Part 5
Kevin memasuki apartemennya dalam keadaan lelah. Tenaganya habis terkuras karena naik gunung kemarin dan pulang dengan kereta api kelas ekonomi. Walau mungkin terlihat aneh bila CEO perusahaan multinasional terlihat naik kereta api. Tapi itulah seorang kevin. Dia terbiasa hidup mandiri di luar negeri. Sehingga tidak canggung untuk bergaul dengan kalangan bawah dan menggunakan transportasi masal. Namun rasa lelah itu terbayar ketika ia bisa melihat matahari terbit secara langsung. Apalagi kali ini ia berangkat bersama teman teman lamanya. Ajang kali ini menjadi semacam reuni kecil kecilan baginya.
Dia mencari sosok amanda istrinya ketika tadi tiba di apartemen. Tapi tampaknya amanda belum pulang. Kevin tidak mau ambil pusing. Dia berpikir mungkin amanda masih berada di rumah mertuanya.
Kevin langsung menuju kamar mandi setelah semua peralatan naik gunungnya dia simpan ditempatnya. Sementara pakaian kotor sudah taruh di keranjang cuci. Kalau nanti amanda belum pulang, ia sendiri yang akan menaruhnya ke laundry.
Selesai mandi kevin mengenakan baju santai. Polo shirt warna putih dan celana jeans warna biru. Mengambil semua pakaian kotor dan mengantarnya ke laundry lantai satu. Sekalian dia berencana untuk makan malam di cafe. Tadi dia sudah ke pantry. Tapi tidak ada apa apa disana. Kalau menunggu amanda bisa bisa dia kelaparan.
Sambil menunggu pesanan datang kevin memutuskan untuk menghubungi mommynya.
"Hi mom, apa kabar?"
"Oh hi, baik. Kamu dimana?"
"Di apartemen, lagi mau makan malam?"
"Sendiri atau sama amanda?"
"Sendiri, kevin baru pulang naik gunung. Amanda memilih menginap di rumah maminya. Mommy sudah makan?"
Percakapan mereka terus berlangsung sampai sekitar sepuluh menit. Sang mommy seperti biasa menanyakan aktifitas kevin. Kevin menjawab apa adanya, sambil berusaha menahan diri untuk tidak bertanya apakah amanda mengunjungi mommynya. Sayangnya sampai pembicaraan mereka selesai topik tentang kunjungan amanda tidak juga muncul dalam pembicaraan mommynya.
Kevin menarik kesimpulan kalau amanda belum memenuhi permintaannya. Kevin menghela nafas dalam dalam. Ini bulan ketiga pernikahan mereka. Dan sekalipun amanda belum pernah mengunjungi keluarga kevin. Padahal mereka tinggal di kota yang sama. Walau begitu ia tidak mau berpikiran buruk. Dia berharap bahwa amanda memang sedang sibuk. Meskipun kemarin itu adalah weekend.
Jam delapan lewat makan malam kevin selesai. Ketika akan memasuki lift dia melihat amanda di dalam. Rupanya dia naik dari basement Amanda terlihat terkejut memgetahui suaminya sudah pulang.
"Kapan pulang mas?"
"Tadi sore jam enam sampai rumah."
"Kok gak telfon aku?"
"Coba kamu lihat hp kamu aktif atau enggak."
Amanda langsung mencari hp di dalam tasnya. Dan ketika mengetahui bahwa hpnya mati dia terlihat menyesal. Amanda segera menunjukkan layar hpnya yang mati kepada kevin. Kevin mengangguk dan berkata
"Ya sudah, tidak apa apa."
Sampai di apartemen amanda langsung membersihkan wajahnya dan mengganti pakaiannya. Sementara suaminya langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Tak lama amanda menyusul.
Merebahkan tubuhnya di samping suaminya.
"Mas, sorry ya. Aku kemarin gak jadi ke rumah mommy" suara amanda kembali terdengar penuh penyesalan.
"Memang kamu kemana aja?" Kevin berusaha agar suaranya terdengar datar.
"Hari sabtu aku lupa ternyata sudah janjian sama mami ke salon. Tadi siang aku ke rumah oma bareng papi waktu pulang gereja. karena sudah lama gak kesana."
"Ya sudah gak apa apa." Jawab kevin. Setelah itu kevin langsung memejamkan matanya. Sebagai tanda bahwa ia tidak ingin lagi diganggu.
Rasa bersalah amanda semakin besar. Dia kecewa pada dirinya sendiri. Karena tidak mampu memberikan perhatian yang sama kepada orang tua dan mertuanya. Kalau malam ini kevin marah amanda bisa terima karena dia memang salah. Tapi kalau kevin diam amanda bingung karena tidak tahu harus berbuat apa.
Sebenarnya kevin belum tidur. Ia hanya berusaha menghindari amanda. Ia takut kalau nanti tidak mampu menutupi rasa kecewanya terhadap sang istri. Kalau selama ini ia diam, itu hanya karena ia menyadari bahwa mereka belum saling mengenal ketika menikah. Jadi mau tidak mau sebagai kepala keluarga ia harus mampu mengatasi rasa kecewanya dan berharap agar amanda bisa mengerti. Walau ia tidak mengatakannya secara langsung.
***
Amanda melirik jam tangannya. Waktu menunjukkan setengah dua belas siang. Hari ini ia berniat untuk menebus kesalahan pada sang suami. Ia akan mengunjungi mertuanya. Tadi dia sudah berpesan pada sekretarisnya agar mengosongkan jadwalnya sampai jam tiga siang. Setelah pamit pada sekretarisnya amanda segera turun dan menuju tempat parkir. Ia sengaja tidak menggunakan supir. Karena malas kalau nanti supirnya akan diiterogasi oleh mami.
Amanda memarkirkan mobilnya di halaman luar rumah mertuanya. Kemudian ia turun sambil membawa kue yang dia beli khusus di toko langganannya tadi. Setelah memencet bel sebanyak dua kali akhirnya seorang asisten rumah tangga membuka pintu dan langsung mempersilahkan amanda untuk masuk. Lalu memberi tahukan bahwa ibu mertuanya berada di ruang makan. Namun ternyata mertuanya sudah memasuki ruang tamu untuk menemuinya.
"Hai mom"
"Hai... amanda. Apa kabar sayang kok baru datang?"
"Iya, maaf ya mom, amanda agak sibuk akhir akhir ini."
"Oh iya kevin bilang kamu sudah bekerja ya. Ya sudah, langsung makan siang yuk. Semua sudah menunggu."
Amanda mengikuti langkah mertuanya menuju ruang makan. Dan alangkah terkejutnya karena kevin sudah duduk di situ. Setelahmencium punggung tangan ayah mertuanya, Kevin memberi isyarat agar amanda duduk di sampingnya. Sementara ibu mertua dan ayah mertuanya duduk di hadapannya.
"Kok gak bilang mau kemari" amanda berbisik ke telinga kevin.
"Kebetulan tadi ada meeting dekat sini. Jadi sekalian mampir."
"Ayo amanda nanti dulu ngobrolnya. Daddy sudah lapar nih." Ucap ayah mertuanya sambil mengelus elus perutnya.
Amanda langsung tertawa dan mengambil sendok nasi yang diberikan ibu mertuanya. Sebagai tanda bahwa ia lah yang harus menyendok nasi untuk kevin. Amanda kemudian menawarkan beberapa lauk menu siang itu kepada kevin.
Mereka makan siang dengan santai. Sambil mengobrolkan hal hal yang ringan. Ketika ibu mertuanya ke dapur untuk menyiapkan hidangan penutup amanda mengikuti mertuanya dari belakang. Membantu membawa makanan itu ke meja makan.
Tampak ayah mertua dan suaminya masih mengobrol. Ketika amanda memberikan potongan puding coklat pada ayah mertuanya tiba tiba sang ayah berkata :
"Manda, kapan kalian berangkat bulan madu?"
"Rencana bulan depan dad"
"Sudah siap semua?" Mommy menimpali
"Sudah mom, memang kenapa?"
"Jangan lupa ingatkan kevin terus ya. Dia pelupa." Jawab sang ibu mertua.
Amanda mengangguk sambil tersenyum.
***
Malamnya amanda menghampiri kevin yang sedang menonton acara debat di televisi. Ia langsung duduk di sebelah kevin setelah meletakan segelas teh dan camilan ringan di meja. Tapi suaminya itu tidak bereaksi apa apa.
Melihat kevin hanya diam amanda jadi serba salah. Dia menyangka kalau suaminya itu masih marah. Apalagi mengingat selama mereka menikah kevinlah yang banyak mengalah.
"Mas" suara amanda terdengar membuka pembicaraan mereka.
"Hmmm" jawab kevin tanpa menoleh.
"Aku minta maaf ya mas"
"Untuk?"
"Karena baru tadi ke rumah mommy lagi"
Kevin terdiam. Rasanya malas kalau harus membicarakan hal itu. Tapi toh kevin juga harus tetap membimbing amanda agar bisa mengerti posisinya sebagai menantu.
"Mas gak marah. Cuma kalau bisa ya bagi waktu lah. Orang tua kita kan sekarang ada empat. Bukan hanya dua seperti dulu"
Amanda tampak mengangguk. Lalu mencium pipi kevin.
"Makasi ya mas" ucap amanda. Sekarang ia merasa lega karena kevin sudah membuka pintu maaf untuknya.
Kevin mengangguk sambil meraih amanda kedalam pelukannya. Pelukan yang membuat amanda merasa sangat nyaman. Perlahan amanda memejamkan matanya. Sementara kevin melanjutkan acara menontonnya.
***
Akhirnya kelar juga part ini. Sorry ya kalau ada typo.
20/4/2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top