Awal dari segalanya part 4

              Sebenarnya rumah kami berada di dekat hutan dan jauh dari perkotaan dengan tetangga yang berjauhan, bergaya jepang kuno berlantai 2 di tambah sedikit modifikasi gaya modern.

              Halaman depan, belakang maupun samping juga lumayan luas, dihiasi pepohan dan tanaman hidup lainnya di tutup oleh tembok dengan gerbang kecil sebagai penambah keindahan dan jalan masuk.

              Semua tanaman yang ada di rumah kami, kakak Zen lah yang mengurusnya bahkan pemilihan tempat rumah ini.

                Kak Zen lebih suka dengan tanaman dan kehidupan di alam luar, dari pada di kota yang ramai.

               dan kak Zen itu orangnya cukup tampan meskipun tidak lebih tampan dari ku, berambut hitam, berkulit putih, tinggi sama seperti ku dan kak Jin hanya saja berbeda sedikit, dengan gaya rambut mirip Sasuke tapi lebih pendek, lalu kak Jin dengan gaya rambut seperti Gaara dan aku Naruto nya.

                Sifatnya pendiam, namun sering banget jahil padaku, tegas dan mudah marah. Tapi dia sangat menyayangi ku dan kak Jin meskipun tidak menunjukannya dalam kata-kata. Hanya saja dia selalu khawatir pada ku saat melakukan sesuatu, begitu pun dengan kak Jin.

                Ya ..., Meskipun kak Jin itu orangnya selalu penasaran dengan diriku dan perhatian, tapi kata kak jin itu karena aku sendiri yang manja, cerewet dan cengeng bahkan rasa keingintahuan ku sangat tinggi.

                Usia kami tidak jauh berbeda, meski begitu aku tetap memanggil mereka dengan sebutan kakak. Aku sudah berusia 15 tahun dan seorang pelajar begitu pun dengan kakak ku, kami baru mendaftar dan belum mulai sekolah di SMA 風 ( kaze )sebagai murid pindahan. Lalu...

"Kakak ... suara apa itu tadi? Membuat tanah bergetar?" tanya ku dengan wajah khawatir.

"Aku tidak tahu!" jawab kak Zen.

"Ayo lihat ke sana." ajak kak Jin.

"Baik!!!" jawab kami secara kompak.

                Kami pun mendekati hutan itu dan berusaha mencari tempat datangnya sumber suara ledakan itu.

                Kami pun sampai di tengah hutan dan melihat ada lubang besar seukuran kolam renang anak remaja, lubang itu ditutupi asap yang tebal.

"Kakak siapa itu?" aku menunjuk ke lubang itu dan yang aku lihat adalah seorang gadis cantik berambut merah panjang, memakai gaun putih yang berlumuran darah, sepertinya dia adalah korban dan sudah mati, karena dia tergeletak di sisi lubang besar itu tetapi tubuhnya tidak hancur.

"Seorang gadis ..." jawab kak Jin

"Apa kita harus mendekat dan menolongnya?"

"Benar... kita harus mendekat dan menolongnya!" jawab ku.

"Apa dia sudah mati?" tanya kak Zen

"Entahlah ... aku tidak tahu."

               Aku pun segera menghampiri gadis malang itu dan memastikan apakah dia sudah mati atau belum dengan menolongnya.

"Tunggu ..." ujar kak Zen sambil berlari menghentikan ku dan langsung menarik tangan ku sebelum lebih dekat dengan gadis itu.

"Tunggu Jun ... ini sangat berbahaya bagi kita!"

"Tapi kak Zen ... dia terluka parah, bagaimana kalau dia masih hidup dan mengharapkan bantuan?"

"Sudah ... Jun ini terlalu berbahaya, kalu di sana masih ada bomnya bagaimana? Kita akan kena juga!"

"Tidak ... tidak mau, aku akan tetap menolong gadis itu!" aku menolaknya dan melepaskan genggaman tangannya dari tangan ku.

                 Aku berlari mendekati dia, tapi sebelum aku lebih dekat dengannya tiba-tiba cahaya muncul dari belakang tubuhnya dan ternyata itu adalah bom, bom itu pun meladak.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top