Fifteen
A T T A C K
Sial. [Name] mengumpat dalam hati.
Misi yang pada awalnya hanya berupa penyerangan kecil berubah menjadi jebakan besar untuk berbuat jahat. Karena pemberitahuan pertama yang masuk hanya penyelamatan biasa dan kebetulan berada di wilayah patrolinya, tentu saja [Name] langsung menuju ke tempat kejadian. Namun ia tidak menyangka setibanya di sana, alih-alih berhadapan dengan villain yang kelas menengah, [Name] malah bertarung dengan lima penjahat yang paling dicari se-Jepang. Tentu saja hal selanjutnya yang [Name] lakukan adalah meminta bantuan.
Ground Zero, Deku, Shouto, Red Riot dan Cellophane yang muncul menjadi bala bantuannya. Tanpa membuang banyak waktu, ke empat pahlawan yang baru datang langsung memburu villain yang sebelumnya merasa di atas awan. Memandang pertarungan mereka dari jauh, [Name] dan Cellophane memutuskan untuk mengevakuasi warga yang masih berada di dalam gedung sebelum mereka menjadi korban serangan nyasar.
"Aku akan menahan gedungnya dengan tapeku. Kau bisa menangani sisanya?" tanya Sero. Ia mulai merekatkan beberapa bagian gedung yang runtuh.
Gedung dengan lima belas lantai yang biasa digunakan untuk perkantoran itu hampir roboh setelah diporak-porandakan oleh villain dengan quirk memanipulasi besi. Sebagian kecil pegawai di sana mampu melarikan diri dengan quirk mereka atau mengendap-endap kabur lewat pintu lain. Sisanya yang tidak terlalu beruntung terpaksa menjadi sandera dan harus terjebak.
[Name] mengangguk. "Tentu saja. Aku juga bisa membuka jalan evakuasinya."
Sero menyetujui idenya dan mereka mulai bekerja. [Name] berusaha memindahkan reruntuhan dan puing yang menghalangi dengan kekuatannya seraya menuntun warga untuk pergi ke tempat yang lebih aman. Tidak jarang ia mendengar suara ledakan dan hembusan angin yang begitu kuat hingga menjatuhkan beberapa bagian gedung yang sudah rapuh.
"Bagaimana dengan para warga?" suara Todoroki menyapa telinga [Name].
"Aku sedang mengevakuasi mereka. Beberapa tidak terluka, sisanya mengalami luka ringan karena terbentur atau tergores puing. Tidak ada yang terluka berat," balas [Name] melalui earpiecenya.
Terdengar gumaman lega setelah [Name] melaporkan perkembangan penyelamatan. Untuk sesaat, ia lega dengan situasi yang kian membaik. Ia memang tidak mengetahui bagaimana keadaan di luar, tetapi mengingat ketiga pahlawan yang bertempur adalah tiga pahlawan terbaik yang pernah ia kenal, [Name] tidak ragu mereka mampu mengalahkan villain dengan mudah.
Atau setidaknya itulah yang ia pikirkan.
Setelah memastikan seluruh warga yang terperangkap di dalam gedung sudah berada di tempat yang lebih aman, juga mendapat peringatan dari Sero mengenai gedung yang tidak akan bertahan lama, [Name] segera angkat kaki dari tempat berbahaya itu. Sampai suara tangisan histeris gadis kecil menahan langkahnya.
Hanya bermodalkan instingnya, [Name] kembali masuk dan mencari sosok gadis malang itu. Ia tidak menemukan gadis itu di empat lantai pertama, namun [Name] masih belum menyerah terlepas dari Sero yang sudah meneriaki telinganya, mengabarkan bahwa tapenya tidak bisa menahan gedung lebih lama lagi.
"Gadis kecil itu di dalam Sero! Aku tidak bisa membiarkannya tertimpa gedung," ucap [Name] sambil memindai seluruh lantai, memastikan bahwa gadis itu berada di sana. "Hey, gadis kecil! Kau dimana?"
"Kau sama keras kepalanya dengan kekasihmu," Sero berdecak kesal. "Akan kuusahakan untuk menahan gedung ini lebih lama."
[Name] terkekeh pelan. "Aku anggap itu pujian."
Setelah tidak mendapatkan tanda-tanda keberadaan gadis itu, [Name] kembali menaiki tangga ke lantai enam dengan hati-hati. Bulu kuduk [Name] meremang, ada sesuatu yang tidak beres setelah ia melempar pandangan ke seluruh lantai. Walaupun ia tidak bisa merasakan ada kehadiran seseorang, ia yakin ada sepasang mata yang mengawasinya.
Dugaannya terbukti benar setelah bayangan dari salah satu pilar perlahan berubah menjadi sesosok manusia. Punggung [Name] menegang menyadari yang berdiri di hadapannya adalah salah satu pembunuh yang dicari baik oleh polisi maupun pro-hero.
Shadow. Itulah nama villain yang mampu tak terdeteksi oleh apapun dengan mengubah diri menjadi bayangan. Ia bisa berkamuflase menjadi bayangan seseorang atau bayangan suatu benda hingga tak terlihat dan tak tersentuh.
"Sudah kuduga kau akan kemari. Kalian, para pahlawan, tidak pernah bisa mengabaikan jeritan minta tolong orang lain," Shadow menyeringai lebar. "Sifat itulah yang membuat kalian mudah ditebak dan ... lemah."
"Dimana gadis itu?" tanya [Name]. Tatapannya menajam, kedua tangannya terkepal, sudah siap jika villain itu menyerangnya.
Shadow mengangkat bahu acuh tak acuh. "Tidak pernah ada gadis yang terperangkap di sini. Aku hanya menyetel suara gadis kecil yang menjerit minta tolong dari internet. Teknologi zaman sekarang ... kau benar-benar bisa mendapatkan apapun dari internet."
Seakan membuktikan ucapannya, Shadow mengeluarkan ponsel dari saku jubahnya lalu menekan layar ponselnya. Suara gadis kecil yang terdengar begitu lirih menggema di ruang kosong yang mereka tempati. Betapa [Name] mengutuk kebodohannya sendiri saat ini.
"Nah, sekarang apa yang akan kulakukan padamu saat teman-temanmu di luar sana menghancurkan rencanaku?" Pria itu terlihat seperti merenungkan sesuatu. Sesaat kemudian ia menjentikkan jarinya. "Benar juga. Kenapa aku tidak membalas mereka saja? Menyiksamu sepertinya menjadi pilihan yang bagus, lalu aku akan membiarkan mereka melihatmu terbunuh kemudian aku juga melakukan hal yang sama pada mereka. Bagaimana menurutmu?"
[Name] berkeringat dingin. Bagaimana bisa seseorang berkata begitu gamblangnya untuk menyiksa dan membunuh orang lain? Dengan catatan kriminalnya, [Name] yakin Shadow pasti benar-benar mewujudkan ucapannya kalau ia tidak segera bertindak.
Ia menarik napas panjang, menenangkan diri. Untuk melawan seseorang yang begitu berbahaya, [Name] harus bertarung dengan kepala dingin. Sejenak, sosok Bakugou memenuhi benak dan pikirannya. Kekasihnya yang garang itu tidak akan ketakutan hanya karena mendengar ancaman remeh seperti ini. Sebaliknya, dengan begitu banyak kosa kata yang ia kuasai, Bakugou akan balas mengancam.
"Coba saja kalau kau bisa," [Name] menyeringai kecil. Seringai penuh percaya diri yang ia tiru selama beberapa tahun berada di samping Bakugou.
Shadow tersenyum seram lalu kembali menghilang seolah ditelan kegelapan. [Name] memasang seluruh indranya waspada. Ia memang tidak pernah menghempaskan sesuatu yang tidak bisa disentuh, namun ia pernah menghadang pergerakan dark shadow Tokoyami, mungkin saja ia juga bisa menggunakan kekuatannya pada villain ini.
Ia yakin selama Shadow berada dalam wujud bayangannya, ia tidak akan bisa melakukan apapun. [Name] hanya bisa bertahan dari serangan beruntun yang dilancarkan oleh villain berbahaya itu. Ia memutar otak, memikirkan cara untuk menang melawan sebuah bayangan yang pada dasarnya tidak bisa dipentalkan begitu saja dengan kekuatannya. [Name] menahan ringisan saat sesuatu menghantam perut dan kepalanya.
[Name] mengibaskan tangan kanannya, menghempaskan seluruh benda. Senyum senang terukir di wajah [Name]. Shadow ikut terhempas bersama dengan benda lainnya. Itu berarti ia bisa mengalahkan villain ini. Namun, seakan menyadari bahwa [Name] sudah tahu jika ia mampu diserang oleh kekuatannya, wajah Shadow terlihat serius.
"Kalau kau harus memukulku, tandanya ada sepersekian detik tubuhmu berwujud. Itu berarti kau tidak kebal dengan kekuatanku."
"Aku akan membunuhmu, gadis kecil."
[Name] terkesiap melihat perubahan yang signifikan. Kecepatan Shadow bertambah hingga kali ini mata [Name] tidak bisa mengikuti pergerakannya. Tiba-tiba saja [Name] sesak karena sekelebatan hitam menyelimuti tubuhnya. Lehernya dicekik oleh sesuatu. Ia meraih sesuatu yang mengerat di lehernya namun usahanya nihil. Ia tidak bisa menggenggam apapun yang melilit tenggorokannya.
"Kekuatanmu mungkin bisa menghempasku," suara Shadow terdengar begitu dekat dengan telinganya. "Tapi tetap saja kau tidak bisa menyentuhku. Kau tidak bisa menggunakan kekuatanmu pada dirimu sendiri, kan?"
Sial. Bagaimana ini? Kepala [Name] mulai terasa ringan, pandangannya mengabur dan berkunang-kunang. Ia berusaha menggerakkan tangannya untuk menyingkirkan bayangan hitam yang mengukungnya.
"Percuma saja melawan, gadis kecil, kau tidak bisa melawan saat berada dalam genggamanku," kata Shadow penuh dengan kemenangan.
"Brengsek! Jangan berani kalah dari villain itu [Name]!" suara Bakugou berteriak terdengar dari earpiecenya. "Aku akan segera ke sana? Kau dengar aku, bodoh? Jangan sampai kalah dari villain gampangan seperti itu."
Mendengar teriakan kasar Bakugou yang menyiratkan kekhawatiran, [Name] seakan mendapatkan kekuatan. Alih-alih menggunakan kekuatannya melalui salah satu bagian tubuhnya, [Name] berusaha mengeluarkan kemampuannya pada seluruh bagian tubuhnya. Mirip seperti menghembuskan angin dari setiap inci tubuhnya agar bayangan yang melilitnya terlepas.
Usahanya berhasil!
Shadow terlepas dari tubuhnya dan ia tampak tidak senang dengan perkembangan ini. Villain itu menggeram. [Name] menyeringai sinis tapi sesaat kemudian dahinya mengernyit mendapati Shadow malah tersenyum kecil.
"Kau terlalu lengah."
Kesadaran [Name] perlahan menghilang setelah sesuatu yang berat menghantam kepala dan tengkuknya. Di sisa kesadarannya, ia melihat sosok lain yang menghampiri Shadow. Sosok itu adalah villain yang mampu mengendalikan besi. [Name] menggigit bibir, berusaha melawan rasa pening yang menyerang kepalanya, tapi gagal.
Kemudian [Name] merasa tubuhnya seakan melayang lalu semuanya gelap.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top