Two


P R O U D  B O Y F R I E N D

Sudah beberapa menit berlalu, namun Bakugou masih belum melepaskan pandangannya dari [Name]. Gadis yang mampu melunakkan hati dan sikapnya tanpa paksaan, walaupun ia tidak akan pernah mengakuinya pada siapapun bahkan jika ia berada dalam keadaan hampir mati.

Sejak ia mengumumkan di hadapan satu kelas bahwa [Name] adalah kekasihnya, ia memang tidak berusaha menyembunyikan perubahan sikapnya pada [Name]. Terkadang ia mengalah dan menuruti permintaan [Name], bersikap sedikit lebih baik dan intensitas adu mulut mereka juga menurun. Bakugou merasa tidak ada untungnya juga berusaha menyembunyikan hubungan mereka saat ia, dengan bodohnya, mengakui [Name] adalah kekasihnya.

Sudut bibir Bakugou ikut tertarik kecil saat ia mendapati [Name] tengah tertawa karena sesuatu yang dikatakan oleh Uraraka dari tempat duduknya. Gadisnya memang lebih dekat dengan gerombolan Deku dan ia tidak keberatan dengan gagasan itu, walaupun ia masih tidak bisa menolerir keberadaan Deku.

Sejujurnya tidak ada yang spesial dari [Name]. Gadis berperawakan tinggi dengan rambut berwarna gelap itu memang terlihat cantik, ditambah dengan quirk telekinesisnya yang sederhana dan menakjubkan, [Name] bisa masuk kategori siswi paling diinginkan di UA, titel itu ia dapatkan bersamaan dengan julukan Todoroki sebagai salah satu siswa paling tampan dan diinginkan di UA. Bakugou pernah secara gamblang mengungkapkan kekagumannya terhadap quirk [Name], tetapi gadis itu hanya menggeleng sambil tersenyum kecil.

"Quirkku tidak sehebat kedengarannya," ucap [Name] merendah saat Bakugou memujinya. "Aku bahkan tidak mampu menggerakkan benda yang sangat besar atau sangat banyak. Efek menggerakkan benda itu akan membebani otakku. Kalau tidak hati-hati, aku bisa kehilangan fungsi otakku dalam waktu singkat."

Pada awal semester, semua orang—termasuk dirinya, berpikir bahwa [Name] adalah gadis ramah yang menempuh pendidikan dengan baik pula. Pembawaannya serta caranya berbicara menunjukkan bahwa ia dibesarkan di keluarga yang memperhatikan etika dan tata krama, sangat berbanding terbalik dengan keluarganya. Bakugou tidak pernah berpikir bahwa ia akan jatuh hati pada gadis manapun seumur hidupnya. Namun [Name] membuktikan bahwa dugaannya salah besar saat penyerangan USJ.

Saat dipisahkan oleh warp gate, dirinya, Kirishima dan [Name] dipaksa untuk melakukan kerja sama improptu. Ia terkejut dengan betapa efektifnya quirk [Name] di situasi genting. Jika ledakannya adalah serangan kuat dalam skala besar, maka telekinesis [Name] adalah penyempurnanya. [Name] menggerakkan musuh untuk berada dalam jarak serangnya juga Kirishima. Raut wajahnya yang penuh determinasi untuk secepatnya melumpuhkan lawan kemudian mencari teman sekelas mereka adalah hal selanjutnya yang membuat Bakugou tertarik pada [Name]. Gadis itu juga tidak ragu mengikuti Bakugou yang mengincar warp gate. Menurutnya, tatapan [Name] saat itu benar-benar berbeda dari apa yang ditujukkan dalam kesehariannya.

Singkat cerita, Bakugou berusaha mendekati [Name] dengan cara yang tidak biasa. Ya, ia terus saja mengajak [Name] beradu mulut, bersikap penuh perhatian dengan praktek yang agak kasar dan matanya mulai mencari serta memperhatikan [Name] diluar kesadarannya. Sampai pada akhirnya, ia menyatakan perasaan dengan cara yang tidak biasa pula.

"Bakugou, kau mau ke kafetaria bersama kami?" suara Kirishima memaksa Bakugou untuk keluar dari ingatannya.

"Apa?"

"Kau mau ke kafetaria bersama kami, tidak?" Kirishima mengulang pertanyaannya, agak heran dengan Bakugou yang bersikap seperti orang linglung.

Bakugou mengerjapkan matanya berulang kali seakan baru sadar kalau ia masih berada di dalam kelas dan bel istirahat baru saja berbunyi. Matanya mencari keberadaan [Name]—yang beberapa menit lalu masih berada dalam jarak pandangnya, namun kini sudah menghilang. Begitu juga dengan Deku, Uraraka, Si Kacamata dan Manusia Setengah. Apa ia tenggelam dalam pikirannya sangat lama sampai tidak menyadari kepergian [Name]?

"[Name] sudah pergi bersama dengan Midoriya dan yang lainnya," ucap Kirishima, seperti sudah tahu apa yang berada dalam pikiran sahabatnya.

"Aku tidak mencarinya, Rambut Aneh. Jangan berpikir yang tidak-tidak," sergah Bakugou. Kirishima tidak menggubrisnya, sudah terbiasa dengan sikap Bakugou yang kadang berbanding terbalik dengan apa yang dirasakannya.

Tanpa menunggu Kirishima dan yang lainnya, Bakugou berjalan menuju pintu kelas. Kafetaria menjadi tujuannya saat ia sadar bahwa perutnya harus diisi. Namun, suara benturan keras dan gumaman dari banyak suara menyita seluruh perhatiannya.

"[Name]-san, sudahlah," Bakugou mengernyit saat mendengar suara Deku menyebut nama kekasihnya di antara kerumunan yang tidak jauh dari kelas 1-A.

Tidak hanya suara Deku, selanjutnya ia mendengar suara Uraraka yang agak panik. Melihat kerumunan orang yang semakin besar memancing rasa penasaran Bakugou. Ia bahkan tidak sadar kalau Kirishima dan Kaminari sudah berada di belakangnya, turut menanyakan apa yang terjadi.

"[Name]? Gadis itu [Name], kan?" tanya Kirishima menepuk bahu Bakugou seraya menunjuk seorang gadis yang sedang berdiri di dekat dinding dan tepat berada di tengah kerumunan.

Benar. Itu adalah [Name]. Bakugou mampu mengenali gadisnya di manapun, bahkan di tempat yang tidak pernah ia tahu. [Name] sedang berdiri menghadap seseorang. Sekali lihat saja ia sudah tahu kalau [Name] tengah murka. Tangannya terkepal begitu erat, dahinya mengernyit dan tatapannya dipenuhi dengan amarah. [Name] dikenal sebagai orang yang mampu mengontrol emosi, berkebalikan dengannya. Lalu apa yang membuat [Name] begitu marah hingga menarik perhatian banyak orang?

"Oi, Deku. Apa yang terjadi?"

Deku, dengan wajah khawatir setengah syok menoleh saat mendengar suara Bakugou. Ia terlihat lega setelah Bakugou datang. "Ka-Kacchan!"

"Aku bertanya padamu, apa yang terjadi? Ada apa dengan [Name]?"

"Kami sedang berjalan menuju kafetaria, kau tahu sekarang sudah masuk jam istirahat. Iida-kun dan Todoroki-kun pergi lebih dulu, sementara aku dan Uraraka-san berjalan bersama [Name]-san. Begitu banyak orang di lorong, ada beberapa yang membicarakanmu dan [Name]-san. Sebagian dari mereka mengatakan hal buruk tentangmu, Kacchan. Hal selanjutnya yang terjadi, kau bisa lihat sendiri," selama Deku mengoceh, tatapan Bakugou masih tidak lepas dari punggung [Name]. "[Name]-san tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya, aku bahkan tidak pernah menyangka bahwa [Name]-san bisa bersikap seimpulsif ini. Memang, ucapan yang mereka katakan sangat menyakitkan tapi ..."

Bakugou mendecih saat Deku kembali meneruskan ocehannya. Dahinya berkedut saat mendengar beberapa orang dari kerumunan menyayangkan sikap kasar [Name].

"Aku tidak peduli apa yang kaukatakan tentangku," suara [Name] terdengar begitu dingin dengan intensitas kemarahan yang dalam. "Tapi bicara buruk tentang teman-temanku, terutama kekasihku, kuhancurkan kau hingga tak berbentuk."

"N-[Name]-san ... dengan sikapmu yang seperti ini, bukankah kau membuktikan apa yang dikatakan orang-orang?" siswa yang tengah disudutkan oleh [Name], kini berusaha berdiri lebih tegak. "Bakugou Katsuki memang siswa bermasalah, bahkan ia menyebarkan sikap kasarnya pada orang-orang terdekatnya."

Dalam sekejap siswa itu melayang, kakinya tidak menyentuh tanah. [Name] membawanya mendekat hingga jarak wajah mereka hanya beberapa senti lalu kembali menghempaskan siswa itu ke arah dinding.

"Menilai seseorang di saat kau tidak mengenalnya. Kupikir kau jauh lebih bermasalah daripada Katsuki," dengus [Name]. "Orang sepertimu ... bahkan aku tidak ingin mengotori diriku untuk bernafas di tempat yang sama denganmu. Piss off, fucker!"

Bakugou tidak bisa menahan senyumnya lebih lama. Ia menghampiri [Name], merangkul bahu gadisnya lalu melemparkan tatapan tajam pada siswa yang masih terbaring di lantai.

"Kau menggosipi pasangan yang salah, dasar Sampah," ucap Bakugou. "Anggap dirimu beruntung karena [Name] yang mendengar ocehan memuakkanmu. Karena jika aku mendengar satu kata buruk tentang [Name], aku tidak akan segan membereskanmu, Lalat Kecil tidak berguna."

Ia tidak perlu mendengar apapun lagi, lebih tepatnya tidak ingin [Name] mendengar kritikan atas perbuatannya. Dalam pandangannya, [Name] hanya membela diri. Memang, reaksi barusan terlalu berlebihan dan barbar untuk [Name] yang biasanya terlihat anggun dan lembut, tapi sepertinya bersama Bakugou hampir dua puluh empat jam dalam sehari telah mempengaruhi sikap dan kosa kata [Name].

"Kau terlihat sangat seksi meniruku," bisik Bakugou setelah mereka berada agak jauh dari kerumunan.

"Jangan memujiku di saat seperti ini Katsuki," [Name] menghela nafas panjang. Ia menggelengkan kepala lantaran menyesal dengan sikapnya beberapa saat lalu. "Sikapku terlalu kasar dan sangat berlebihan. Seharusnya aku menganggap ucapan buruk itu seperti angin lalu. Tidak usah dipedulikan. Bagaimanapun juga penilaian mereka tidak relevan karena mereka tidak mengenal kita."

"Tetapi sepertinya aku terlalu banyak mempengaruhimu, shitty girl," kata Bakugou tidak terkejut dengan penyesalan [Name]. "Lebih baik kau yang mendengarnya daripada aku. Karena aku akan benar-benar melemparnya kalau hal itu sampai terjadi."

"Katsuki ..."

"Terlepas dari penyesalanmu karena sikap liarmu tadi," Bakugou mencium pelipis [Name] sejenak. "Kau sangat luar biasa. Ini baru gadisku."

Yep, Bakugou sama sekali tidak menyesal menularkan sikap vulgar dan barbarnya pada [Name] jika gadis itu terlihat menakjubkan saat liar. Tidak ada penyesalan.

Minal Aidin wal faidzin minna!! 

Semoga kalian suka dengan chapter baru ini yaaa...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top