Part 8

Amanda akhirnya memutuskan untuk menginap di rumah maminya. Sesampai di rumah amanda kembali ke kamar ketika ia belum menikah dulu. Sebuah kamar yang sangat luas dan ditata sesuai dengan seleranya. Dia bisa melakukan segala hal di kamarnya. Termasuk menonton televisi. Sangat berbeda dengan kamar di apartemen suaminya. Dimana kevin tidak mengizinkan ada perangkat audio visual di kamar. Dengan alasan kamar adalah tempat untuk beristirahat bukan untuk menonton televisi.

Di kamarnya ini juga ada kamar mandi yang sangat besar. Dimana ia bisa berjam jam menghabiskan waktu di dalam sana. Tanpa harus berbagi dengan kevin. Amanda merasa kembali ke tempat ternyaman dalam hidupnya. Tidak lagi harus bersempit sempit di kamar kevin. Walaupun sebenarnya kamar di apartemen tidak tergolong sempit. Tapi tidak seluas kamar amanda.

Di rumah ini juga tersedia peralatan dan perlengkapan salon yang sangat memadai. Karena tak jarang saat ia butuh perawatan ia tinggal menghubungi kapster terlatih langganannya. Seisi rumah ini sangat memanjakan amanda.

Sambil membaringkan tubuhnya amanda kembali memikirkan kalimat kalimat mami di mobil tadi

Amanda dan mami harus terjebak dalam macet ketika kembali dari rumah sakit.

"Nda, apa kamu sudah bilang sama kevin tentang pindah sementara ke rumah selama kamu hamil?"

"Belum mi, masih belum ada waktu. Kenapa?"

"Kok belum sih, kehamilan kamu lagi rawan rawannya lho. Di apartemen kan cuma kamu sendiri. Kalau ada apa apa gimana? Mana gak ada asisten rumah tangga sama sekali yang bisa nemenin kamu?"

"Iya mi, nanti deh amanda bilang sama kevin"

"Pokoknya besok kamu sudah harus bilang ke dia. Supaya kamu sebaiknya tinggal di rumah mami dulu. Mami juga gak mau lihat kamu capek ngerjain tugas rumah. Padahal dari dulu kamu gak pernah pegang apa apa"

***

Keesokan harinya di kantor amanda

"Mas"

"Ya, ada apa sayang? Kevin menjawab sambil terus menatap laptopnya.

"Aku boleh gak tinggal di rumah mami sementara. Selama papi sakit aja. Sekalian buat nemenin mami"

"Kok, harus  gitu?"

"Kan, mas kerjanya sampai sore. Trus aku diminta papi supaya resign dulu. Ngapain aku di apartemen sendirian?"

Kevin menghela nafas dalam dalam. Yang dia khawatirkan terjadi kembali. Setiap kali amanda bertemu dengan ibu mertuanya. Selalu saja ada hal hal yang harus mereka perdebatkan. Kadang ia tidak mengerti dengan jalan pikiran ibu mertuanya. Kalau memang belum siap menyerahkan anaknya pada orang lain kenapa dulu malah menyetujui perjodohannya dengan amanda?

Sebagai suami kevin merasa tidak dianggap oleh ibu mertuanya tersebut. Dan amanda pun ketika ada sedikit saja masalah langsung melapor pada mertuanya. Saat ini kevin sebenarnya ingin tahu. Apa saja yang sudah dibicarakan oleh ibu mertua dan istrinya. Ingin rasanya ia marah pada istrinya. Namun mengingat amanda yang sedang hamil. Terpaksa ia harus menahan emosinya. Karena tidak ingin terjadi apa apa dengan anak yang di kandungnya.

Akhirnya setelah menimbang kevin  berkata kepada amanda

" ya sudah, terserah kamu. Tapi aku minta maaf aku gak bisa sering nginap disana. Kamu tahu kan nda bagaimana hubunganku dengan mami kamu?"

"Emang ada apa dengan kalian, memangnya selama ini mami buat apa sama mas?" Suara amanda terdengar meninggi

"Jujur nda, aku capek disindir terus menerus sama mami kamu"

"Yang dibilangin mami juga bener kan mas?" Suara amanda semakin meninggi

"Yang mana menurut kamu bener. Sikap mami kamu yang selalu mencampuri urusan rumah tangga kita?"

"Dibagian mana mami mencampuri mas?" Teriakan amanda menggema di seluruh ruangan.

"Aku gak tahu deh, apa yang ada dipikiran kamu nda. Aku gak mungkin kasih kamu secara detail. Kamu coba deh mikir sendiri" balas kevin dengan berteriak.

"Biar aku ngerti mas, contohnya yang mana"

"Baru dua hari yang lalu mami kamu nyindir aku tentang apartemen. Seolah olah aku gak mampu beliin kamu rumah"

"Lho emang bener kan apartemen kita kecil. Dan mas belum beli rumah untuk kita sampai sekarang! Dan mami juga bener di rumah kita gak ada asisten rumah tangga!"

"Cuma orang goblok yang bilang apartemen seluas dua ratus meter persegi sempit untuk ditinggali dua orang amanda. Pernah gak kamu pegang sapu di apartemen hah?! Seluruh pekerjaan dilakukan oleh asisten rumah tangga dari rumah mami walau mereka tidak menginap" akhirnya kesabaran kevin habis juga.

"Kamu keterlaluan mas" amanda mengucapkan kalimat terakhirnya dengan airmata yang sudah menggenang. Amanda langsung mengambil clutchnya dan  berlari keluar dari ruangan kevin.

Kevin menghempaskan tubuhnya di kursi. Dia lepas kendali terhadap emosinya. Sesuatu yang sebenarnya sudah disimpannya selama tiga bulan ini. Dia lupa ini kantor mertuanya!

***

Amanda menangis setiba di rumah sakit. Maminya langsung memeluk amanda dan mengelus elus kepalanya.

"Kenapa lagi? Tadi sebelum ke kantor kamu baik baik saja" terdengar suar lembut mami

"Manda, ayo cerita sama papi dan mami ada apa" terdengar suara papi menyambung

Amanda hanya terdiam dan terus menangis. Kali ini ia enggan bercerita. Karena masih bingung dengan semua. Ada rasa takut dengan yang akan terjadi apabila ia menceritakan pertengkarannya dengan kevin pagi ini. Terutama dengan keadaan papi. Kalau papi marah dan mengusir kevin. Siapa lagi nanti yang akan mengawasi perusahaan. Sementara amanda tahu bahwa kemampuannya masih nol besar.

Akhirnya amanda memilih diam dan hanya mengatakan kalau ada sahabatnya yang meninggal. Sehingga ia menangis. Kedua orang tuanya tersenyum lega. Karena yang mereka takutkan ternyata tidak terjadi.

Malam itu amanda benar benar kembali menginap di rumah orang tuanya. Entah sampai kapan. Walau sebenarnya ia sangat merindukan kevin. Namun ia menahan seluruh perasaannya. Entah apa yang sudah menguasainya saat ini. Yang ia inginkan adalah  kevin harus meminta maaf kepadanya dan keluarganya.

***

Di rumah kevin

Kevin memasuki ruang kerja papinya. Ia mengetuk pintu terlebih dahulu. Begitu mendengar perintah untuk masuk, kevin segera memasuki ruangan. Daddynya sebenarnya terkejut. Tidak biasanya putra sulungnya meminta waktu bertemu di tengah malam seperti ini. Pasti ada hal yang sangat penting. Apalagi wajah kevin tampak kusut.

"Hi dad"

"Hai, kenapa muka kamu kusut begitu? Ada masalah?"

"Sedikit" kevin terlihat menarik nafas panjang.

Lama daddynya terdiam. Menunggu kevin bicara. Namun ternyata kevin malah terlihat melamun dan tidak mengucapkan satu kata pun.

"Ada masalah apa sebenarnya?"

"Saya gak tahu, apa saya pantas mengatakan hal ini ke daddy atau tidak"

"Tentang rumah tanggamu?"

Kevin mengangguk dan menatap wajah pria berumur menjelang enam puluh itu.

"Saya menemui jalan buntu"

"Selesaikan masalah rumah tanggamu dengan istrimu. Bukan dengan orang tuamu. Karena kalian berdua pemiliknya bukan kami"

Kevin kembali terdiam. Dia sudah bisa menebak jawaban daddynya. Dari dulu kedua orangtuanya memang tidak pernah ikut campur dengan kehidupan pribadinya. Ketika memperkenalkan amanda padanya pun papanya menyerahkan semua keputusan pada kevin. Kevin tahu kalaupun ketika itu kevin menolak, orang tuanya tidak akan memaksa.

"Kamu ingat pengalaman daddy kan? Karena menuruti orang tua rumah tangga kami jadi berantakan. Kamu harus berpisah dengan kami dan adikmu. Karena itu sekarang kamulah yang harus mencari jalan keluar untuk masalah kalian. Berbicaralah baik baik dengan amanda. Ingat dia sedang mengandung anakmu"

Akhirnya kevin hanya mengangguk. Dan memutuskan untuk keluar dari ruang kerja daddynya. Sebelum sampai di pintu  terdengarnya suara daddynya

"Kalau kamu sedang kacau menginaplah disini. Gak usah ke club, disana tidak  akan menghasilkan jalan keluar. Amanda menginap di rumah orang tuanya kan?"

"Dari mana daddy tahu?"

"Mommymu, satu lagi bersikaplah profesional. Saat ini kamu juga harus mengurus perusahaan mertuamu kan?

Kevin hanya mengangguk dan berjalan menuju lantai dua rumah orang tuanya. Ke kamar yang dulu dia tempati sebelum menikah. Tempat dia selalu kembali setiap akhir pekan. Untuk berkumpul dengam keluarganya. Dan semenjak menikah hampir tidak pernah dilakukannya lagi.

1

1/06/17

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top