Kiat Membiasakan Diri Dengan Kritikan Demi Kemajuan Menulis

Masa, sih? Padahal dapet kritikan itu nggak enak, loh, sama nggak enaknya kayak di-ghosting doi. Hiks. Namun terlepas dari rasa sakit itu, jika kita mengerti poin pentingnya, kritikan itu sebenarnya diibaratkan seperti imunisasi. Kayak; yang nggak enak itu awalnya pas disuntik, tapi tujuan dari imunisasi adalah demi kebaikan kita. Imunisasi bisa melindungi kita dari berbagai penyakit dan membentuk semacam kekebalan tubuh.

Lah, malah melenceng 🤭

Teruntuk kritikan pedas, kita memang tidak bisa mengatur semua orang agar jangan savage ketika menyampaikan. Namun setidaknya, jangan langsung down. Kritikan memang nggak enak, tapi cobalah untuk berprinsip kalau kritikan itu kayak imunisasi—seperti yang kusampaikan di atas tadi. Ibarat imunisasi yang harus dilakukan beberapa kali dalam skala waktu tertentu, tulisan juga demikian. Sudah menjadi fakta umum kalau tulisan yang disebarluaskan apalagi kalau bacaannya gratis, tidak akan lepas dari kritikan. Ketika mentalmu tertampar trus jadi nggak mau nulis lagi, nah yang harus kuat itu kamu, bukan orang yang mengkritik sebab kita nggak pernah tahu seluas apa penyebaran karya kita. Jika kalian tahu situs web Goodreads, nah di sana banyak banget yang ngasih rating dan review, termasuk kritikan yang disampaikan secara blak-blakan.

Balik ke mantan, eh materi 😩🙏.

Apa alasannya kritikan bisa mempengaruhi kemajuan menulis? Penjelasannya begini. Ketika seseorang memberikan kritikan, kita pasti akan meninjau kembali bagian yang dikritik. Lalu ternyata yang dikritik benar, nah, kemungkinan besar kesalahan tersebut tidak akan kita ulang kembali. Dari kesalahan itulah kita tahu dan belajar.

Oleh sebab itu, saya memilih judul yang di atas dengan harapan semoga bisa memotivasi para penulis khususnya yang pemula. Memang nggak instan, tapi setidaknya, semoga penyampaian malam ini bisa sedikit banyak memberikan sudut pandang yang berbeda.

Izinkan aku share sejauh pengalaman aku gimana membiasakan diri terhadap kritikan, ya.
Pertama, goals-ku bukan dari sepedas apa kritikan orang, melainkan demi kesempurnaan karya. Kebetulan aku tipikal totalitas, jadi aku selalu menghibur diri kalau masukan yang diberikan pembaca semata-mata demi karyaku sendiri. Demi kebaikanku pokoknya.

Kedua, aku anggap kritikan yang masuk adalah sebentuk perhatian dari pembaca. Pada titik kamu dikritik menjadi titik di mana tulisanmu dibaca benar-benar oleh pembaca tersebut. Harusnya seneng, dong, ketika ada yang kritik?

Ketiga, lagi pula, nggak ada karya yang sempurna toh? Karya-karya terbitan penerbit mayor aja tidak luput dari kritikan pembaca di Goodreads, apalagi kita? So, kritikan adalah hal wajar dan kamu harus terbiasa demi kemajuan menulis kamu.

Keempat, kritikan akan selalu ada di mana pun kamu berada. Jadi, alih-alih menyerah, kamu harus konsisten. Tunjukkan kalau kamu nggak selemah itu. Dengan menunjukkan bahwa kamu mampu melewati kesalahan, di saat itu juga kemampuanmu sudah naik satu level.

Pesan
Mari belajar dari filosofi pensil. Untuk menjadi alat tulis yang berguna, pensil harus mengorbankan diri dengan cara diraut oleh peruncing pensil. Begitu pula dengan kita sebagai penulis. Jangan takut 'mempertajam' diri. Walau sakit, setidaknya hasil dari semua effort bakal menjadi layak. Butuh proses, memang, tapi akan tiba masanya ketika kita menerima keberhasilan. Semangat terus, yaaa 🤗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top