character asli Haikyuu! adalah milik Furudate Haruichi sensei.

Cerita "When You're Not Here Anymore" dan OC adalah milik saya seorang.

Warning alert: typo, ooc, angst gagal

Enjoy~

~~~~~~~~

Pertandingan pertamaku semenjak di Karasuno berakhir pahit. Timku kalah dengan Aoba Johsai. Apakah Karasuno benar-benar ambruk? Tidak bisakah terbang tinggi lagi seperti dulu?

Tak hanya tim laki-laki yang terpuruk. Tim perempuan juga karena kalah di pertengahan. Aku memang tidak pernah mendengar tim voli perempuan Karasuno berjaya. Jadi, aku tidak ambil pusing memikirkan mereka. Kalah berarti memang tidak pantas berada di urutan teratas. Masih banyak hal yang perlu dilatih agar tim ini layak untuk dibanggakan.
.
.
Sehari setelah kekalahan di Inter High, aku mendengar ada siswi pindahan. Meski bukan berada di kelasku, tetapi berita yang beredar sampai di telingaku. Sehebat apa dia sehingga banyak sekali yang membicarakannya?

"Berisik sekali."

Aku memutuskan untuk memakai headset, memilih lagu dan memejamkan mata. Mencoba menghabiskan istirahat pertama dengan tenang. Aku memang terlihat tidak peduli, tapi hati kecilku tak bisa memungkiri bahwa aku juga penasaran dengan siswi baru tersebut.
.
.
Saat latihan, aku mendengar si bodoh Hinata membicarakan siswi baru tersebut. Rupanya ia sekelas dengan gadis itu. Tampaknya Tanaka-san dan Nishinoya-san tertarik sehingga obrolan mengenai siswi pindahan berlangsung cukup lama.

"Tubuhnya tiiiinggi sekali! Lebih tinggi dari Kiyoko-san! Rambutnya coklat sebahu, kadang diikat kadang dibiarkan tergerai. Dia pindah ke Miyagi karena pekerjaan ayahnya. Oh! Satu hal lagi yang menarik darinya. Dia anggota klub voli di sekolah sebelumnya! Dengan tingginya itu, dia ditunjuk sebagai middle blocker. Aku jadi ingin melihat permainannya!"

"Lebih tinggi dari Kiyoko-san?! Setinggi apa dia!"

"Hm, etto.."

Pandangan si bodoh itu terarah padaku. Mulutnya yang ternganga menambah poin kebodohannya.

"Chotto, kenapa menatapku seperti itu?" tanyaku dengan nada kesal.

"Geh.." Tampaknya Hinata menyadari sesuatu.

"Geh?"

"Dia beberapa senti lebih pendek dari Tsukishima!"

"EHHHH?!" Ruangan latihan pun bergema.
.
.
Latihan berjalan dengan cukup baik. Ukai-san bertekad untuk melatih kami agar kami bisa menang di Pertandingan Musim Semi nanti. Tiba-tiba saja Kiyoko-san masuk bersama seorang gadis. Tinggi sekali untuk ukuran perempuan! Aku bisa langsung menebak dialah siswi baru tersebut. Dengan tinggi seperti itu, pantas saja banyak yang membicarakannya.

"Perkenalkan, dia Yukina Shiki. Aku melihatnya mengintip jadi kuajak saja masuk untuk menonton lebih jelas," ucap sang manager.

"Salam kenal." Gadis baru ini membungkukkan badannya dengan sopan lalu menegakkannya kembali. Benar, aku tidak perlu menundukkan kepala untuk menatap matanya. Sepertinya tinggi kami hanya berbeda sepuluh senti.

"Ne, Yukina-san! Berapa tinggimu?" Terima kasih untuk Hinata karena telah mewakili pertanyaanku.

"179,5 senti."

Jawaban itu disambut seruan heboh. Bahkan para senpai juga. Aku menghela napas pelan. Sungguh kekanakan sekali mereka ini.

"Di mana sekolahmu sebelumnya?" Kageyama tampak penasaran, hal yang jarang terlihat.

"Fukurodani," jawabnya singkat.

"Whoa!! Itu termasuk sekolah top di Tokyo, bukan?!"

"Tim voli perempuan Fukurodani cukup kuat. Bukankah Shiratorizawa bisa memberikan masa depan yang cerah karena levelnya kurang lebih sama? Kenapa kau memilih Karasuno?"

"Itu karena.." Gadis ini terlihat ragu menjawab. Tapi, akhirnya ia menatapku, membuatku cukup terkejut, dan melanjutkan, "...aku menyukai Tsukishima-kun."

"EHHHHH?!!" Ruangan latihan pun kembali bergema, kini ditambah seruanku yang benar-benar tidak percaya.

~~~~~~~~

Hari berikutnya, gadis itu datang lagi. Aku dengar tim voli perempuan merekrutnya, dan ia datang setelah selesai latihan untuk menonton kami. Entah mengapa para senpai mengizinkannya. Gadis bernama Yukina itu berdiri dekat Kiyoko-san, memperhatikan gerakan kami masing-masing, termasuk diriku.

Setelah pernyataan cinta kemarin, mereka menggodaku habis-habisan. Aku tidak tahu kalau populer akan sebegini merepotkan. Ada sekilas rasa bangga karena aku menang dari Hinata, tapi sayangnya gadis yang menyukaiku bukanlah tipeku.

"Ne, Tsukki."

"Ada apa?"

"Bagaimana perasaanmu menerima pernyataan cinta?"

"Hah?"

"I-ini pengalaman pertamamu, kan?"

"Diamlah, Yamaguchi."

Meski kesal, harus kuakui bahwa ini kali pertama aku mendapat pernyataan seperti itu. Biasanya orang-orang disekitarku memandangku dengan tatapan takut karena posturku yang tinggi. Tidak ada perempuan yang berani mendekatiku, apalagi menyatakan cinta. Aku tidak mengerti apa yang dilihat gadis itu.

Entah harga diriku yang terlalu tinggi atau hatiku yang terlalu kaget karena mendapat pernyataan cinta tiba-tiba, aku menolaknya mentah-mentah. Lagipula mana mungkin aku menyukai orang yang baru saja kukenal. Aku menghela nafas, mencoba berkonsentrasi pada latihan tanpa melirik ke arah gadis itu.

~~~~~~~~

Esoknya, aku mendengar pengumuman bahwa Karasuno akan mengikuti training camp di Tokyo. Tim voli perempuan juga ikut. Aku menghela nafas, membayangkan gadis itu bahkan mengikutiku hingga ke Tokyo. Tampaknya duo combi itu sedang menghadapi masalah dengan nilai ujiannya. Mereka memintaku untuk mengajari beberapa mata pelajaran. Lumayan juga bisa membuat si Raja Lapangan Kageyama memohon.

Dengan adanya kesibukan baru, aku tidak terlalu memikirkan gadis itu lagi. Namun, hari ini ekspresinya sedikit berubah. Dia masih memperhatikan latihan kami dengan serius, hanya saja aku merasa ada yang aneh. Bahkan dia datang jauh lebih cepat daripada kemarin. Apa dia membolos latihan? Tidak ada yang menanyakannya, mungkin hanya perasaanku saja.
.
.
Ketika aku keluar untuk mencuci muka dengan air kran, aku melewati tempat latihan perempuan. Tanpa sengaja aku mendengar salah seorang dari mereka berbicara.

"Nee, apa-apaan anak pindahan itu? Dia pikir dia hebat sekali apa?"

"Mentang-mentang dari Tokyo, dia seperti meremehkan kita."

"Aku kecewa kapten merekrut orang seperti itu."

Tidak ingin mendengar lagi, aku beranjak menuju tujuan awalku. Sambil menikmati air yang membasahi rambut, aku merenungkan apa yang tidak sengaja kudengar tadi. Apa dia sebegitu buruknya? Mungkin saja didikan Fukurodani terlalu keras sehingga dia terbawa kebiasaan. Tawaku meluncur begitu saja, akhirnya aku bisa memaklumi mengapa tim voli perempuan tidak bisa menang. Calon penerusnya tidak punya mental yang kuat. Tidak bisa dikerasi.

Ketika aku kembali, Hinata dan Kageyama masih melakukan latihan. Gadis itu juga ikut. Dia di seberang net. Apa dia mau menahan serangan Hinata? Sudut bibirku membentuk senyuman kecil.

'Ini menarik. Aku bisa melihat seperti apa kehebatannya.'

Hampir satu keranjang bola habis. Di antara sekian banyaknya serangan spike Hinata, gadis ini bisa menahan bolanya. Namun, Hinata terlalu kuat sehingga bola terpental jauh begitu mengenai tangan.

Bola terakhir. Aku melihat gadis ini memasang ancang-ancang untuk menerima bola. Seakan belajar dari kesalahan, kali ini dia bisa mengembalikan bola tepat di atas net sehingga bola jatuh begitu saja, membuat si duo combi tercengang tak percaya. Aku yang menonton dari pinggir lapangan juga terkesima. Kalkulasi ketepatannya lumayan.

Gadis itu menoleh lalu bergegas menghampiriku. "Tsukishima-kun."

"Apa?"

"Bagaimana gerakanku tadi?"

"Lumayan."

"Apa kau mulai menyukaiku?"

"Hah?!"

Sungguh menyebalkan. Apa dia tidak malu bertanya seperti itu di depan orang lain?! "Aku tidak akan pernah menyukaimu," balasku sambil mengambil handuk dan beranjak pergi.

~~~~~~~~

Training camp berlangsung di SMA Nekoma. Latihan tim laki-laki berbeda dengan tim perempuan. Setelah tak sengaja mendengar keluhan para gadis, aku penasaran bagaimana Yukina menghadapi mereka. Tidak ada waktu untuk keluar dari tempat latihan karena setiap kali bertanding Karasuno selalu kalah dan aku pun ikut dihukum melakukan diving sepanjang lapangan. Duo combi baru sampai malam hari, dan sebagai penutup latihan hari ini, kami menang untuk pertama kalinya.

Ketika aku melewati tempat latihan tim perempuan, lampu telah dimatikan dan pintu sudah dikunci. Mereka selesai lebih cepat rupanya.

"Ck, sedang apa aku ini."

Aku memutuskan untuk membersihkan diri dan tidur setelah mengambil knee pads yang tertinggal. Terdengar masih ada suara Hinata di dalam. Mungkin dia tidak puas hanya main satu kali.

"Uwaaaah! Nice block, Yukina-san!"

Hah? Gadis itu di dalam? Bukankah tim perempuan sudah selesai? Aku mempercepat langkah untuk segera memasuki tempat latihan, dan hal pertama yang kulihat adalah sebuah senyuman. Senyuman yang cukup manis namun sayangnya tidak ditujukan padaku, membuatku merasa sedikit iri.

"Oh! Tsukishima! Ayo ikutan!"

Gadis itu langsung menoleh padaku, menatapku dengan mata berbinar. "Tsukishima-kun!"

"Tidak. Aku sudah lelah, tidak punya tenaga unlimited sepertimu."

"Aku ingin latihan denganmu, Tsukishima-kun."

"Tidak." Aku bergegas mengambil knee pads lalu melangkah pergi.

"Oi, Tsu-"

"Tidak, tidak."

"Sial, aku bahkan belum selesai memanggil namamu!"

Aku tidak mengindahkan protes Hinata. Yang penting aku harus keluar sekarang juga. Kenapa aku harus buru-buru? Setelah cukup jauh dari sana, akhirnya aku menemukan jawaban.

Aku berdebar melihat Yukina.
.
.
-to be continue-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top