Jurig 1

Halo semuanya! Sebelumnya aku ingin berterima kasih untuk semua yang sudah ikut event bulan ini serta antusiasmenya yang tinggi! Cerpen bulan ini sangat beragam dan menarik! Aku mohon maaf kalau ada salah kata atau bagaimana, segala komentar di sini bertujuan agar ke depannya kita semua bisa menjadi lebih baik lagi!

Lesgo!

.

Mengapa Hujan Membawa Kenangan (82,2)

Cerpen ini bagus, cuma kelemahan terbesarnya adalah alurnya tidak jelas. Entah kisah ini bermula saat mereka remaja atau sudah tua itu enggak jelas. Kejadian kecelakaan, sama kejadian di rumah orang tua Kirana juga tidak jelas posisinya di mana. Aku enggak tahu ini cerpennya alur maju atau maju mundur. Lalu sudut pandang di cerpen juga tidak konsisten. Mungkin sebaiknya tetap fokus pada sudut pandang orang ketiga yang fokus pada Farhan, bukan serba tahu. Atau kalau ingin diubah, dikasi pembatas atau di adegan yang berbeda. Perubahan sudut pandangnya tidak mulus di cerpen ini, ada yang pada 1 paragraf, ada pulang yang tiba-tiba seperti saat adegan orang tua Kirana. Sejujurnya cerpen ini lebih seperti kepingan-kepingan adegan yang dipaksa disatukan menjadi cerpen. Tidak ada divider antar adegan juga bikin cerpen ini semakin enggak mulus. Sampai akhir, aku enggak tahu tujuan cerpen ini apa. Beberapa diksinya apik dan bagus, tapi di sisi lain ada beberapa kalimat yang rancu dan tidak padu. Beberapa koreksi lainnya sudah dikoreksi langsung melalui kolom komentar.

EYD aku kasih 85 karena penulis sudah memperlihatkan pemahaman terhadap EYD yang baik, hanya ada beberapa koreksi. Sayangnya, meskipun EYD sudah baik, penyusunan katanya masih banyak yang kurang tepat. Akan tetapi hal ini diselamatkan oleh beberapa diksi yang indah pula, makanya diberi nilai 80. Aku memberi nilai 88 pada tema penyakit karena deskripsi penyakitnya masih agak kurang padu dengan cerita. Alzheimer memang penyakit lupa, tapi pasti ada gejala lainnya. Namun, di cerpen ini hanya ditonjolkan tentang pasien yang pelupa. Karakterisasi tokoh juga diberi agak kecil, 80, karena pembawaan cerpen yang tidak jelas sehingga berefek. Ketidakjelasan alur juga membuat nilai suasana dalam cerpen turun menjadi 78.

.

The Last December

Cerpen ini dari segi alur lebih jelas dari yang sebelumnya, tapi dari segi diksi dan pembawaannya bikin bosan banget. Aku merasa dihipnotis dengan penggunaan frasa dan kalimat yang diulang-ulang. Padahal kalau kata-kata yang diulang itu dipake untuk memberi detail dalam cerita akan lebih baik lagi. Tapi malah cerita ini seolah banyak detail yang hilang, dan twist di akhir pun malah bikin plot hole di cerpen ini semakin membesar. Aku akui pesan moral dalam cerpen ini bagus, dan Mikael kayanya orang yang optimis banget, tapi lama-lama kaya orang narsis. Dari awal kondisi kanker yang diderita saja sudah aneh, terus enggak ada hint bahwa dia memilih untuk tidak kemoterapi, malah ujug2 keliling dunia. Terus soal sistem eror, pemeriksaan kanker bukan cuma satu jenis pakai komputer, ya. Ada macam2 tes, tes fisik, laboratorium, berbagai scan macam CT Scan, MRI, dll. Mungkin bisa riset lagi, ya. Kanker bukan penyakit yang bisa dengan gampang ditempel dalam cerpen.

Sama seperti cerpen sebelumnya, penulis terlihat sudah memiliki dasar pemahaman EYD yang sehingga diberi nilai 85. Akan tetapi, penggunaan diksi yang diulang-ulang sepanjang cerpen sangat mengecewakan dan mengganggu, menujukkan kurangnya kreativitas dalam cerpen ini, jadi mohon maaf saya beri 75, ya. Keselarasan tema penyakit juga diberi 80 saja, karena sedari awal penyakitnya sudah tidak jelas dan tidak logis, ditambah kejutan di akhir makin membuatku tidak begitu terkesan. Untungnya, tokoh di sini justru menunjukkan semangat hidup yang kuat sehingga karakterisasi pun ikut menguat, saya beri nilai 85. Suasana dalam cerpen ini tidak begitu terasa, tetapi sifat tokoh yang tetap semangat sedikit memengaruhi suasana jadi saya beri nilai 81.

.

Viella: Her Smile

Cerita ini cukup memilukan, sedih sekali Viella memilih untuk menyerah. Kalau saja pembawaan cerpen ini lebih menarik, pasti aku akan lebih nyaman. Mungkin karena ini memakai sudut padang Gray, terlalu banyak serangan -nya di cerpen ini. Kemudian juga kebanyakan show daripada tell. Aku jujur agak bosan membaca cerpennya. Gray terlalu banyak bermonolog tentang kondisi Viella, beberapa mungkin lebih baik digambarkan, khususnya tentang perjuangan Gray yang tetap di samping Viella selama di sekolah. Penulis juga masih sering salah dalam menyusun kata, menurutku itu agak mengganggu. Mungkin penulis bisa banyak-banyak membaca, atau membaca ulang cerpen sendiri sebelum dikirim. Hindari penggunaan kata yang sama dalam satu kalimat.

Sayangnya masih cukup banyak kekurangan dalam penerapan EYD dalam cerpen ini (nilai 78), semoga masukan di kolom komentar dapat diterapkan di cerpen selanjutnya, ya. Akibat EYD masih kurang bagus, diksi juga mengikuti (nilai 77). Sisi baiknya tema penyakit cukup kuat terasa di cerpen ini, pun karakterisasi Gray sebagai tokoh utama (masing-masing nilai 90 dan 88). Diksi yang kurang mumpuni cukup memengaruhi suasana cerpen, jadi hanya saya beri nilai 80.

.

Aroma Hujan di Rerumputan

Ceritanya sedih, tapi sayangnya tema bulan ini tidak menjadi highlight, hanya muncul di akhir saja. Bahkan kecelakaannya cuma sekilas, dan deskripsi penyakitnya sama sekali tidak ada. Kalau dari aku, cerpen ini enggak masuk tema. Selain itu, soal mencuri ini juga seolah hanya dijadikan tempelan dan hanya sekali disebut di akhir cerpen. Dari segi penulisan cerpen ini memang lebih baik, tapi mungkin bisa menghindari menggunakan frasa yang sama: "mata berbinar-binar" karena banyak frasa lain untuk mendeskripsikan emosi tokoh. Tapi di sisi lain, aku mau bilang Tasya dan Budy cocok, sama-sama sedeng, wkwkwkwk.

EYD diberi nilai 83 karena masih ada perbaikan yang harus dilakukan. Untuk koreksinya sila dicek di kolom komentar, ya. Diksi diberi nilai 78 karena kurang variatif. Seperti yang dibilang sebelumnya, cerita ini justru terasa seperti kisah cinta Budy dan Tasya ketimbang cerpen dengan tema penyakit, otomatis untuk dua kriteria ini diberi nilai 75. Suasana yang terbangun dalam cerpen cukup baik jadi diberi nilai 80.

.

Fatal

Cerita ini jauh lebih nyaman dibaca dibanding cerpen-cerpen sebelumnya. Pembawaannya apik dan padat, diksi bagus, dan karakterisasi yang sangat manusiawi. Pun kisah Muklis yang sakit juga dijelaskan sedemikian rupa, meskipun ending-nya sangat plot twist. Saya speechless, malah ngira Muklis yang hamil wkwkwkwk. Enggak banyak komen atau perbaikan, yang dikit-dikit udah disampaikan di kolom komentar. Nur yang sabar, ya. Kalau aku jadi Nur, minimal udah ditendang satu kali. Hadeh.

EYD sudah mantap dan minim perbaikan (87), diksinya juga enggak kaleng-kaleng (90). Mulai dari keselarasan tema (95), karakterisasi (94), dan suasana (90) sudah sangat memenuhi ekspektasi. Saya tidak banyak komentar.

.

Ketika Orang Dewasa Sakit Demam

Cerita ini menghibur dan mungkin relate untuk orang-orang. Cuma di sini aku enggak lihat Cherry minum obat. Biasanya obat demam bikin mengantuk, hehe. Aku agak terganggu dengan pergantian kata "aku" dan "kita" di tengah-tengah cerpen, seolah Cherry menembus dinding keempat. Pun soal dialog membatin yang bisa dijadikan italik saja daripada digabung. Beberapa kata asing juga enggak diitalik, nih. Aku cuma bisa bilang get well soon, Cherry!

Mungkin karena pemilihan sudut pandang yang kurang tepat sehingga dalam pembawaannya kurang bagus dan berdampak pada nilai diksi (85). EYD diberi 80 karena masih banyak kata asing yang terlewat. Di sisi lain, untuk keselarasan tema (95) dan karakterisasi tokoh (89) secara umum sudah sangat tergambar dan kuat. Suasana agak turun (85) karena tidak konsistennya penggunaan diksi tadi.

.

Hidup Harus Tetap Berjalan Sebagaimana Mestinya

Oke, ini cerpen pertama yang bikin mata berkeringat alias berkaca-kaca. Mungkin karena tentang ayah, mungkin juga karena tokohnya anak broken home kaya aku, hehe. Ceritanya runut dan enak dibaca, kita disajikan kisah si Aku mulai dari ditinggal Ibu, perjuangan agar lulus, sampai kepergian sang Ayah. Memang takdir tidak ada yang tahu. Aku enggak banyak komplain tentang cerpen ini kecuali penggunaan italik untuk beberapa kata.

Cerpen ini memiliki nilai paling tinggi dalam EYD (89) dan diksi (90). Meskipun simpel, tidak neko-neko dan lugas. Aku suka. Keselarasan tema penyakitnya mungkin akan sedikit lebih tinggi dari 90 kalau saja isu penyakit muncul lebih awal alih-alih di tengah cerpen. Karena penyakitnya baru muncul dari tengah, karakterisasinya pun juga tidak bisa lebih tinggi dari 89. Tapi dari segi suasanya sudah begitu baik dan mengena (92)

.

Bertahan Hidup di Kedinginan Alpen

Sejujurnya cerita ini sangat menarik, apalagi mengambil penyakit yang aku enggak sangka: hipotermia. Dari segi kepenulisan sudah baik, aku yakin penulis sudah paham kurang lebih, tetapi tetap diperhatikan penggunaan italik dan kata baku. Cerpen ini memiliki diksi ala terjemahan, jadi beberapa kata nonbaku yang terselip jujur merusak suasana. Mungkin penggunaan dialog tag juga masih banyak yang salah. Sama aku harap di cerita ini juga ada divider/pemisah, khususnya saat bagian mengingat kembali kejadian sebelumnya. Aku agak kesulitan menerka-nerka apakah ini recall kejadian sebelumnya atau masa kini. Tapi aku salut dengan persahabatan Adam dan Erick. Turut senang dengan happy ending-nya.

EYD cerpen ini jadi turun ke 80 karena kurang konsisten dalam penggunaan kata baku dan penggunaan italik untuk kata asing. Namun, aku akui dari segi diksi sudah cukup bagus (87), aku sendiri sangat suka diksi tipe ala terjemahan begini. Tema penyakitnya pun begitu terasa (95) dan aku sangat suka karakter Adam yang sangat menyayangi Erick sebagai sahabatnya dan perjuangannya untuk menyelamatkan diri dan Erick (95). Kalau saja cerpen ini memiliki pemisah, mungkin suasana dalam cerpen bisa lebih terasa, jadi untuk sekarang masih aku kasih nilai 88.

.

Something Blue

Aku enggak tahu kenapa judulnya ini, apa ini istilah baru, ya? Tapi cerpen ini bikin aku merasa hangat. Karakternya juga sangat manusiawi, dan beberapa pertanyaan di awal pelan-pelan terungkap selama cerpen berlangsung. Hanya saja alasan si istri pergi tiba-tiba itu masih abu-abu, sih. Aku suka proporsi show and tell di cerpen ini, enggak kurang dan enggak lebih. Pembawaan emosi Theo sebagai orang yang lumpuh dan jadi putus asa juga sangat relatable. Aku senang dengan akhirnya juga. Cerpen yang manis untuk menutup event kita bulan ini.

Jujur saja dari semua cerpen, ini adalah cerpen favoritku! Bahkan kenyataan bahwa EYD (80) dan diksi (79) yang masih perlu ditingkatkan tidak begitu mengganggu pengalaman membacaku. Jadi untuk nilai tema (95), karakterisasi (97) dan suasana (95) aku beri nilai paling tinggi. Untuk masukan terkait EYD dan diksi bisa dicek pada kolom komentar, ya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top