Part 2 : Memulai dengan kita

Ini cerita ringan. Saya bukan tipe orang yang suka cerita rumit dan gak kelar kelar. Apalagi kayak cerita sinetron yang pemeran utamanya menderita melulu. Karena hidup adalah tempat perpaduan antara sedih dan bahagia.

Seminggu kemudian

Amanda baru saja menyimpan pakaian dan  barang pribadinya di walk in closet yang terletak di kamar kevin. Walau sebagian besar masih berada di apartemen lamanya. Ya, akhirnya ia bersedia untuk pindah ke apartemen milik suaminya itu.  Sebenarnya hal ini membuatnya sedikit kecewa. Karena  apartemennya jauh lebih luas. Namun sebagai istri ia juga harus menurut pada suami. Pagi tadi amanda resmi pindah. Setelah seminggu ini ia tinggal di rumah mertuanya.

Argumen yang dilontarkan kevin juga tepat menurutnya. Bahwa mereka hanya berdua. Dan tidak butuh tempat yang besar dan luas. Selain itu mereka butuh penyesuaian terhadap kebiasaan satu sama lain. Lagi pula apartemen pasti hanya dibutuhkan ketika malam sampai pagi hari untuk istirahat. Diluar  waktu itu mereka pasti akan menghabiskan waktu siangnya diluar karena kesibukan masing masing.

Seminggu ini amanda sudah dibuat terkaget kaget dengan kebiasaan kevin. Pria itu terbiasa bangun pagi dan langsung berolah raga. Tidak suka sarapan. Dan kalau mandi paling butuh lima menit.

Sementara amanda kebalikannya. Namun dia beruntung kevin tidak mempermasalahkan hobbynya untuk bangun siang. Hanya saja kalau mau mandi kevin selalu minta ia yang menggunakan kamar mandi terlebih dahulu. Karena amanda butuh waktu lama kalau mau mandi.

Amanda juga beruntung. Kevin bukan tipe pria yang suka pilih pilih makanan. Yang penting ada sayur. Selama di rumah mertuanya amanda belum pernah langsung memasak. Ia hanya bertugas membantu ibu mertuanya yang berambut pirang itu. Maklum ibu mertuanya adalah wanita keturunan asing.

Ia  juga baru tahu kalau ternyata kevin adalah anggota aktif salah satu klub pencinta alam. Ada sebuah ruang khusus untuk menyimpan segala peralatan mendaki dan berkemah milik kevin di apartemen ini. Kevin juga sering menghabiskan waktu luangnya dengan mendaki gunung. What?! Seorang CEO perusahaan ternama sempat sempatnya naik gunung? Hobby yang terlalu aneh menurut amanda. Ditambah lagi kecintaan kevin pada tanaman. Di  apartemennya ada ruang khusus untuk tanaman. Amanda menyebutnya ruang khusus karena tidak mungkin menyebutnya dengan kata kebun.

Selain tanaman hias ada juga sayuran hidrophonik disana. Di ruangan yang hanya tiga kali empat meter dilantai dua puluh,  kevin masih sempat sempatnya berkebun. Kalau dirumah mertuanya jangan ditanya lagi. Kevin punya kebun sayur sendiri yang sangat terawat. Dan bisa dikonsumsi oleh seluruh anggota rumah. Selain itu juga ada koleksi anggrek yang sangat banyak. Kevin bilang ia mendapatkannya bukan dari hutan. Tetapi dari sebuah perkebunan anggrek disukabumi. Karena anggrek hutan adalah tanaman langka yang dilindungi.  Koleksi anggrek suaminya itu menyaingi koleksi mawar ibu mertuanya.

"Nda, makan yuk" terdengar suara kevin mengejutkan lamunannya.

"Kita makan apa" jawab amanda ragu. Karena seingatnya dia belum memasak.

"Aku udah masak, tapi seadanya ya. Soalnya belum belanja"

Amanda mengikuti kevin ke ruang makan yang merangkap dapur. Di meja makan ada telur balado, tumis sawi, sepiring mie goreng dan krupuk. Amanda mengernyitkan dahinya sambil berpikir tentang jumlah kalori makanan tersebut.. Tapi berusaha untuk tidak protes karena kevin sudah bersusah payah memasak untuknya.

Amanda mengambil nasi dari rice cooker. Setelah seminggu menjadi istri dia sudah mulai hapal seberapa besar porsi  nasi kevin. Paling tidak dua kali lipat jatahnya. Dan sepertinya sudah menjadi kebiasaan mereka juga amandalah yang memimpin doa makan.

"Vin"

"Ya"

"Kamu gede di kanada kok suka nasi sih?" Tanya amanda penasaran

"Aku besar di kanada. Tapi jangan lupa masa kanak kanakku di indonesia. Aku di besarkan di jogja. Kakek dan nenekku orang jawa yang biasa makan nasi" kevin menjawab sambil tersenyum

"Kamu" kevin bertanya balik

"Kalau makan siang sih ok. Tapi untuk sarapan dan makan malam enggaklah. Terlalu bikin kenyang"

Kevin tersenyum  inilah yang dia suka kalau tinggal berdua. Segala macam bisa diobrolkan tanpa khawatir di dengar orang. Kevin juga menolak ketika orang tua dan mertuanya menawarkan asisten rumah tangga untuk mereka. Dia sudah biasa mandiri. Dan kevin yakin amanda juga bukan tipe istri yang pemalas. Walau itu hanya feelingnya ketika pertama kali bertemu. Karena untuk membuktikannya masih dibutuhkan banyak waktu.

Selesai makan siang amanda membenahi meja makan. Sementara kevin mencuci piring kotor mereka. Sejauh ini mereka belum menemukan kesulitan berarti. Semua masih bisa mereka kendalikan. Entah besok atau lusa.

"Duduk sini nda" kata kevin sambil menepuk nepuk sofa disebelahnya. Setelah mereka selesai makan siang.

Amanda menurut dan menghempaskan bokongnya tepat di samping kevin.

"Vin" suara amanda setengah berbisik sambil meletakkan kepalanya di bahu kevin.

"Hmm" balas kevin sambil memilin jemari amanda

"Aku boleh kerja gak?" Rajuk amanda

Lama kevin menatap amanda sebelum akhirnya menjawab.

"Kamu serius?"

Amanda mengangguk.

"Kalau kerja kantoran enggak. Tapi kalau kerja sosial seperti mommy dan mami kamu boleh" jawab kevin tegas

"Kok gitu, aku kan pengen punya penghasilan sendiri"

"Sekarang aku tanya" kevin menatap mata amanda dengan tegas

"Kamu pernah kerja kantoran
sebelumnya"?

"Belum"

"Trus kenapa sekarang mau kerja?"

"Kebutuhanku kan juga banyak vin, masak kamu semua yang tanggung?"

"Trus dulu gimana cara kamu memenuhi kebutuhan kamu?"

"Minta papi" jawab amanda dengan mata berbinar

"Mulai sekarang aku larang kamu minta sama papi kamu. Aku gak mau dicap sebagai menantu yang tidak bisa memenuhi kebutuhan istrinya. Tapi kamu juga harus sadar. Jangan belanja melebihi penghasilanku." Jelas kevin dengan tegas.

Amanda hanya menarik nafas dalam dalam. Sebegini susah kah setelah menikah?

Kevin tersenyum seakan mengerti pemikiran amanda.

"Ini jumlah penghasilanku perbulan." Kevin berbicara sambil menunjukkan layar ponselnya yang berisi sms banking.

"Mulai sekarang, kamu yang akan mengatur pengeluaran setiap bulan. Tapi  pengeluaran kamu tidak boleh lebih dari itu. Kalau kamu menginginkan sesuatu yang mahal entah itu tas atau jam tangan. Bicarakan dulu denganku."

"Gimana?"

"Tapi aku mau coba kerja vin"

"Bekerja itu bukan untuk coba coba. Tapi butuh komitmen. Karena kamu harus berhubungan dengan banyak orang. Jangan sampai nanti kamu menyulitkan karyawanmu sendiri. Dengan kondisimu sekarang kamu tidak mungkin memulai jadi karyawan biasa. Kamu akan langsung menjadi pimpinan. Sementara basic kamu masih nol"

Amanda sangat kecewa dengan jawaban kevin yang menganggap dia tidak bisa apa apa. Rasanya mau menangis, secara tidak langsung kevin sangat meragukan kemampuannya.

"Vin, aku lulusan manajemen lho"

"Bukan masalah kamu lulusan apa. Kamu tidak mungkin jadi bawahan yang disuruh suruh oleh karyawan kamu sendiri. Dan kamu juga tidak mungkin menjadi atasan mereka sementara kamu gak tahu apa apa manda. Kamu pasti merasa tidak nyaman. Sekarang aku mau tanya. Kalau kerja kamu mau diposisi apa."

Amanda terdiam. Dia memang tidak tahu apapun mengenai dunia kerja. Selama ini dia hanya hidup bersenang senang dengan teman temannya. Menginjakan kaki di kantor papanya pun belum tentu setahun sekali.

"Begini saja gimana kalau kamu ikut mami dulu di kegiatan sosialnya. Kalau kamu nanti betah aku akan pertimbangkan"

Amanda kembali terdiam. Kalimat kevin jelas sudah menyinggung perasaannya. Sebagai anak tunggal dan putri dari seorang pengusaha sukses. Amanda terbiasa tidak berpikir dulu bila menginginkan sesuatu. Kalau suka tinggal beli. Kartu kreditnya unlimited. Itulah yang membuatnya ingin bekerja. Rasanya malu juga kalau harus merengek pada kevin kalau ingin membeli sesuatu atau sekedar hang out bersama teman temannya.

Sampai sekarang pun amanda masih menyimpan kartu sakti pemberian orang tuanya  tersebut. Dia tahu kalau  mereka tidak akan meminta benda mungil itu kembali. Dan selalu bersedia membayarkan tagihannya.

" Ya udah, aku ikut mami aja di kegiatan sosialnya. Tapi kamu gak boleh larang larang soal waktunya ya"

Kevin tersenyum sambil mengangguk.

"Tapi sebelumnya boleh aku minta sesuatu?" Tanya kevin

"Apa?"

"Kalau boleh, jika nanti kamu hamil dan kita punya anak. Stop semua kegiatan kamu diluar. Fokuslah dengan anak anak. Karena aku mau anak anakku diasuh oleh ibu mereka sendiri."

"Kamu memenjarakan aku secara tidak langsung itu namanya" akhirnya emosi amanda meledak. Baru saja ia mengalah.

"Kamu boleh bilang gitu sekarang. Tapi aku tidak mau kalau anak anak sampai kehilangan kedua orangtua mereka. Aku sendiri sudah sibuk. Kalau kamu juga sibuk siapa yang mendidik mereka."

"Trus kamu mau aku dua puluh empat jam dirumah?"

"Kan aku sudah bilang kalau kamu mau kamu bisa ikut kegiatan sosial. Kegiatan itu kan tidak setiap hari."

"Kamu laki laki paling otoriter yang aku kenal."

Amanda berdiri dengan kasar dan akhirnya pergi ke kamar. Tak lama kemudian kevin mendengar bantingan pintu.

Kevin menghela nafas. Bukan  maksud mengekang kebebasan amanda. Tapi sedikit banyaknya kevin tahu kebiasaan  amanda dimasa lalu. Dia sering menghabiskan waktunya untuk clubbing dan shopping dengan teman temannya.

Buat kevin sebenarnya bukan masalah. Karena walau dengan gaji segitu tapi toh iya masih punya saham di perusahaan ayahnya. Yang devidennya masih di terima setiap tahun. Dan itu membuat pundi pundinya tetap terisi. Tapi keinginanya untuk menunjukkan pada amanda tentang realita hiduplah yang membuatnya memgambil keputusan ini. Karena  baginya amanda adalah anak manja yang menjadi ratu kecil di rumah mertuanya.

Sekali lagi itu bukanlah kesalahan karena amanda memang anak tunggal dengan kekayaan yang bertumpuk. Tapi akhirnya membuat amanda  menjadi orang yang tidak peduli pada lingkungan sekitar.

Kevin menghembuskan nafas panjang. Ia yakin amanda bisa menjadi lebih baik. Dan pernikahan ini akan menjadi ajang pertarungan terbesarnya. Karena selain berhadapan dengan keinginannya. Ia juga harus berhadapan dengan kedua mertuanya yang sangat menyayangi dan memanjakan istrinya.

Akhirnya kevin melangkah menuju ruang kerjanya. Menyelesaikan pekerjaan adalah pilihan terbaik. Karena berbicara pada amandapun saat ini tidak ada gunanya. Kevin tahu bahwa emosi masih menguasai pikiran istrinya itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top