»» Unvoiced Question

Menatapi sepasang kristal semerah darah di hadapannya yang begitu cerah---begitu kontra dengan suramnya bangunan yang ia diami---Yury Zavyava Alaraph hanya diam. Bibir pucat tak kumandangkan sepatah kata pun. Tak ingin. Lebih memilih terpaku pada wajah kekanakan yang berhadapan dengan piring-piring berisi masakan sarapan mereka, tepat di muka.

Ah, ia baru menyadarinya. Bagaimana bibir merah muda sosok di hadapannya akan merekah senang, juga bagaimana binar mengisi iris ruby yang mulai berkilauan indah. Ekspresi polos yang tampak menarik untuk diperhatikan---Yury mungkin tak akan bosan untuk melakukannya seharian. Itu adalah reaksi murni dari sifat manusia yang selalu ia rindukan tiap kali mendapatinya---sebelumnya, hanya Asherah yang akan memberikan ekspresi serupa di rumah ini.

Baju kotor yang semula dipakai saat pertama injakkan kaki di lantai rumah ini mungkin telah terlupakan. Yury mampu mengerti lewat bagaimana lekuk wajah Lysander Libertas ketika balutan sutra menutupi tubuhnya. Sepertinya bocah rambut merah itu sangat bahagia dengan jenis pakaiannya yang telah berganti rupa.

Tampak manis dan menggelikan di saat yang bersamaan---bagaimana bisa anak ini begitu berani untuk bertingkah polos di hadapan Yury? Belum ada yang pernah lakukan demikian.

'Anak manis yang tidak tahu apa-apa'.

Hadiah dari Jacques yang datang sejak seminggu lalu cukup menyenangkan, ya?

Ia menepis pikiran itu. Kerjap mata tercipta ketika dua ametisnya mulai fokus. Saat ini dirinya rupanya balik menjadi pusat atensi sang bocah. Anak itu menatap malu-malu, seolah sedang meminta izin untuk bersuara. Lucu sekali sehingga Yury tidak bisa untuk tak menarik sebuah senyuman---namun ia rasakan kaku. Heran. Apakah karena telah lama sekali sejak terakhirnya ia lukiskan perasaan yang tak tertutupi topeng belaka?

"Apakah anda tidak makan?" Kelopak mata mengejap, netra merah menyapa di antara rasa takut dan penasaran. Yury menggeleng, sembari sahuti dengan gumaman pendek untuk si kecil memulai acara makannya terlebih dahulu.

'Tidak perlu, lagipula aku tidak membutuhkan itu,' adalah alasan tambahan yang diam-diam Yury pendam dalam hatinya.

Lysander yang semula jelas akan ragu, pelan mencoba terima gagasan Yury sebelumnya; beberapa kali kini ia memperbaiki caranya memegang sendok dan garpu. Apakah karena telah lama tak menggunakannya hingga lupa? Ataukah memang tak pernah menggunakannya sama sekali? Yury memilih untuk tak bertanya. Tanpa nada dan tetap mengamati. Pikiran kemudian seolah bertualang, menjalari keluar jendela dan menyelami alam kenangan---untuk sekadar ingatkan diri akan tutur kata yang sepertinya sempat disampaikan seseorang secara asal.

"Dia mengingatkanku padamu."

Oh, Jacques. Begitu hebatnya ia bisa melelehkan bekunya Yury Alaraph. Apakah kini sosok itu sedang tertawa puas setelah berhasil mengelabui kawannya?

'Memangnya bagian mana yang dapat mengingatkannya kepadaku?' Yury mendesis pelan---usahakan tak mengganggu yang sedang makan. Ia tiba-tiba merasa lucu karena sempat mempercayai bualan yang didengarnya sekali. Ya, namun meski lucu, Yury tak dapat tertawa. Hanya mengangkat cangkir minumnya dalam kesunyian, sembari memeluk rasa sepi yang merayap samar.

"...tehnya terlalu manis, Asherah."

◇◆

[ UNVOICED QUESTION ]

Yury Z. Alaraph
Lysander Libertas
Asherah -exem- Barmavitus

© Cordisylum

◆◇

"Aku masih tak mengerti, Jacques."

"Begitu? Lantas, mengapa tak menunggu malam purnama saja sekalian?"

"Seperti dalam mitos?"

Serta-merta, hantu kedua selipkan rasa lelah dalam tarikan napasnya. Sementara itu hantu pertama tertawa akan reaksi yang didapatinya.

"Jangan bilang kau tidak mempercayainya."

Bukan. Tentu bukan karena ia tidak percaya. Mitos, dongeng, cerita horror ... hal berbau fantasi semacam itu---

"...lebih baik tidak pernah ada."

Bukankah itu hanya mengingatkan pada realita kelam miliknya?

◇◆

Published: February 15th 2021
Last edited: February 15th 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top