6. kaget

Pagi hari dengan cuaca yang kurang mendukung, hujan sedang disertai angin dingin, menerpa seorang remaja laki-laki yang asik terbuai dalam mimpinya di sebuah kelas yang berada di lantai tiga SMA Kurosaki. Dia adalah Hikari Inami, seorang siswa yang duduk di bangku kelas satu SMA ini.

Hikari tertidur dimejanya dengan melipatkan kedua tangannya dimeja sebagai bantalan. Dia tidak mempedulikan kalau saat ini dia sendirian di kelas itu, dia hanya mencari ketenangan semata. Kelas masih sangat kosong untuk para pelajar, karena saat ini baru jam 05:50 pagi. Jadi ya tentu saja para penghuninya di sini belum datang, terkecuali untuk Hikari dan petugas Sekolah ini dan beberapa guru yang menginap untuk mengerjakan tugasnya.

Hikari tetap pada posisinya meskipun para siswa/i di kelasnya sudah memenuhi mejanya masing-masing, dan mereka semua melakukan kegiatan pagi mereka, seperti mengobrol atau bisa dibilang bergosip, ada yang membaca buku, mengerjakan tugas, lalu makan padahal belum istirahat, mengerjai seseorang, bernyanyi di kelas, bahkan ada yang main air hujan, karena saat ini masih hujan, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Tapi tidak ada yang membuat Hikari terbangun atau sekedar terganggu sedikit saja. Apa mereka tidak menyadari keberadaannya?

Untung saja seseorang membangunkan Hikari dari tidur cantiknya, dia adalah Hamada, Hikari menganggap dia itu kakaknya. Seorang pemuda tinggi tegap, bersurai coklat dan bermata hitam yang indah, berkulit putih dengan senyuman yang menawan, yang dapat meluluhkan hati banyak perempuan diluar sana. Tapi sayangnya Hamada itu bisa dibilang playboy, karena apa? Karena dia itu memiliki banyak sekali pacar dan juga mantan, bahkan saat ini dia masih mencari perempuan untuk dijadikan pacarnya.

"Hey Hika_chan !" panggil Hamada dengan lembut di samping seseorang yang tertidur. Siapa lagi kalau bukan Hikari?

"Hey, Hika!" panggilnya lagi saat tidak mendapatkan respon.

"Ayolah Hika_chan, ini masih pagi loh~ tidak baik untukmu." ucap Hamada sedikit perhatian. Oh ayolah, Kenapa Hamada seperti ini? Bukannya dia yang selalu tidur di kelas pada saat pelajaranpun Hikari tidak mengganggunya?Tapi kenapa saat Hikari sekarang tertidur dia malah mengganggunya?

"Hey, Hika_chan !" panggil Hamada lagi untuk kesekian kalianya.

"Em, apa?" kali ini Hikari merespon dengan gumaman ciri khas seorang yang baru bangun tidur, meski dalam posisi yang sama.

"Jangan tidur!" tegas Hamada.

"Hm, terserah! Hooaamm .... " Hikari merubah posisinya, lalu tertidur kembali.

"Hey, aku serius! Astaga Hika~" Hamada sepertinya sedikit lelah kalau berhadapan dengan Hikari, mungkin Hikari saat ini butuh istirahat, jadi Hamada hanya duduk di sampingnya mendiamkan saja dan pokus pada yang lain.

Hingga seseorang mendatangai meja mereka berdua. Menyapa mereka, meski yang satunya lagi tidak menjawab. Diapun bertanya pada Hamada dengan isyarat mata, tapi dibalas dengan angkat bahu tanda tak tahu, lalu berbisik padanya kalau jangan mengganggu Hikari dulu. Tapi sepertinya tidak mempan untuk seseorang yang berada dihadapan mereka berdua ini, dia mendekat pada Hikari, lebih tepatnya telinganya, diapun berbisik.

"Hikari, kau dipanggil oleh kepala sekolah!" bisiknya pada Hikari dengan tajam dan dingin, yang membuat sang empunya terbangun kaget dan beridiri. Mata Hikari melotot dan tubuhnya menegang, bukan karena apa, tapi Hikari sensitif dengan perlakuan Ruto. Ya, dia adalah Ruto, salah satu teman sekelas Hikari dan Hamada. Bertubuh tinggi, bersurai hitam, bermata coklat dan berkulit tan.

Hikari pada posisinya yang berdiri dengan tegang, dia tidak menghiraukan pandangan kedua orang di samping dan di depannya. Hikaripun mengerjapkan kedua matanya, kaget dan takut juga kalau sedang bermimpi indah tiba-tiba ada seorang hantu datang dan berbisik pada telinganya dengan dingin, tajam dan sangat menakutkan. Hikari dipaksa bangun, dan jadilah sekarang yang energinya masih belum menyatu. Otaknya juga kaget atas perlakuan Ruto itu, dan membuat Hikari diam saja.

"Kau ... tidak apa-apa Hika_chan?" panggil Hamada seidikit kaget juga melihat Hikari yang saat ini, bahkan Hikari tidak menjawabnya.

"Pssst ... Hamada! Apa dia tidak apa-apa?" bisik Ruto kepada Hamada. Tapi belum sempat Hamada menjawab, Hikari berlari kecil keluar kelas untuk menemui sang kepala sekolah.

"Ini salahamu Ruto! Kenapa kau melakuakan hal itu? Jangan bilang kau mengerjainya?!" tebak Hamada.

"Err ... Itu ... Benar! Hehe ...," ucapnya tertawan garing.

"Astaga kau ini, sekarang bagaimana? Dia sudah terlanjur pergi."

"Ya susul saja!" kata Ruto singkat.

"Oleh siapa?"

"Kamu!"

"Merepotkan! Seharusnya kau yang tanggung jawab Ruto. Kau yang membuat Hikari begitu!" ucap Hamada kesal, dan berjalan keluar kelas mencari Hikari.

'Katanya yang harus tanggung jawab itu aku, tapi kenapa dia yang pergi?' batin Ruto memandang pintu yang dilewati Hamada.

'Di mana kau Hikari?' batin Hamada mencari kelibatan Hikari. Hamada berlarian di lorong-lorong kelas dan melirik ke setiap kelas yang dilaluinya, kenapa tidak langsung ke ruang kepala sekolah saja? Entahlah, Hamada terlalu khawatir setelah kejadian satu minggu yang lalu. Saat di mana Hamada menanyakan luka Hikari, dan mengetahui sebuah kebenaran yang sangat mengejutkannya.

Sementara itu bersama Hikari, dia sudah berada di depan pintu ruang kepala sekolah. Dia mengetuk pintu dan tak lupa mengucapkan salam, lalu dijawab oleh orang yang bersangkutan dan mengizinkan Hikari masuk.

Hikari menutup pintu dan berjalan sedikit canggung ditambah takut juga, seharusnya Hikari tidak tidur terlalu lama, lihat saja sekarang, dia terlihat sangat lelah, dengan mata yang merah, kulitnya pucat dan kesadarannya menurun, otaknnya juga dipaksa untuk bekerja. Salahkan saja Ruto yang membangunkannya seperti itu, dan juga ..., kenapa Hikari dipanggil? Apa dia melakukan kesalahan?

"Ada apa?" tanya sang kepala sekolah sekaligus pemilik dari tiga Sekolah Kurosaki yang sedang membaca berkas-berkas milik sekolah dibantu dengan sebuah kacamatanya.

"Maaf mengganggu waktunya, apa anda memanggil saya?" ucap Hikari sopan dan sedikit menunduk.

"Kamu siapa?" ucap kepala sekolah heran, menaikan kacamatanya yang melorot dan melihat Hikari.

"Maaf, saya Inami Hikari." Hikari tersenyum pada orang yang ada di depannya.

"Oh, ini kamu Hika_chan ?" tebak sang kepala sekolah.

'Erkh, nama panggilan itu. Astaga ...' batin Hikari yang dipanggil dengan sebutan yang memalukan bagi Hikari.

"Em, iya Oji_sama. " jawab Hikari dengan tersenyum manis.

"Jangan terlalu canggung, biasa saja. Dan panggil aku oji_san ok?"

"Ba-baik, oji_sama eh? Maksudnya oji_san. " gugup Hikari.

'Menyebalkan! Kenapa aku gugup?' batin Hikari yang melihat orang yang berada di depannya tertawa lepas, setelah melihat tingkah Hikari yang lucu.

"Hehe ... Maaf-maaf, jadi kamu kesini mau apa Hika_chan?" tanya kepala sekolah lagi.

"Tadi aku---" Belum sempat Hikari menjawab, pintu ruangan tersebut dibuka dengan kasar.

Brak

Suara bantingan pintu yang cukup keras, berhasil membuat Hikari dan kepala sekolah tersebut kaget dan menatap pelakunya. Ternyata itu adalah Hamada yang melakukannya, dia terlihat kelelahan seperti seorang yang habis berlari dikejar anjing.

"Ma-maaf, aku ke sini ... cu-cuma mau .... me-menjemput Hikari ..." Hamada mengucapkannya dengan napas yang memburu, dia lelah karena terus berlari untuk mencari sahabatnya itu.

"Hama_nii?" ucap Hikari heran.

"Oh kamu Hamada, Kukira siapa?" ucap kepala sekolah.

"Iya, maaf mengganggu." ucap Hamada membungkuk memberi salam sekaligus meminta maaf.

"Tidak apa-apa, santai saja." kepala sekolah itu tersenyum memandang kedua orang yang berada di depannya.

"Kalau begitu kami pergi dulu, permisi." ucap Hamada sopan dan segera menarik Hikari keluar dari sana, meski sang empunya ngomelin Hamada.

"Baiklah, hati-hati!" ucap sang kepala sekolah.

"Baik ayah!" teriak Hamada dibalik pintu, dan segera menyeret Hikari ke kelas.

🍁✨___tbc___✨🍁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top