- ,, 🐙 [Kerja Sama]⌇·˚ ༘
Family:
Unnamed father and mother.
Unnamed 5 older brothers.
Kalim Al-Asim (Cousin)
---
Setelah mempersilakan gadis itu duduk di sofa panjang, Azul mengambil tempat di kursi sofa tunggal berlengan sambil memikirkan betapa keberuntungan sangat berpihak padanya hari ini. Meskipun dia bukanlah tipe orang yang suka bergantung pada hal-hal seperti itu. Pria terencana sepertinya tak sering mengharapkan kejutan menguntungkan seperti ini.
“Soal tawaran itu.” Azul berusaha membuat dirinya tidak terdengar seperti masih mengharapkan gadis itu menerima kontraknya. “Jadi, apa aku boleh menganggap bahwa kau berubah pikiran?” Dia tersenyum, mempesona.
Satri balas tersenyum, lebih tulus dan membuat Azul kehilangan asumsi bahwa mereka tengah memikirkan hal yang sama. “Soal itu, memang benar. Bisa dikatakan bahwa aku akan menerima ajakanmu. Namun, tidak satupun dari tawaran yang pernah kau berikan akan kuterima. Jadi aku akan memberi tawaranku sendiri.”
Oh, menarik.
“Jadi kau punya penawaran lain?” Sudut bibir Azul terangkat. Apa gadis Scarabia ini sedang menantangnya? “Katakan apa permintaanmu. Aku yakin bisa memenuhinya, selagi kontrak kerjasama bersedia kau tanda tangani setelah ini.” Dalam pikirannya, Azul sudah membuat daftar keuntungan yang bisa diraih begitu dia berhasil mengamankan gadis ini dengan kertas kontrak bertanda tangan.
“Ini soal Mostro Longue.”
Azul mengernyit, tidak sangka bahwa permintaan Satri akan berkaitan dengan usaha yang dirintisnya setengah mati. Ekspresi Azul berubah makin serius. Mungkin tawaran ini lebih berbahaya dari yang dia kira.
“Aku ingin kau menerimaku sebagai pegawai di Mostro Longue. Sebagai koki.”
Oh, ternyata tidak.
Azul mengerjap. “Kenapa?”
Dia berusaha keras tidak terlihat seperti orang yang kurang mampu mengantisipasi hal-hal mengejutkan seperti ini, meskipun permintaan Satrinava memang benar-benar di luar kendalinya. Bahkan tak pernah tersempil di antara benak Azul yang terus-terusan sibuk memikirkan beragam hal, bahwa siswa dorm lain akan menawarkan diri bekerja untuk dorm-nya.
Perasaan tak nyaman tidak bisa Azul hilangkan.
Apa yang dia rencanakan?
Satri mengangkat kedua bahu. “Tidak ada alasan khusus. Aku hanya tidak punya kerjaan sekarang. Tapi, aku suka memasak dan kau punya lahan pekerjaan. Aku bisa menghasilkan uang, mendapatkan pengalaman, dan bekerja. Jika kau menerimaku di sini.”
Azul tidak repot-repot bertanya hal lain, karena Satri tampak mengerti apa yang harus dilakukannya untuk membuat laki-laki gurita itu tertarik.
“Aku tahu apa yang kau pikirkan, Azul-san. Mungkin menurutmu, kalau kita bisa saling bekerjasama, maka kau akan mendapatkan keuntungan dari keluargaku. Awalnya, mungkin kau hanya menginginkan menu Samosa itu. Tapi, setelahnya pasti kau berpikir hal-hal yang lebih ... berjangka panjang.” Gadis di depannya menyeringai kecil.
Azul tersenyum. Gadis ini membuat tugasnya mudah. Dia menaikkan kaki kanan ke atas paha kiri, memberi gestur gerakan dagu untuk membuat Satri kembali bicara. Tentu saja, dia mengharapkan obrolan sejenis ini dari putri seorang saudagar.
“Tidak ada salahnya kalau kau berpikir demikian. Karena itulah, aku akan menawarkan kerjasama. Kau terima aku sebagai koki, aku akan menghubungkanmu dengan salah satu kakakku yang mengelola pasar.” Jari telunjuk Satri terangkat, menahan Azul yang hendak menyela.
“Kau dapat, hubungan bilateral dengan salah satu Abangku. Hal itu saja sudah bisa menambah peluang untuk menjaring koneksi ke kakak-kakakku yang lain atau hubungan dagang mereka bersama orang-orang kalangan tertentu. Kau mungkin juga bisa menyentuh keluarga Kalim. Aku bisa menjamin untuk mengenalkanmu pada mereka.”
“Lalu, apa yang kau inginkan dariku?”
Satri tersenyum. Berbeda dengan seringai awalnya, yang satu ini kelihatan lebih tulus. “Aku, aku ingin mendapatkan hak untuk menentukan menu yang bisa dikeluarkan oleh Mostro Longue. Untuk makanan yang berasal dari wilayahku, akan kuminta agar Abangku mengirimkannya dari pasar kami dengan kondisi 'tertentu.'” Satri membuat tanda kutip menggunakan jari-jari tangan. “Kondisi yang tidak akan merugikanmu, tentu saja.”
Walaupun Azul mengharapkan gadis itu bicara lebih spesifik, dia tidak menampik bahwa sedikit unsur abu-abu dalam menjalin kontrak memang diperlukan.
“Kau tidak akan rugi mempekerjakanku. Aku hanya akan minta hak khusus tadi, juga hak sebagai pegawai pada umumnya untuk diberikan gaji dan hari cuti. Aku tidak masalah bekerja lembur dan lainnya. Aku mungkin tidak berpengalaman di restoran ataupun kafe, tapi aku bekerja untuk mempersiapkan pesta-pesta Kalim dan menyiapkan banyak menu dalam porsi besar. Aku biasa bekerja di bawah tekanan, cekatan, dan tentu saja profesional dalam bidangku sendiri.”
Gadis itu tampak berpikir sejenak. Akhirnya dia menggeleng. “Hanya itu yang kuinginkan,” katanya. “Jadi, apa kau bersedia bekerjasama?”
---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top