KageHina
"Kalian berkencan, 'kan?"
"Uhuk- uhuk-!"
Duo hitam-oranye yang sedang asik meminum air akibat kelelahan kini sibuk menepuk-nepuk dada mereka yang terasa perih dan terus terbatuk.
"Noya, seharusnya kau bertanya saat mereka selesai minum. Hinata, tegakan punggungmu agar tidak batuk terus! Kageyama juga!" laki-laki berambut abu-abu membantu sembari menenangkan kedua adik kelasnya yang masih sibuk batuk tanpa henti. Sedangkan rekan tim lainnya ada yang menatap terkejut ada juga membantu Sugawara--lelaki berambut abu-abu nyaris berwarna putih-- untuk menenangkan keduanya.
"T-tidak kok! K-k-kami tidak berkencan!" dengan wajah memerah dan rasa gugup cukup untuk membuat bocah oranye itu salah tingkah.
"U-untuk apa aku berkencan dengan si boge ini?!" yang bersurai hitam pun tak kalah mengeluarkan suaranya dengan gugup.
"S-siapa juga yang ingin bersamamu, Bakageyama!!"
"Boge, Hinata boge!!"
"Beginilah, berisiknya orang bodoh."
"Diam kau, Saltyshima!!" -duo hitam-oranye.
Sementara murid kelas satu saling mengejek ria --kecuali Yamaguchi yang berusaha menenangkan Tsukishima-- para kelas 2 dan 3 menanyakan perihal pertanyaan Nishinoya tadinya.
"Nishinoya, apa maksud perkataanmu tadi?" kapten tim paling berwibawa bertanya.
"Kemarin saat aku pergi ken-- maksudku jalan bersama Asahi-san, kami melihat mereka berdua tengah makan es krim bersama di taman." jelas Nishinoya, dia memperbaiki ucapannya dengan batuk saat hampir mengatakan 'kencan'.
"Bisa saja mereka hanya jalan-jalan dan, wajar saja mungkin mereka sedang istirahat sebentar." Ennoshita yang daritadi diam membuka suara dengan wajah bingung, bingung kenapa Noya meralat bahwa dia dan Asahi kencan. Toh, tanpa diberitahu pun mereka bisa tahu kalau Asahi dan Noya sudah menjadi sepasang kekasih, "Kenapa kau sampai mengira mereka berkencan?" lanjutnya.
"Awalnya kami juga mengira begitu, tapi saat melihat mereka bergandengan tangan dan berjalan bersama tanpa perkelahian membuat tentu saja aneh, 'kan?" para kelas satu yang tadinya bertengkar diam begitu saja --bahkan kedua pasangan utama kita membeku dengan wajah memerah--, Tsukishima bahkan membuat wajah terkejut yang dibuat-buat, sangat tidak cocok dengan wajahnya.
"A-aku ingin ke toilet dulu!" dan, jeruk kita berlari dengan kekuatan penuh.
"A-aku juga ingin pergi membeli susu!" sang blueberry pun ikut menyusul lari kesetanan.
"Mereka tidak pandai berbohong." celetuk Ennoshita yang diangguki oleh seluruh tim.
***
"Hahh... Hahh..." suara napas yang saling bersahutan itu terdengar sangat jelas, mereka sama-sama membungkuk; menumpukan tangan di lutut mereka.
"B-bagaimana kalau mereka tahu?!" Jeruk oranye-- Hinata menatap sang blueberry-- Kageyama dengan tatapan sedikit panik dan malu. Kageyama yang juga sama malunya hanya balas menatap dengan rona yang cukup kentara di wajahnya.
"Sebenarnya aku tidak perduli juga kalau mereka tahu, 'kan kau sendiri yang meminta untuk merahasiakan hubungan kita." sahutnya pelan.
"T-tapi Bakageyama! Apa kau tidak malu?!" Hinata dengan rona pekat diwajahnya menatap begitu kelabakan.
"Sudah kubilang aku tidak perduli, lagipula kenapa kau takut kalau ketahuan? Dan-- kau malu menjadi kekasihku?" Kageyama mendekati Hinata dengan aura kesalnya --entah kemana rasa malu dan paniknya tadi-- lalu menghimpit tubuh yang lebih kecil itu diantara dinding dan tubuhnya, menguncinya agar tidak dapat pergi kemana pun, yang diperlakukan hanya diam dan balas menatap rekan tim--kekasih--nya dengan wajah full memerah seperti tomat.
"Katakan, apa kau malu menjadi kekasihku?" nada rendah dan tatapan tajam itu sudah cukup membuat hinata bungkam terdiam.
"T-tidak..." jawabnya gugup.
"Kalau begitu tidak apa jika mereka mengetahuinya, bukan?" Kageyama mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. Hinata mengalihkan tatapannya malu, dia tidak ingin menatap manik tajam yang menatapnya tanpa kedipan. Intens, dia yakin merasa akan diterkam.
"Jawab aku." satu kalimat mutlak itu membuat Hinata kembali menatap orang dihadapannya, tidak ada kalimat yang keluar, Hinata mengangguk kaku dengan rasa gugup yang membuncah.
Dan kejadian berikutnya membuat Hinata terkejut walau sudah sering melakukannya.
Kageyama menciumnya, mencium lembut dengan penuh menyalurkan rasa hangat dikedua bibir mereka. Kageyama mulai melumat--berbeda dengan biasanya yang hanya mengecup ringan--, mengecap rasa manis pada bibir Hinata dan melesakan lidahnya masuk untuk memperdalam ciuman mereka.
Lenguhan-lenguhan kecil keluar dengan bebas, Hinata dapat merasakan ada salivanya yang mengalir ke dagunya, menggambarkan bagaimana mereka berdua sangat menikmati ciuman hangat itu.
***
"Seharusnya mereka katakan saja jika mereka memang berkencan, untuk apa menutupinya atau bahkan mengelak." ucap Nishinoya dengan sedikit berbisik, ketiga orang lainnya--para kelas 3-- hanya mengangguk mengiyakan sambil menutupi wajah mereka yang memerah karena mendengar lenguhan Hinata yang menikmati ciuman Kageyama.
KageHina End
Apa kalian menikmatinya?
Kalian dapat memberikan request disini.
My Editor : AWZANSHOYOU
Cover Edited by : nyankageru
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top