[1]

"Maafkan aku Kurama..."

Ia bisa melihat dan mengingat dengan jelas senyuman yang diberikan pemuda yang baru saja menginjak usia 17 tahun itu. Ia tahu, saat itu senyuman yang diberikan adalah sebuah perpisahan selamanya untuk mereka berdua.

"Lalu, kau ingin bilang ini adalah perpisahan?"

Dibalik alam bawah sadarnya, semuanya terasa gelap. Meski demikian, ia masih bisa melihat jelas sosok pemuda berambut kuning yang sudah bersamanya selama 17 tahun itu. Teman pertamanya, sahabat pertamanya.

"Tidak juga," senyuman khasnya bahkan tetap sama meskipun kenyataannya, pemuda itu bahkan tidak lagi berada di dunia yang sama dengannya, "kita akan bertemu lagi Kurama."

Dan sentuhan itu bahkan mengingatkannya langsung pada penciptanya. Dan ia akan kehilangan kehangatan itu.

"Dan kakek Rikkudou itu memintaku melakukan sesuatu sebelum aku menghilang bersamaan dengan chakraku yang tersisa ini," rubah orange itu menatap pada pemuda yang sosoknya semakin pudar ditengah kegelapan itu.

"Melakukan sesuatu?"

"Kau akan tahu saat kau membuka mata nanti. Sesuatu yang selama ini tidak pernah kau dapatkan," usapan itu kembali diberikan, bersamaan dengan rasa kantuk yang langsung menyerangnya begitu saja. Ditengah kesadaran yang semakin menghilang, senyuman itu yang masih bisa ia lihat hingga ia hanya menemukan kegelapan saat kesadarannya sepenuhnya menghilang.

"Kita akan bertemu lagi... Kurama."

.
.
Guardian Angel
.
.
Family/Friendship
Rated : T+
No pairing for now.
.
.

Uzumaki Naruto tewas ditangan sahabatnya sendiri Uchiha Sasuke. Itu yang ia tangkap, saat pertarungan selesai. Haruno Sakura yang saat itu mencoba untuk menyelamatkannya gagal untuk melakukan itu. Ia kehabisan darah, meninggal dengan tenang saat pertarungan berakhir.

Sedih? Ia bohong jika tidak merasakannya. Karena pemuda itu, untuk kali pertama ia merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang teman sekaligus sebuah keluarga.

Namun ia tidak bisa melakukan apapun, chakranya ditarik oleh Uchiha Sasuke, keluar dari tubuh Naruto. Ia tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan anak itu.

Dan ia harus berpura-pura baik-baik saja saat pemuda itu menemuinya untuk terakhir kalinya.

"Apakah ia baik-baik saja?"

"Kurasa ia baik-baik saja. Aliran chakranya sangat bagus, bahkan ia memiliki chakra yang sangat besar."

Ditengah kegelapan, dimana kenangan bersama Naruto ia rasakan, suara-suara asing yang mengganggu itu tampaknya sukses membuat ia merasa kesal. Tidurnya terganggu, dan pikirannya terganggu. Lagipula, berani sekali mereka mengganggunya. Ia adalah Kyuubi, monster rubah ekor sembilan yang ditakuti.

"Tch..."

"Ah, ia sudah sadar," satu hal yang ia lihat selain siluet orang-orang yang mengelilinginya adalah ruangan serba putih dengan bau yang sangat menyengat. Bau obat, ia yakin itu, "apakah kau tidak apa nak?"

"Kalian semua terlalu berisik!" Ia membuka matanya lebar mendengar suaranya sendiri. Tunggu, suaranya berubah. Suara dengan nada tinggi, seperti seorang anak kecil. Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan dan duduk begitu saja di tempat dimana ia berbaring. Kali ini kesadarannya sudah terkumpul, hingga ia bisa melihat sekelilingnya.

Ruangan serba putih, dengan orang-orang berpakaian seperti ninja medis. Dan ia tahu betul lambang di Hitai Ate mereka menunjukkan dari desa mana.

"Konoha...?"

"Ya, kau berada di desa Konoha. Bagaimana perasaanmu saat ini nak?" Kembali, Iryonin yang saat ini memeriksanya memanggilnya dengan sebutan nak. Apakah mereka tidak melihat bagaimana bulu kebanggaannya dan juga taring panjang yang runcing ini? Dan seenaknya mereka memanggilnya nak?!

"Hei, apa maksudmu dengan--" ia menoleh pada cermin yang ada di dekat tempatnya berbaring. Ia bahkan tidak perlu berpikir kembali apa alasan orang-orang itu memanggilnya dengan sebutan nak. Yang ada disana bukanlah seekor rubah yang ditakuti, bukanlah tubuh berbulu lebat berwarna orange dengan ekor berjumlah sembilan, namun seorang anak kecil berambut orange. Sekitar umur 3 atau 4 tahun yang tampak mengikuti setiap pergerakan yang ia lakukan.

Sesuatu yang membuktikan bahwa anak itu adalah sosok dirinya yang sekarang.

"Nak? Kau tidak apa-apa?"

'GAKI, APA YANG KAU LAKUKAN?!'

(Ia bersumpah, di sisi dunia lain sana, ia bisa mendengar suara tawa Naruto dan juga Rikudou Sennin.)

...nah. Lupakan.

.
.

"Kami harus mencatat data dirimu dulu," beberapa orang perawat tampak memeriksa dirinya saat itu. Beberapa mengecek aliran chakranya, dan beberapa menanyai pertanyaan padanya, "pertama, siapa namamu?"

...

"Kurama. Hanya itu," ia bisa saja membunuh mereka semua saat ini untuk menghindari banyak pertanyaan lainnya, namun nafsu membunuhnya sudah lama menghilang sejak ia setuju untuk bekerja sama dengan Naruto. Lagipula, ia tidak ingin repot karena harus melawan satu desa saat ini meskipun mereka masih dalam suasana habis perang dan berkabung.

"Baiklah, seseorang menemukanmu di depan gerbang Konoha dalam keadaan tidak sadarkan diri. Apakah kau ingat apa yang terjadi sebelum itu?"

"Tidak," semua itu jujur. Lagipula, ingatan satu-satunya adalah saat ia terbangun dan sudah berada disini. Setidaknya ingatan pertama saat ia terjebak dalam tubuh anak kecil ini, "aku tidak ingat bagaimana, dimana keluargaku, dan semua selain namaku."

Setidaknya firasatnya mengatakan jika ia tidak perlu menyebutkan nama pahlawan Shinobi itu karena kenyataannya orang-orang ini bahkan tidak mengenalnya saat ini.

"Sudah selesai?" ia turun dari tempat tidurnya dan tampak akan berjalan sedikit oleng. Apa yang bisa diharapkan? Hingga kemarin, ia adalah seekor rubah yang dikurung di penjara dan berjalan dengan empat kaki. Tiba-tiba menggunakan dua kaki untuk berjalan bukanlah sesuatu yang mudah, "aku akan pergi kalau begitu."

"Ah tunggu!"

Suara perawat itu tidak ia hiraukan, dan ia akan membuka pintu untuk menemukan seseorang sudah membukanya dengan segera.

"Kudengar anak itu sudah sadar dattebane!" Bahkan ia terlalu terkejut untuk menyeimbangkan tubuhnya dan jatuh terduduk. Suara yang sangat familiar membuatnya dengan segera menoleh dan menemukan gadis yang sangat familiar di matanya. Perempuan berambut merah panjang, yang pernah menjadi inangnya.

"Ah, kau sudah sadar!"

Uzumaki Kushina.

'Ada apa lagi ini? Bukankah ia sudah tewas belasan tahun yang lalu?!' Dan kenyataannya, Kurama sudah bisa menebak dari reaksi perempuan itu jika yang menemukan dirinya di depan gerbang Konoha adalah Uzumaki Kushina.

.
.

"Katakan ini hanya mimpi..."

Kurama tampak menatap dengan pandangan aneh saat dibawa oleh Kushina keluar rumah sakit. Desa Konoha yang dulu sebelum dihancurkan Pain tampak berdiri, dan yang lebih jelas terlihat adalah tampak monumen Hokage terukir megah di bukit yang ada di dekat desa tersebut.

Berbeda dari yang terakhir kali ia ingat, kepala Hokage yang terukir kali ini hanya ada empat.

Kurama tidaklah seorang yang berpikiran lamban seperti Naruto. Ia sudah hidup ratusan tahun lamanya, dan ia cepat menyimpulkan sesuatu.

Ia berada di masa lalu.

Entah apa yang dipikirkan Naruto dengan mengirimnya ke masa lalu terlebih terjebak dalam tubuh anak kecil seperti ini.

"Kurama-kun, ada apa? Kita harus bertemu Minato," pandangannya beralih pada Kushina yang masih menggenggam tangannya namun berhenti saat ia juga berhenti. Minato--itu artinya ia kembali ke waktu dimana Minato menjadi hokage.

"Untuk apa pergi kesana?!"

"Karena sudah aturan desa kalau ada orang baru yang masuk dan tidak ada surat pengantar, Hokage harus ditemui," Kushina tampak tertawa pelan dan menatap Kurama yang hanya berdecih pelan dan memalingkan wajahnya, "tenang saja, Minato tidak akan melakukan apapun yang akan menyakitimu."

"Tentu saja ia akan melakukannya kalau ia menemukan sesuatu yang mencurigakan padaku," Kurama bergumam dan tampak menatap sekeliling, 'jika mereka masih hidup, berarti gaki belum lahir. Aku belum tahu ini berapa tahun sebelum kelahirannya...'

"Nah, kita sudah sampai," Kushina tampak berjongkok dan menggendong Kurama.

"Hei!"

.
.
.

"Jadi, aku mendengan Kushina menemukanmu di depan gerbang Konoha?" Ia tampak menatap pria bergelar Hokage yang ada di depannya saat ini. Namikaze Minato, tampak sehat dan hidup. Tidak pernah ia bayangkan karena ingatannya berjam-jam yang lalu ia baru saja melihat pria ini menghilang, "siapa namamu?"

"Namaku Kurama," jawabnya menahan diri untuk tidak memutar bola matanya bosan, "dan sebelum kau bertanya lebih lanjut, hanya itu yang kuingat. Keluarga, tempat tinggal, dan kenapa aku ada disini. Tidak ada yang kuingat."

...

Baik Shikaku yang berada disana, Minato, maupun Kushina tampak terdiam mendengarnya.

"Apakah Inoichi sudah kembali dari misi panjangnya?" Minato menatap Shikaku yang hanya menghela napas dan menggeleng. Kurama sendiri tersentak mendengarnya, ia yakin ia tidak akan lolos dari penglihatan klan Yamanaka. Terutama jika ia ingin menyembunyikan kekuatannya.

"Kalau begitu kurasa kau akan tinggak di--"

"Minato," Kushina tampak memotong perkataan Minato dan sang Hokage menatap pada isterinya tersebut, "bagaimana kalau sekalian menunggu Shikaku, Kurama-kun tinggal bersama kita?"

"Eh?/Haaah?" Minato dan Kurama saling merespon dengan cara berbeda saat mendengar usulan dari Kushina.

"Tidak terima kasih, kalau memang begitu lebih baik aku keluar dari desa saja," jawab Kurama menolak terang-terangan ajakan dari Kurshina.

"Itu berbahaya Kushina. Kita tidak akan tahu apakah ia mata-mata desa lain atau tidak."

'Tidak sih, kau mau menerima anak yang sebenarnya adalah monster yang ada di dalam tubuh isterimu?' Kurama tampak menatap dengan tatapan kesal pada Minato.

"Ayolah Minato, aku merasa ia bukan mata-mata. Ada sesuatu yang membuatku tertarik pada anak ini," suara Kushina sedikit memelan dan berbisik disaat ia mengatakan hal itu, "lagipula... aku cukup kesepian karena selalu berada di rumah sendirian."

"Kushina..."

"Ayolah Minato..."

"Hei, apakah kalian tidak mendengar penolakanku tadi?" Kurama menatap kesal kedua pasangan suami isteri itu.

"Baiklah, aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja Kurama-kun, karena kau sudah memasuki desa dan menjadi tanggung jawabku," ia berdecih kesal mendengar perkataan Minato, "harusnya kau berada di panti asuhan selama Inoichi melakukan misi panjangnya, tetapi kurasa ini akan jadi pengecualian. Sampai Inojin kembali ke Konoha, kau akan tinggal denganku."

Kurama tampak terdiam dengan wajah menunjukkan ekspresi aneh dan tidak senang.

"Bukankah itu bagus Kurama? Kalau begitu, ayo kita pergi untuk membeli keperluanmu. Kau tidak membawa apapun bukan?" Dan Kushina dengan segera menarik tangan Kurama meninggalkan kantor Hokage dan juga Minato serta Shikaku.

"Ia selalu saja terlalu bersemangat..."

"Ahaha, tidak bisa kusalahkan. Lagipula Kushina selalu menginginkan anak bukan?" Minato hanya menghela napas mendengar perkataan dari Shikaku dan melihat Kushina serta Kurama dari jendela kantor Hokage.

.
.

"Bagaimana dengan ini? Kurasa sangat cocok denganmu!"

"Tidak."

"Ah, bagaimana dengan ini? Kurasa kau akan sangat keren dengan pakaian seperti ini!"

"Aku tidak suka modelnya."

"Hm bagaimana dengan," dan sudah berjam-jam mereka berkeliling desa untuk mencari pakaian yang pas untuk Kurama. Sementara Kushina masih bersemangat, Kurama sendiri tampak sudah kelelahan karena ia juga membawa pakaian yang dibeli Kushina.

"Kenapa kau mau aku tinggal di rumahmu? Aku adalah orang asing disini."

...

"Kurasa, karena aku merasakan sesuatu yang berbeda darimu. Yang membuatku juga merasa jika ada ikatan saat bersama denganmu," Kushina masih mencari-cari pakaian di salah satu rak di dalam toko.

'Ah, tentu saja. Bagaimanapun juga, aku adalah monster yang saat ini ada di dalam tubuhmu...'

"Lagipula," Kurama menoleh kembali pada Kushina yang melanjutkan perkataannya, "sejak dulu aku ingin punya anak. Terutama anak laki-laki. Tetapi, karena kondisiku tidak memungkinkan, petinggi desa menyarankan untuk aku tidak memiliki anak."

Tentu saja, karena segel untuk mengurungnya akan melemah jika seorang Jinchuuriki sedang melahirkan.

"Lalu kenapa tidak mengadopsi anak?"

"Entahlah, aku dan Minato sudah beberapa kali mencoba untuk mencari anak-anak untuk diadopsi namun tidak ada yang cocok untukku," jawab Kushina sambil tersenyum dan menatap Kurama, "dan kau, seperti alasan pertamaku seolah memiliki ikatan yang kurasakan."

Kurama tampak membulatkan matanya dan memalingkan wajahnya.

"Atau jangan-jangan," Kushina tampak menatap penuh selidik dan mengamati Kurama. Membuat Kurama sedikit tersentak karena itu, "kau berasal dari Klan Uzumaki?"

"Hah?"

"Rambutmu memang tidak merah sekali, tetapi cukup unik. Klan Uzumaki memiliki ciri khas rambutnya yang berwarna merah," Kushina menunjuk rambut merah panjangnya, "makanya, mungkin karena kau berasal dari klan Uzumaki aku merasakan ikatan itu."

"Mu-mungkin," Kurama tampak memalingkan wajahnya lagi, namun pandangannya beralih pada sebuah jaket berwarna orange yang sangat familiar untuknya. Jaket yang saat Naruto kecil dikenakan olehnya terus menerus, 'ternyata sudah sangat lama ada ya jaket itu?'

"Ada apa? Kau ingin jaket itu?" Kushina menunjuk jaket yang memang diperhatikan oleh Kurama saat itu. Mendengar itu membuat Kurama terkejut dengan wajah memerah, "cukup unik dan lucu. Aku akan membelikannya ya!"

"Ti-tidak! Siapa juga yang mau jaket norak itu," Kurama mencoba untuk protes namun Kushina tidak menghiraukannya dan sudah membayar untuk jaket itu, "hei, dengarkan aku!"

.
.

"Minato-kun lembur malam ini. Untung saja ada kau disini," Kushina tampak menatap Kurama yang (terpaksa) memanjati ranjang ruangan kosong di mansion Hokage setelah sebelumnya ia ikut kembali kesana dan selesai dengan acara mencoba tumpukan pakaian yang dibeli oleh Kushina, makan malam, dan disuruh untuk tidur.

"Aku belum mengantuk."

"Ya-ya, tetapi ini sudah malam dan saatnya untuk tidur," Kushina menganggap itu hanyalah sebuah alasan untuk tidak tidur dari Kurama. Tetapi, heck! Ini bahkan baru pukul 10 malam dan Kurama memang sama sekali tidak mengantuk. Ia hanya bisa menggerutu pelan dan menatap Kushina yang duduk di tepi ranjang.

"Kenapa kau disini?"

"Menunggumu tidur," Kushina tampak tersenyum dan menepuk kepala Kurama.

"Aku akan tidur. Jadi tinggalkan aku sendiri," Kurama tampak mengusir begitu saja Kushina yang menggeleng pelan.

"Tidak, nanti kau malah bermain-main bukannya tidur."

'Grrr, aku bukan anak kecil yang mudah tidur dasar bodoh!' Kurama tampak menggerutu dalam hati, namun tidak bisa mengatakan apapun selain melihat Kushina yang masih menatapnya. Ia terdiam sebelum menghela napas, dan menutup matanya perlahan.

...

'Ia sudah tidur?' Kushina mengintip Kurama yang tampak tidak bergerak sebelum menghela napas dan memperbaiki selimutnya. Ia kemudian mendekat, dan mengecup kening Kurama, "selamat tidur..."

Dan ia segera keluar perlahan dari kamar dan menutup pintunya. Bersamaan dengan Kurama yang membuka matanya kembali saat ia membelakangi pintu.

'Aku bisa kabur sekarang dengan mudah dan pergi dari sini...'

Kurama tampak terdiam melihat kearah jendela yang ada di dekatnya.

'Tetapi,' ia memegang dahi yang baru saja dikecup oleh Kushina. Wajahnya memerah dan ia menutup matanya, 'entah kenapa aku tidak ingin meninggalkan kehangatan ini...'

Karena ia tidak pernah merasakannya sebelum ini.

To be Continue

Holaaa, saya balik ke fandom ninja-ninjaan dari FFN dan ini pertama kalinya saya bikin di Wattpad.

Ada yang tahu Pen Name saya di FFN? ;) saya pernah publish ini disana. Tapi saya ubah beberapa kalimat dan juga alur.

Dan hayo, ada yang bisa tebak siapa karakter yang aku pakai buat gambar Human!Kurama? Di cover itu loooh~

^ ini~

Cocok kan buat Human!Kurama ^^; tapi dia karakter di fandom lainnya :p

Yang bisa tebak saya kasih hadiah #apa?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top