Kelam

Varo membuka pintu kamar Mona setelah menenangkan diri. Mona takkan pernah mengunci pintu kamar semarah apapun dirinya. Mona pasti masih mengingat saat Varo mengamuk dan mendobrak pintu ketika Mona ketakutan setelah tanpa sengaja melihat Aldi di jalan dan mengunci diri seharian di kamar dengan kondisi perut yang besar.

Varo duduk di pinggir ranjang, mengusap surai hitam Mona yang mulai memudar, menampakkan rambut bewarna tembaga yang nampak samar-samar. Mona memang tak memiliki rambut hitam seperti Aldi atau ayah kandung mereka. Ia memiliki rambut bewarna tembaga seperti orang luar negri karena memang memiliki gen itu dari ibunya. Varo tersenyum miris, Mona mengubah warna rambutnya agar seperti warga Indonesia pada umumnya atau seperti milik Khanza? Karena yang Varo lihat, Mona mengubah dirinya sendiri demi menyenangkan Varo. Menyenangkan mata Varo yang amat menyukai surai hitam legam milik Khanza.

"Begitu berat perjuanganmu untukku Mon. Sebegitu inginnya aku bahagia sampai kamu kehilangan dirimu sendiri. Jujur, aku merindukan surai tembaga yang selalu berkilau itu," batin Varo.

Varo mengecup kening Mona penuh sayang, iya ... hanya sebatas sayanglah yang Varo miliki untuk Mona. Rasa sayang yang muncul saat Mona menyembunyikan diri di balik pohon hanya untuk meniup tangannya yang perih akibat cengkraman Aldi dan juga menghapus air mata agar ia selalu menampilkan senyun di hadapan Aldi.

Sedari awal Varo tau jika Mona memendam perasaan pada Aldi. Sebenarnya ia sedikit miris, bagaimana bisa kakak beradik saling mencintai? Meski berbeda ibu, tapi mereka tetap saja memiliki satu ayah yang sama.

Apalagi saat melihat Mona hampir membunuh dirinya sendiri karena takut akan kehamilannya. Rasa sayang dan iba itu semakin mendalam. Ia tak ingin ada masa lalu yang terulang.

Bagaimanapun ia pernah mengalami masa lalu yang cukup suram. Memiliki dua ayah dan satu ibu tak pernah baik menurut teman-temannya. Ia selalu digunjingkan karena memiliki ayah tiri. Ia diledek karena memiliki dua ayah, ia dihina dan dijauhi karena dianggap anak broken home.

Lalu melihat ibu Caca yang berjuang hamil seorang diri membuat masa lalunya semakin dilanda kegelapan. Ia masih ingat dengan jelas ketika ia disuruh menjaga bayi Al saat ibu Caca dirawat di rumah sakit. Ingatannya pun masih sangat kental saat ia melihat ibu Caca merintih kesakitan dengan genangan darah di sekitarnya juga bayi Al yang tak hentinya menangis. Bahkan Varo masih bisa mencium bau hanyir itu hingga saat ini. Hal yang membuat ia sangat membenci cairan kental bewarna merah itu.

Dan saat melihat Mona diambang kematian, ia merasa tidak bisa tinggal diam begitu saja. Cukup dua orang terdekatnya yang menciptakan trauma. Tidak lagi, jangan lagi!

Makanya dengan segenap keberaniannya, ia memilih menemani Mona. Membantu gadis itu melewati masa sulit yang dulu dilalui ibu Caca sendirian. Menjadikan dirinya sebagai satu-satunya ayah Jasmine agar Jasmine tidak mengalami yang ia alami. Menjadi tameng bagi Mona agar tak ada yang menghujat gadis malang itu. Mengorbankan diri dan perasaannya demi wanita yang jelas-jelas lebih rapuh dan membutuhkan dirinya. Melupakan cinta pertama yang masih terus tertanam di hati dan pikirannya.

"Maaf jika tindakanku menyakitimu. Aku hanya ingin kamu dan Jasmine bahagia. Maaf belum bisa mencintaimu seperti inginmu. Aku akan berusaha, menghapus Khanza dan menggantikannya denganmu. Tunggulah saat itu Mon, meski aku tak tau kapan saat itu akan datang," lirih Varo.

Varo melangkah keluar kamar, meninggalkan Mona yang kembali menitikkan air mata karena dirinya yang tak pernah merasa dicinta dan diinginkan.

⛆⛆⛆⛆

"Kapan Ayah sampai?" tanya Varo terkejut saat keluar kamar dan menemukan ayahnya sudah duduk di ruang tamu.

"Sesaat sebelum pengakuanmu mungkin?" jawab ayah santai.

"Jangan sakiti Mona, ayah sudah memeriksa masa lalu gadis itu. Dia tak pantas untuk kamu sakiti."

"Aku tak menyakitinya, aku menjaganya!" balas Varo penuh penekanan.

"Dengan menahannya di sisimu tanpa kamu cintai? Kamu tau jika cinta saja bahkan tak cukup membuat wanita tetap tinggal, lalu apa yang akan kamu janjikan pada wanita itu?"

"Kesetiaan! Aku akan setia pada Mona."

"Bagaimana bisa dibilang setia jika hati dan pikiran kamu justru memikirkan gadis lain?" sindir ayah.

"Sepertinya ayah harus sedikit membacakan dongeng agar kamu sadar," sindir ayah lagi.

"Ayah pernah mencinta, sangat mencinta pada cinta pertama ayah. Ayah mengagungkan cinta itu, melupakan batas norma dan adat yang dulu selalu dijunjung tinggi nenek kakekmu. Ayah begitu bodoh karena tak bisa mengenali siapa wanita yang ayah cinta, ayah begitu bodoh karena mengabaikan nama belakang bahkan kemiripan wajah cinta ayah. Hingga kenyataan memukul telak ayah, jika ternyata memang ayah dan dia tidak bisa bersama." ayah menghela napas menjeda ceritanya.

"Ayah berkelana, singgah dari hati ke hati yang lain sampai ayah menemukan wajah teduh itu, wajah yang berhasil mengingatkan ayah dengan indahnya euforia cinta pertama ayah. Ayah mencintainya, membuat ia menjadi milik ayah agar ayah tak kehilangan lagi. Memaksanya menjadi yang ayah inginkan atau lebih tepatnya memaksanya agar mirip cinta pertama ayah. Ayah lupa jika ia memiliki jiwanya sendiri, ayah lupa jika ada kamu yang harus ia jaga. Hingga saat ayah melakukan kesalahan, ia pergi. Pergi meninggalkan ayah yang saat itu mulai mencintai dia dan semua sifat aslinya. Membiarkan ayah terpuruk sendirian karena lagi-lagi ditinggalkan."

"Ini rahasia terkelam ayah Nak, tak ada satupun yang mengetahui hal ini. Jangan jadi seperti ayah!" kalimat ayah Aksa mengakhiri ceritanya.

"Kenapa Ayah baru menceritakan ini sekarang?" tanya Varo datar.

"Karena ayah tau, kamu akan seperti ayah suatu saat nanti,"

"Aku nggak akan menjadi seperti Ayah. Aku tau mauku, aku akan bertanggung jawab pada pilihanku. Tapi apa Ayah pernah merasakan bagaimana rasanya jadi aku?"

"Varo kecil selalu dihina karena dianggap anak broken home. Aku bertengkar, aku memukul orang yang mengatakan ayahku seorang bajingan, aku juga memukul teman-teman yang mengatakan ibuku bukan wanita baik-baik. Aku telan semuanya sendiri Yah,"

"Aku selalu tersenyum di hadapan papa dan mama agar mereka tak khawatir, agar mereka tak tau apa yang aku alami. Dan ayah pikir aku akan membiarkan Jasmine menjalani apa yang aku alami saat kecil?! Enggak Yah, Jasmine nggak akan menjadi aku. Aku yang akan selalu jadi ayah Jasmine. Satu-satunya ayah Jasmine." tekan Varo diakhir kalimat.

"Ayah minta maaf untuk masa lalu kamu. Tapi ayah mohon ... jika kamu ingin mempertahankan Mona, cintai dia. Lupakan masa lalu kamu, mulai semua dari awal dengannya." pesan ayah.

"Ayah pamit, bundamu mungkin mencari ayah karena tadi ayah hanya izin untuk menemui mamamu."

Ayah Aksa pergi meninggalkan apartemen sang putra kesayangannya. Meninggalkan sang putra yang sedang berusaha meyakinkan pilihannya, juga meninggalkan seorang wanita yang menangis sendirian di kamar.

Nggak tau mau ngetik apa ...
Foto diatas foto warna rambut asli mona yaa
Happy reading

Cuma mau pesen, jangan pada khilaf yaa lihat olshop yg diskon gila-gilaan ...
Karena aku pribadi sampe uninstall semua aplikasi olshop karena ku tau imanku takkan kuat😂😂

Jakarta 12 Desember 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top