20. Kaleng Soda

Reno mengajak si pemuda beli minuman soda varian baru karena katanya itu langka, tetapi toko masih belum buka, alhasil si pemuda melamun pada langit cerah yang katanya mau turun hujan, katanya juga, ada kabar bayi bakal jatuh dari langit.

"Hah? Mengurus Ari Ana saja sudah repot."

"Kayaknya lagi keluar."

Kaleng soda ukuran sedang hanya dua ratus lima puluh mililiter sudah didapat, sayangnya penjual tidak ada, Koh lagi keluar sebentar atau barangkali di kamar mandi, cuci kaktus.

Tahu-tahu ada bocah laki-laki yang baru gede, beda jauh tingginya dibandingkan dua pemuda, karena memang tinggi mereka di atas rata-rata, bocah itu meletakkan uang dan menyelonong pergi, sayangnya kaleng soda ikut kebawa.

Kalau tidak salah salah satu wanita tetangga pernah menyebut namanya tukik, pekik, yang benar Lukik, maka keduanya mengejarnya sampai di perempatan, untung sepi jadi tidak ada yang menabrak, sementara sepeda ditinggal di parkiran warung bebas curanmor.

Mereka lihat ada gerombolan remaja bocah main sepak bola kelapa terbakar, dan setelah diperhatikan rupanya ada yang mirip Lukik di antaranya, lantas dengan sigap Reno melompat lalu membekapnya, tentu bocah baru gede itu ketakutan, kawan-kawan main juga ketakutan, dan setelah dipaksa mengaku ternyata bocah itu bukan yang dicari.

Lukik yang asli sedang bersama kakaknya, yang sama-sama sama besarnya, dan tahu itu kakaknya karena dipanggil 'Kakak', hanya beda setelan saja, satu khas anak-anak binal kurang didikan soal baju karena harusnya kalau panas-panas memakai baju tipis ini tebal berlapis-lapis, satunya sama saja cuma lapisan terluarnya pakai jaket.

Kakaknya marah mengetahui Lukik mengambil barang yang bukan miliknya, Lukik juga baru sadar kalau itu tindakan yang salah karena dikiranya itu bonus, lantas kakaknya pun menyuruh mencari pemilik aslinya, saat dijelaskan ciri-ciri dia langsung tahu itu siapa, tetapi yang ribet adalah harus mencari ke penjuru desa mengingat ini masanya Ari Ana tidur dan pengasuhnya keluar untuk berbelanja.

Di lapangan yang berlangsung adegan interogasi hebat-hebatan, satu per satu bocah yang berbaris dinasehati Reno bahwa main bola terbakar itu bahaya, tetapi para bocah mengeyel kalau itu aman asalkan bertelanjang kaki, Reno tidak mau tahu, si pemuda bodoh amat, sementara Lukik dan kakaknya yang baru sampai terkaget-kaget bocah-bocah desa laksana dipelonco senior jahanam, maka kakaknya menghentikan itu, dan bertemulah mereka.

Para bocah sudah dilepas kembali ke kandang rumah masing-masing, Lukik meminta maaf dan berniat mengembalikan kaleng soda, tetapi si pemuda yang maklum pun akhirnya memberikannya saja (Reno agak tidak rela, tetapi dia manut), dan setelah berjejer, ternyata Lukik, bocah yang dikira Lukik, dan kakak Lukik, sama semua, tetapi ketiganya bukan kembar.

Lukik itu anak yang bungsu, kakaknya itu sulung, dia memperkenalkan diri dengan nama Jekik, bekerja paruh waktu di swalayan terdekat, sementara anak tengah Ukik memang suka main sepak bola kelapa terbakar katanya buat latihan lomba antarprovinsi.

Maka Reno dan si pemuda pun pulang bergerak, di tengah jalan bertemu bocah lagi.

Di luar waktu akan naikkan standar sepeda, Reno baru sadar ada lembar kelebihan di kembalian, lantas dia langsung berbalik yang membikin si pemuda ikut kebingungan, dan ketika dicari adakah orang di dalam warung, tidak ada siapa-siapa.

Bocah itu tidak berkata apa-apa dan mengambil barang-barang mereka dan dibungkus plastik dan sehabis diberi uang bayaran langsung kasih kembali, dan dia tiba-tiba hilang, aneh juga, Reno dan si pemuda terheran-heran, beberapa saat hening, keduanya putuskan pulang.

Sesampai di depan konter warung, setelah tahu mau beli apa, si pemuda dan Reno meletakkan barang yang mau dibeli di atas meja kasir. Ternyata yang jaga bukan Koh, tetapi bocah laki-laki yang kayaknya seumuran beda sedikit.

Ya sudah dia putuskan ke warung Koh, ke sananya bareng Reno, naik sepeda sendiri-sendiri, sepedanya Reno memang dikhususkan buat badannya yang bongsor, lagi pula malas kalau berboncengan, di jalan sejuk sekali angin sore, nyanyian burung dan tarian pepohonan mengiringi.

Pagi itu, si pemuda mendadak ada ide buat beli sesuatu, tetapi tidak tahu barang yang mau dibeli apa, ya namanya juga kepingin beli-beli, mumpung baru turun uang (bukan dari langit).

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top