Twenty Six
B A K U S Q U A D
Semenjak status [Name] berubah secara resmi menjadi kekasih Bakugou Katsuki, ia juga telah mendapatkan gelar sebagai anggota kehormatan Bakusquad—nama kelompok yang diusulkan oleh Mina dan Kaminari. Hubungannya dengan Bakugou mendekatkannya pada keempat teman dekat kekasihnya—walau Bakugou tidak akan pernah mengakuinya sampai mati.
Baik Sero, Kaminari, Mina maupun Kirishima, mereka menerima [Name] dengan tangan terbuka. Keempatnya turut bahagia menyadari perubahan yang signifikan pada teman mereka yang paling temperamental. Tidak jarang, salah satu dari mereka menghabiskan waktu bersama [Name], menjaganya sebagai pengganti Bakugou.
Ada beberapa momen yang membuat [Name] merasa lebih dekat dengan teman-teman kekasihnya. Masing-masing dari memori itu sangat berharga baginya, memori yang tidak akan pernah ia lupakan.
Dengan Sero, ia mampu mengeluarkan keluh kesah mengenai quirknya yang tidak menonjol. Tidak seperti Kaminari atau Mina yang mampu menarik perhatian dengan bakat mereka, quirknya dan Sero jauh lebih standar cenderung biasa saja.
[Name] tidak pernah suka berurusan dengan seseorang yang menghakimi orang lain tanpa mengenalnya lebih dulu. Terlebih, ia tidak suka jika temannya yang mencari target pergunjingan orang-orang yang iri dengan posisinya sekarang.
Hari itu, Sero menemaninya kembali ke asrama lebih dulu karena Mina dan Kaminari tengah dipanggil oleh Aizawa-sensei berkaitan dengan nilai pas-pasan mereka, sementara Bakugou dan Kirishima langsung pergi ke gimnasium untuk latihan rutin. Topik pembicaraan mereka hanya seputar teman-teman sekelas dan ujian macam apa yang akan diberikan oleh Aizawa-sensei kali ini.
"Apa menurutmu aku harus membantu Kaminari untuk memahami materi di kelas?" tanya [Name] pada Sero.
Sero mengangguk kecil. "Kalau kau sanggup mengajarinya, kenapa tidak? Kaminari berulang kali mengeluh padaku tentang cara mengajar Bakugou yang tidak sabaran. Hanya Kirishima yang tahan dipukuli dengan buku setiap kali salah menjawab soal."
[Name] tergelak. Ia ingat persis bagaimana Kaminari menggerutu dengan cara mengajar Bakugou yang terkenal barbar. Percayalah, bahkan ia tidak ingin diajari oleh kekasihnya jika Bakugou mengajarinya dengan cara yang sama dengan Kirishima. Menyeramkan.
"Kalau hanya pelajaran aku sih tidak keberatan," gumam [Name] mengangkat bahu. "Tapi aku tidak bisa membantunya jika berkaitan dengan ujian praktek."
Sebelum Sero sempat membuka mulut, langkah mereka terhenti ketika mendengar dengusan. Keduanya menoleh ke arah sumber suara, mendapati dua siswa dari jurusan umum tengah menatap mereka tajam.
"Apa kau yakin bisa lulus ujian praktik dengan quirk membosankan seperti itu?" ejek siswi dengan rambut panjang cokelat yang menjuntai. "Kukira anak-anak di kelas pahlawan memiliki quirk yang menakjubkan. Ternyata tidak juga."
Kedua tangan [Name] terkepal. Perlahan amarah mulai menguasai dirinya, tetapi Sero langsung memegang sikunya. [Name] menoleh, beradu tatap dengan Sero yang menggelengkan kepala.
"Dengan quirk seperti itu, kau pasti lebih berguna di jurusan umum daripada di kelas pahlawan," tambah temannya yang memiliki potongan rambut bob.
"Jaga bicaramu," seru [Name] tidak sabar. Ia melangkah mendekat dengan wajah mengintimidasi. "Sero berlatih lebih keras daripada kalian berdua untuk mendapatkan posisinya sekarang. Dengan quirknya yang kaubilang 'membosankan' itu ia sudah banyak menolong orang lain. Sementara kalian? Apa yang kalian lakukan selain bergosip dan menghina orang lain, hah?
"Sebelum mengejek kekurangan orang lain, kusarankan agar kalian memikirkan diri sendiri. Pikir kenapa Sero bisa ada di kelas pahlawan dan terus berkembang, sedangkan kalian masih diam di satu tempat. Dasar menyedihkan."
Kedua siswa jurusan umum memerah malu bercampur marah, melemparkan tatapan tajam pada [Name] yang berdiri di hadapan mereka tanpa takut. Mencegah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Sero langsung menggamit lengan [Name], membujuknya untuk segera pergi.
"Lepaskan aku Sero. Aku belum puas kalau belum menghancurkan manusia menyedihkan seperti mereka," kata [Name] memberontak.
"Kau ini semakin mirip dengan Bakugou," Sero menghela napas. Ia terpaksa menggunakan tapenya untuk mengikat [Name] dan membawanya kembali ke asrama. "Dengar, aku sangat berterima kasih padamu karena sudah membelaku. Tapi kau tidak perlu melakukan itu."
[Name] mendengus kecil. Ia hanya bisa pasrah dengan tubuh terlilit tape. "Aku tidak akan bisa diam saja mendengar temanku diejek seperti itu. Kerja keras juga kegigihanmu tidak pantas dibalas dengan ejekan Sero."
Sero tersenyum penuh terima kasih, sementara [Name] membuang muka malu. Ia malu karena lepas kendali juga karena ucapan terima kasih Sero. Saat mereka memasuki asrama, Bakugou langsung berteriak meminta penjelasan mengapa Sero mengikat [Name] dengan tapenya yang berujung pada Sero menceritakan kejadian beberapa saat lalu. Bakugou hanya menghela napas pasrah lalu mengusak kepala [Name] setelah gadis itu terbebas dari lilitan tape.
"Kau tahu kalau aku tidak akan pernah membiarkan orang lemah di dekatku kan, Sero?" memahami pertanyaan bermakna ganda Bakugou, senyum Sero mengembang sebelum mengangguk antusias.
Jika besoknya kedua siswa jurusan umum tampak takut ketika berpapasan dengannya dan Sero di lorong. [Name] sudah tahu siapa yang membuat mereka ketakutan.
Bersama Mina, ia memiliki teman perempuan. Tempat berbagi cerita mengenai banyak hal. Mulai dari aktor tampan sampai gosip tentang anime kesukaannya, terutama mengenai fashion dan tempat belanja dengan kualitas kelas atas. Terlepas dari fakta bahwa kekasihnya mengerti fashion dan berpakaian dengan sangat tampan, terkadang [Name] masih ragu untuk meminta pendapat Bakugou.
Ia dan Mina berjalan santai menuju asrama setelah pulang berbelanja sambil menenteng enam tas belanja. Siapa sangka hari mereka memutuskan untuk belanja adalah hari dimana toko mengadakan diskon besar-besaran? Tentu saja sebagai seorang gadis, [Name] tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Aku yakin Bakugou akan menyukai pakaian yang kita pilih [Name]," komentar Mina. "Maksudku, ia sudah menatapmu dengan penuh cinta, tapi dengan baju yang tadi siang kita beli? Aku yakin ia akan jatuh cinta padamu lagi."
"Hah? Tatapan penuh cinta?"
Mina memandang [Name] seolah ia memiliki tiga kepala. "Maksudmu kau tidak sadar?"
Dahinya mengernyit, berpikir sejenak. Lalu ia menggeleng.
"Saat menatapmu, mata Bakugou seperti berteriak kalau ia mencintaimu, jangan lupa senyum tipisnya saat ia melihatmu tertawa. Sikapnya setelah hubungan kalian diketahui oleh kelas? Sangat protektif. Apa kau tahu saat kau tertidur dikelas—dan kau sering tertidur di kelas, Bakugou akan menarik kursinya untuk duduk di sampingmu untuk memastikan tidak ada yang mengganggumu?" cerita Mina. Ia tampak antusias mengatakan semua sikap romantis Bakugou pada [Name], bahkan sampai mendeklarasikan bahwa ia adalah pendukung nomor satu hubungan mereka.
"Tunggu dulu," [Name] mengangkat tangannya, mengisyaratkan pada Mina untuk berhenti bicara sejenak. "Katsuki benar-benar melakukan itu?"
Mina mengangguk serius. "Tentu saja."
"Astaga, kenapa aku tidak tahu?" gumam [Name] pelan. Otaknya masih berusaha mencerna gestur kecil Bakugou padanya.
"Sekarang kau sudah tahu," Mina menepuk bahu [Name]. "Aku yakin kau juga tidak tahu kalau setiap bulan, selama beberapa bulan terakhir Bakugou selalu keluar asrama untuk membeli cokelat dan makanan kesukaanmu."
[Name] menggeleng pelan. Ia menyembunyikan senyum lebar dibalik kepalan tangannya. Pantas saja ketika datang bulan, makanan kesukaannya sudah ada di dalam kulkas. Jadi itu ulah kekasihnya.
"Biar kuperjelas untukmu, [Name]. Bakugou Katsuki sudah berkata bahwa ia sangat mencintaimu dengan tindakannya. Aku tidak menyangka ia mampu bersikap seperti ini" seru Mina senang. Ia memang selalu bersemangat jika membahas tentang hubungan romansa teman-temannya.
[Name] menyunggingkan senyum. Mengetahui fakta baru ini, ia bertekad untuk berdandan dan memilih pakaian terbaiknya untuk kencannya mereka. Saat ia berhadapan dengan Bakugou yang tampak tampan mengenakan turtleneck hitam dengan lengan digulung sampai siku juga jam tangan di pergelangan tangannya.
"Mata Rakun yang membantumu memilih gaun ini?" tanya Bakugou, mengamati kekasihnya dengan seksama. [Name] mengangguk kecil. "Tidak buruk juga."
Sifat dan kepribadian Kaminari membuat [Name] lebih mudah untuk berinteraksi dengannya. Hampir tidak pernah [Name] merasa kebosanan jika bersama dengan Kaminari, terutama saat temannya meminta untuk diajari materi yang disampaikan dikelas dan ... ketika melihat untuk pertama kalinya Kaminari dikuasai amarah.
"Apa sekarang kau paham?"
Kaminari mengangguk. Senyumnya melebar menyadari ia mampu memahami rumus yang diberikan oleh Ectoplasm-sensei pagi ini dalam dua jam. Jauh lebih cepat daripada saat Bakugou mengajarinya.
"Wahh ... kau luar biasa, bagaimana caramu melakukannya [Name]?"
[Name] terkekeh pelan dengan reaksi Kaminari. "Kau susah untuk fokus Kaminari, karena itu aku tuliskan rumusnya dengan kartu berwarna baru membiarkanmu menyelesaikan soalnya."
"Ohh, itu alasannya Yaomomo menggunakan cara yang sama denganmu," Kaminari menggaruk belakang kepalanya malu. "Terima kasih karena sudah mengajariku, [Name]."
Baik ia maupun Kaminari buru-buru untuk membereskan buku dan peralatan tulis mereka melihat langit sudah berubah oranye. Keduanya tidak ingin ditegur oleh Aizawa-sensei akibat terlalu lama tinggal di dalam kelas.
"Kapanpun kau merasa kesulitan memahami materi di kelas, kau bisa katakan padaku dan kita akan belajar bersama, bagaimana?" tawar [Name]. Ia juga lebih mudah memahami pelajaran jika mengajarkannya pada orang lain. Simbiosis mutualisme yang baik, kan?
"Benarkah?" tanya Kaminari tak percaya. "Kau tidak keberatan aku merepotkanmu seperti itu?"
[Name] mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Tentu saja. Aku tidak keberatan."
Ia tidak mengantisipasi Kaminari yang memeluknya bersemangat. Sejak awal Kaminari memang dikenal mudah mengungkapkan apa yang ia rasakan dan tidak ragu untuk mengutarakannya afeksinya dengan gestur fisik. [Name] tahu pelukan ini adalah pelukan antar sahabat karena itu ia tidak segan membalas pelukan Kaminari.
Hingga ada suara tidak dikenal yang menginterupsi mereka.
"Aku tidak menyangka hal ini. Tidak cukup dengan siswa paling barbar di Yuuei, kau juga bermesraan dengan teman-temannya?" suara ini berasal dari salah satu kakak kelas mereka yang beberapa waktu bersitegang dengan Bakugou. "Yang lebih mengejutkan adalah gadis murahan sepertimu bisa diterima di Yuuei."
Napasnya tercekat. Tubuhnya menegang saat panggilan menghina itu ditujukan padanya. Ia terlalu syok untuk menyadari Kaminari telah berdiri di hadapannya, melindunginya dari tatapan sinis kakak kelas mereka.
"Senpai, kau mungkin tidak suka melihat yang barusan terjadi, tapi bukan berarti kau bisa menghina temanku seperti itu," dahi Kaminari mengernyit penuh emosi. "Terlebih melabeli seorang gadis dengan kata 'murahan'. Tidak heran Bakugou pun tidak menyukaimu."
Kakak kelas itu mendengus, melirik Kaminari dengan pandangan meremehkan. "Aku tidak ingin mendengar ocehan dari siswa yang bodoh."
"Aku mungkin bodoh, tapi [Name] sudah berbaik hati bersedia mengajariku," tukas Kaminari. Sebelah tangannya yang mengepal mengeluarkan listrik. "Kau yang hanya tahu sedikit tentang [Name], jangan menghinanya seakan kau sudah mengenal mereka."
[Name] terkesiap saat listrik menyambar tubuh kakak kelas mereka hingga ia tidak mampu berdiri. Matanya beralih pada Kaminari yang memamerkan cengiran lebar sambil mengangkat ibu jarinya seolah berkata tidak apa-apa. [Name] masih belum bisa mengucapkan apapun saat Kaminari menggamit tangannya untuk segera meninggalkan lorong.
Ia bersumpah, esok harinya adalah pertama kalinya ia melihat Kaminari mendukung Bakugou mengancam seseorang. Bahkan Kirishima pun tidak bisa membujuknya.
Baginya Kirishima mirip seperti sosok kakak laki-laki. Ia tidak ragu maju mengambil peran sebagai pelindung bagi teman-temannya, dalam hal ini adalah dirinya saat Bakugou tidak ada. Senyum juga kepribadiannya yang hangat—[Name] bersumpah Kirishima adalah definisi dari sinar matahari karena kehangatannya, mampu menyediakan kenyamanan bagi siapapun yang berada di dekatnya. Ia adalah sosok yang tidak ragu menjadi tameng, penolong bagi siapapun yang membutuhkannya.
Pandangannya kabur dan kepalanya terasa ringan. Tubuhnya seolah melayang tanpa sendi. Inilah akibatnya jika ia terlalu memaksakan diri menggunakan quirk hingga melewati batas. [Name] tidak terluka, sehingga tidak ada alasan baginya untuk menemui Recovery Girl. Ia juga tidak ingin membesar-besarkan masalah, yang ia butuhkan saat ini hanyalah makan malam dan istirahat yang cukup.
"Woah, [Name]?" terdengar suara dari sebelahnya, tapi [Name] tidak memiliki energi untuk menoleh. "Hei, kau baik-baik saja?"
Dari posisinya yang tengah berdiri dengan sebelah bahu bersandar di dinding, [Name] hanya bisa mengangguk dan berbisik. "Aku tidak apa-apa."
[Name] mendongak saat ada langkah mendekat. Ia beradu tatap dengan iris kemerahan Kirishima yang berkilat khawatir. Seketika mata temannya melebar, menyadari kondisi dirinya. [Name] meringis pelan ketika tanpa sengaja Kirishima mengguncang bahunya terlalu keras.
"Wajahmu pucat [Name]. Kau yakin baik-baik saja? Mau kucarikan Bakugou?" tanya Kirishima bertubi-tubi. Ada sirat khawatir dan panik dalam pertanyaannya.
"Tidak perlu," [Name] menggeleng lemah. "Aku hanya kelelahan karena terlalu keras berlatih. Setelah beristirahat kondisiku akan kembali normal."
Ia tahu Kirishima masih meragukan ucapannya. [Name] bahkan masih bisa merasakan tatapan Kirishima tertuju padanya, siaga jika ia tumbang. Benar saja, setelah beberapa langkah meninggalkan Kirishima yang masih mematung, tubuhnya terhuyung. Kakinya tidak mampu menopang berat tubuhnya. [Name] hanya bisa pasrah jika tubuhnya menubruk lantai ... hingga lengan kekar meraihnya.
"[Name], kau tidak baik-baik saja," Kirishima menggigit bibir, bingung dan panik bercampur menjadi satu. "Kubantu ke Recovery Girl ya?"
"Tidak mau," tolak [Name]. "Aku hanya ingin kembali ke asrama Kirishima. Kumohon."
Kirishima bergeming. Sudah jelas ia sangat ingin membawa [Name] ke ruang kesehatan, memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja. Namun, memandang wajah memohon sahabatnya, Kirishima tidak sampai hati menolak permintaannya. Dengan berat hati, Kirishima berjongkok di hadapan [Name] lalu menarik pelan tangan gadis itu, menuntunnya untuk melingkarkan lengan di lehernya.
"Pegang yang erat. Jangan sampai terjatuh," gumam Kirishima. Ia memegang erat paha [Name], menjaga agar gadis itu tetap bersandar padanya. "Kita ke asrama."
[Name] menggumamkan kata terima kasih. Dagunya ditempatkan di bahu Kirishima, sementara pipinya bergesekan lembut dengan anak rambut di bagian leher temannya. Selama perjalanan, baik [Name] maupun Kirishima tidak mengucapkan sepatah kata. Mereka hanya sekali berhenti, yaitu saat Kirishima mengambil sebotol air dari kantung belanjaannya. Ia bersikeras agar [Name] tetap terhidrasi.
"Dapat minumannya dari mana?"
"Aku baru kembali dari toko saat melihatmu," jawab Kirishima. Ia melirik [Name] yang mulai terpejam. "Aku tahu akhir-akhir ini kau selalu berlatih keras [Name], tapi ini berlebihan. Efek samping jika sering menggunakan quirkmu di luar batas terlalu berbahaya. Jangan memforsir dirimu."
"Aku ingin menjadi kuat Kirishima," gumam [Name] menghela napas tak berdaya. Memorinya ketika berhadapan Nomu di tengah hutan kembali terputar. "Aku ingin melindungi orang-orang yang berharga bagiku."
Kirishima terdiam, merenungkan ucapan [Name]. Sesaat kemudian ia mengadukan kepalanya pada kepala [Name] pelan dengan senyum lebar. [Name] mengaduh protes, melempar tatapan sebal pada Kirishima.
"Bakugou pernah bilang padaku, pahlawan yang tidak akan roboh sangatlah kuat. Saat itu yang kupikirkan adalah melampaui batas pengerasan tubuhku untuk menjadi tameng yang tidak akan bisa ditembus," cetus Kirishima. Senyumnya mengembang saat binar di mata [Name] kembali. "Kau juga bisa [Name]. Dengan quirkmu, kau bisa mementalkan penghalang di hadapanmu, mendorongnya hingga tidak lagi berada di jalanmu untuk melindungi orang-orang yang kaukasihi. Quirkmu itu sangat hebat. Percayalah padaku."
Dan [Name] percaya. Senyum cerah juga tatapan ramah Kirishima, semua itu meneriakkan bahwa pria di hadapannya tulus dengan apa yang ia katakan. Berbeda dengan cahaya kekasihnya yang menyilaukan, cahaya Kirishima lebih temaram namun tidak mengurangi intensitas kehangatannya.
Saat menyaksikan [Name] berada dalam gendongan Kirishima dengan wajah pucat, Bakugou langsung meraih [Name] dalam pelukannya, berniat untuk mengurus sekaligus memberi pelajaran pada kekasihnya karena bertindak sembrono. [Name] bersumpah cengiran Kirishima tampak bersinar ketika mendengar kalimat yang terlontar dari bibir kekasihnya.
"Terima kasih sudah menjaga kekasihku, Kirishima."
Masing-masing dari anggota Bakusquad memberikan impresi tersendiri pada hidup [Name]. Kelompok ini tak akan lengkap jika salah satu dari mereka tidak ada. Tiga tahun suka duka dialami bersama bahkan ikatan kuat di antara mereka melebihi kesibukan menjadi pro hero.
Karena itulah baik [Name] maupun Bakugou bersikeras mengikut sertakan keempatnya pada salah satu momen paling bahagia dalam hidup mereka.
***
Suasana bahagia dan damai menyelimuti keempatnya. Untuk pertama kalinya bagi Sero, Kaminari, Mina dan Kirishima menyaksikan Bakugou tersenyum lembut dengan tatapan damai. Sejak selesainya upacara, iris kemerahan Bakugou tidak pernah berpaling dari sosok [Name] yang terbalut dengan gaun putih pengantin.
"Aku tidak pernah menyangka jika Bakugoulah yang pertama kali akan menikah di antara kita berlima," cetus Kaminari sambil menyesap minumannya.
Mina mendengus kecil. "Mereka sudah menjalin hubungan sejak masih kelas 1 di Yuuei. Tidak heran jika dalam waktu beberapa tahun mereka suka menikah. Bakugou itu tidak sabaran."
"Memangnya kau? Perlu beberapa tahun bagimu untuk menjadi kekasih Jirou. Mungkin saja saat kau menikah dengan Jirou, Bakugou dan [Name] sudah memiliki anak," goda Sero memamerkan cengiran lebarnya.
Kirishima mengacuhkan kedua temannya yang tengah bertengkar. Tatapannya melembut memandangi Bakugou yang memeluk pinggul [Name] dengan sebelah tangan, berkata bahwa ia tidak rela berjauhan dengan istrinya tanpa suara.
"Aneh ya melihat Bakugou tanpa kerutan di dahi dan teriakannya," Mina menyenggol bahu Kirishima pelan. "Aneh tapi aku menyukainya."
Kirishima mengangguk setuju. "Aku turut senang melihatnya bahagia. Aku berharap Bakugou terus menyayangi [Name] layaknya pria jantan."
"Kirishima, kau harus berhenti berbicara seakan kau adalah ibunya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top