「↺┇𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝟎𝟗 ┆𝒉𝒐𝒏𝒆𝒚𝒎𝒐𝒐𝒏?」
✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩
𝐠𝐮𝐦𝐮𝐬𝐬𝐞𝐫𝐯𝐢
✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩
"Wah, Pemandangannya bagus sekali"
[Name] memejamkan mata, merasakan semilir angin pantai menerpa wajah cantiknya. Satoru menatap datar punggung istrinya. Kini keduanya sedang berada di salah satu pantai, di Prefektur Kyoto.
Setelah menempuh perjalanan sejauh 3,5 jam dari stasiun Kyoto. [Name] dan suaminya berhasil tiba di Pantai Kotohikihama. Sebenarnya, Alasan keduanya pergi sampai ke Kyoto adalah tak lain dan tak bukan perintah ayah [Name], dengan alasan agar keduanya cepat memilik anak.
Atau lebih tepatnya Honeymoon dadakan.
Tapi sperti biasa, hanya [Name] yang merasa senang dengan perjalanan ini. Wajah Satoru tetap datar seperi biasanya. "Kemarilah Gojou -san, airnya menyergarkan sekali" Ujar [Name] dengan senyuman manis yang merekah di bibir tipisnya.
Ada sesuatu yang terasa aneh di dalam diri Satoru ketika melihat senyum manis milik [Name]. Dadanya terasa bergemuruh, dan pandangannya tidak dapat ia alihkan dari pesona milik istrinya. "cih." Satoru berdecih, ia memasukan kedua tangannya kedalam saku di sisi celananya.
Kakinya memilih melangkah menjauh dan pergi menuju mesin minuman di sisi pantai. Meninggalkan [Name] sendiri yang kini senyumnya telah luntur dan digantikan oleh helaan nafas beratnya.
"Harus berapa lama lagi aku bertahan?"
Suara parau [Name]. Kepalanya ia gadahnya memaksa menerjang sinar matahari yang terik demi melihat indahnya langit berwarna biru di sertai awan putih. Ada kalanya ia merasa lelah dengan sikap Satoru yang begitu acuh kepada dirinya.
Tetapi hatinya menolak untuk menyerah. Ia masih yakin bisa meluluhkan hati Satoru, dan membuat Satoru juga mencintainya. Walau ia tak tahu kapan.
"Hey?" Sebuah suara asing menyapanya. Awalnya ia acuh, merasa orang itu tidak memanggilnya. Tetapi detik selanjutnya, suara itu malah memanggil nama kecilnya. "[Name]?" Memaksa [Name] menoleh, mengalishkan pandangannya dari indahnya langit siang hari.
"Ah? Selamat siang" Sapa nya ramah. Walau tak kenal ia berusaha bersikap ramah, seperti yang selalu ibunya ajarkan. Lelaki tersebut tersenyum ramah, membuat [Name] dilanda kebingungan. "sepertinya kau melupakan ku yah?" ujar lelaki tersebut masih dengan senyuman di wajahnya.
"um, maafkan aku?" Ujar [name] dengan hati hati. Lelaki itu masih tersenyum kemudian melontarkan lagi kalimat dar mulutnya. "Namaku Eichi dari klan Arata. Kita pernah bertemu saat kecil, [Name]" Ujarnya membuat lawan bicarany terdiam di tempat.
Kembali terjun mengingat masa lalu, [Name] berusaha mengingat nama yang terasa familiar di pendengarannya. "Ah? Chi -chan? wah! lama tak bertemu hehe" [Name] menggaruk belakang kepalanya. Merasa malu karena melupakan teman masa kecilnya. "Haha, akhirnya kau ingat juga" Ujar lelaki manis bernama Eichi itu.
Keduanya berbincang sembari duduk di tepi pantai di temani suara deburan ombak yang saling bersautan. "Ayah!" sebuah teriakan mengalihkan pandangan dua lawan jenis tersebut. Serempak, keduanya menoleh mencari sumber suara.
Seorang gadis kecil berlari kearah Eichi dan mendaratkan pelukan hangat di sertai tawa manis. [Name] tersenyum melihat pemandangan di depannya. Ia memang sangat menyukai anak kecil. "Siapa, Chi -chan?" Ujar [Name] pada akhirnya setelah sang gadis kecil duduk di pangkuan sang ayah.
"Ah? ini putri sulungku. Manis kan?" Ujar Eichi membalas pertanyaan [Name]. Tangan Eichi mengusap rambut sang anak dan menatap dengan tatapan penuh kasih sayang layaknya seorang ayah. [Name] mengangguk, menyetujui pertanyaan yang dilontarkan oleh teman masa kecilnya.
"kemana ibunya, Chi -chan?" Ujar [Name] dan ikut mengelus rambut milik anak teman lamanya itu. Air muka milik Eichi terasa berubah drastis. "Ibunya telah tiada saat melahirkannya" uajrnya dengan nada sendunya. Membuat [Name] mwerasa bersalah telah membuka mulut.
"ma- maafkan aku Chi -chan. Aku tidak tahu" ujar [Name] juga sendu. "tak apa [Name] bukan salahmu kok" Eichi kembali menampilkan senyuman nya yang begitu cerah. Tetapi rasa bersalah [Name] tidak berkurang sedikitpun.
"Namanya siapa?" Tanya [Name]. "Aku Akira! kakak siap? cantik sekale!" Ujar sang gadis kecil dengan kobaran api semangat menjawab pertanyaan [Name]. "Wah, Akira -chan yah? nama yang cantik seperti orangnya" Ujar [Name] kembali megusap manis rambut milik Akira.
Membuat anak kecil itu tertawa renyah, menyukai sentuhan dari [Name]. "Terimkasih kakak cantik!" Ketiga nya memilih menyusuri tepi pantai di temani beberapa jajanan yang telah di beli sebelumnya. Akira banyak berbicara, terutama kepada [Name]. [Name] dengan senang hati mendengarkan setiap ocehan dari Akira dan beberapa kali menanggapinya.
Tak terasa, hari telah petang. Langit biru kini terganti dengan pekatnya warna oranye. [Name] memilih untuk pergi ke penginapan yang telah ia dan Satoru pesan sebelumnya. Kemudian ia memilih membersihkan dirinya sebelum pergi tidur.
"kau seperti seorang pelacur"
Suara baritone milik suaminya mengejutkan [Name] yang baru saja keluar dari kamar mandi. Satoru sudah duduk di atas kasur sembari matanya menatap tajam sang istri. Pertnyataan kasar yang keluar dari bibir Satoru sejujurnya berhasil menusuk hati sang wanita.
"apa maksudmu, Gojou -san?"
[Name] menyerit. dirinya dilanda kebingungan. Menunggu jawaban terlontar dari mulut milik Satoru. "pergi berkencan bersama lelaki lain padahal sudah punya suami? cih, benar - benar seperti pelacur." [Name] terdiam sejenak sebelum mulutnya kembali melontarkan kalimat yang berhasil memancing emosi sang suami.
"apa kau cemburu?"
Mata Satoru tebelak. Detik berikutnya, Satoru sudah berdiri di hadapan [Name]. Tangannya mencengkram rahang kecil milik sang wanita sehingga menimbulkan bercak merah di kulit putihnya. Membuat [Name] kesulitan membuka suara.
"Jangan bercanda. melihatmu saja sudah membuatku muak"
Ujar Satoru penuh penekanan di telinga [Name] membuat sang wanita bergetar dilanda ketakutan. Kemudian gigi Satoru berlabuh di leher jenjang milik [Name] yang terekspos karena [Name] hanya menggunakan handuk berbentuk kimono. Satoru meningalkan jejak merah dan darah yang mengalir melewati leher putih itu.
"Argh"
Mengundang rintihan kesakitan dari mulut [Name]. Tangannya memegang tangan Satoru yang mencengkram erat rahangnya, meminta di lepaskan karena terasa semakin nyeri. Satoru pun pada akhirnya melepaskan cengkramannya. Membuat tubuh [Name] seketika ambruk.
Tubuh mungil itu menyentuh lantai. Seperti semua tenaganya telah di serap habis. Nafasnya tersenggal senggal, berusaha meraup rakus oksigen untuk mengisi paru paru yang seketika terasa kosong.
"inagt batasanmu pelacur"
✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩
𝒕𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆𝒅
✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩
【 31 Maret 2021】
Cita cita ku pengen aesthetic in work wkwk biar kayak yang laen😭🙌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top