Tips Menjadi Penulis yang Tegaan

Berbicara tentang tegaan, sebenarnya ada alasan mengapa aku mengambil topik ini. Sejauh yang kuperhatikan dan—tentu saja—kualami sendiri, lumrahnya penulis mengikuti insting dan perasaannya dalam menulis. Katanya, penulis pada hakikatnya menulis sesuai feeling dan sebaiknya mengikuti apa yang dia sukai.

Pernyataan tersebut benar adanya. Aku juga demikian. Hanya saja, ada situasi tertentu yang harus kita lakukan agar tulisan kita lebih berbobot dan berkualitas. Nah, apa itu?

Ya, itu. Menjadi penulis yang tegaan. Tega dalam artian harus berani merombak, memangkas, bahkan tidak menutup kemungkinan harus berani melakukan remake.

Aku jelasin satu-satu dulu baru ke tipsnya, ya.
Pertama, tega merombak dalam artian berani membongkar alur cerita. Jadi kalau diimplementasikan dalam tulisan, kegiatan merombak dilakukan sewaktu cerita masih on going atau sudah selesai. Situasi ini bisa terjadi karena penulis mulai mendapati adanya cacat logika dalam karya, trus harus merombak isinya supaya logis.

Kedua, tega memangkas dalam artian berani membuang kosakata yang dirasa kurang efektif dalam cerita. Tiap penulis pasti pernah atau sering berada dalam fase ini. Situasi ini biasanya  terjadi ketika penulis masuk dalam tahap swasunting.

Ketiga, tega me-remake dalam artian mendaur ulang naskah lama sepenuhnya. Di sini yang menjadi ciri khasnya adalah akan ada kesenjangan yang signifikan antara gaya kepenulisan yang lama dengan yang baru.

Biar kutebak dulu, deh. Kalian pasti pada bingung; apa, sih, tujuannya melakukan tiga poin di atas? Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah demi improvisasi. Dengan membiasakan diri memangkas naskah, merombak, bahkan tak segan-segan melakukan remake, kalian tentu akan lebih cepat naik level. Sepengalamanku, yang lebih berasa tingkatannya tuh di poin remake soalnya kalian kayak memperbarui karya dengan tulisan yang tentunya sudah lebih efektif.

Oke, kalau begitu ... gimana melakukan tega-tegaan untuk tiga poin di atas? Aku punya tips yang kuambil dari pengalaman sendiri, tetapi tetap saja, semuanya kembali ke masing-masing penulis karena melakukan tiga poin yang kusebutkan tadi bukanlah perkara mudah. Ibarat kata, kamu sudah menyusun puzzle dengan sepenuh hati, eh ternyata harus dibongkar di titik tertentu apalagi jika titiknya berada di tahap akhir penyelesaian.

Berasa kayak udah pacaran bertahun-tahun sama ayang, eh harus ulang dari awal karena salah target. Eh, gimana-gimana? Dahlah, khusus yang ini canda aja kok. Nggak usah bawa serius.

Tips-tips yang bisa kamu terapkan adalah sebagai berikut.
1. Andalkan prinsip bahwa karyamu pasti mengalami peningkatan jika direvisi berkali-kali. Selain meningkatkan kepercayaan diri, kamu juga bakal dua kali lebih menyukai karyamu atau dengan kata lain, lebih totalitas.

2. Beranikan diri dan perkuat mental untuk memberikan kritik, termasuk dikritik oleh penulis lain. Memang nggak gampang, tapi yakinlah bahwa saran yang membangun akan membantumu menjadi penulis yang lebih baik dari sebelumnya.

3. Yang terakhir dan yang terpenting dari semuanya adalah mari lebih mencintai karya agar kita terdorong untuk memberikan versi terbaik. Jika sudah totalitas, kamu pasti bakal mengerahkan semampu yang kamu bisa, se-perfect mungkin dalam menyajikan karya sempurna versi kamu.

Pesan
Teori kepenulisan sudah pasti banyak, lebih tepatnya sudah membanjir. Namun satu hal yang pasti adalah; jangan pernah menyerah untuk melakukan yang terbaik versi kamu sebab tidak ada yang bisa menyamakan antara penulis satu dengan penulis lainnya. Semua pasti memiliki cara untuk melawan struggle masing-masing. Bertotalitaslah dalam berkarya karena ketulusan tetap akan sampai ke pembaca. Harus percaya diri dan jangan lupa untuk terus berinovasi agar bisa lebih produktif ya. Semangat 🔥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top