Part : 11

Sorry readers beberapa kali update tapi gak bisa dibuka. Gak tahu kenapa beberapa hari ini watty lagi bermasalah. Yang keupload cuma beberapa kalimat. Padahal aslinya dah lumayan banyak.

Mau nanya gak tahu kemana. Sorry banget ya. Bukan mau php....

Amanda pov

Aku masih menunggu di ruang kerja kevin. Sudah hampir satu jam tapi meeting mereka belum juga selesai. Jujur aku lelah dan sangat mengantuk. Sudah dua hari ini kurang tidur karena memikirkan masalah nujuh bulan itu. Aku tidak bisa membayangkan kalau acara besok sampai batal. Mau ditaruh dimana wajah keluarga kami.

Kalau kalian bertanya apakah aku merasa bersalah? Jawabannya adalah Ya. Aku menyesali ketidak mampuanku menolak seluruh permintaan orang tuaku. Aku bersalah kepada ibu mertuaku karena sudah mengabaikan rencana baik dan kerja kerasnya. Aku tahu tidak mudah 'menaklukan' kevin kali ini. Tapi aku harus tetap mencoba. Ini tidak hanya demi keluarga kecil kami. Tetapi juga demi keluarga besarku. Setelah ini aku berjanji dalam hati, bahwa aku akan merubah sikapku. Aku akan lebih menuruti nasihat suami dan ibu mertuaku.

Sebelum kemari aku sudah berusaha menghubungi kevin. Tapi dia tidak menjawab. Kukira ia masih menghindariku, tapi ternyata kata sekretarisnya dari jam sembilan pagi tadi dia sudah mulai meeting. Dan itu akan berlangsung sepanjang hari ini. Karena itulah aku memutuskan datang kemari. Untuk mencari celah waktu agar aku bisa berbicara dengan suamiku. Sambil terus merapalkan doa agar hari ini kami bisa berbicara.

Tak lama ku dengar suara pintu terbuka. Dan ternyata ada kevin disana. Begitu melihatku ia ingin membalikkan badannya tapi buru buru aku bangkit dan mencegah.

"Mas, tunggu" aku berusaha menahan kevin walau untuk mendekatinya aku agak kesulitan karena kandunganku yang sudah besar.

Aku melihat kevin menarik nafas dalam dan memandangku tajam.

"Ada apa sampai kamu kemari?" Kevin bertanya dengan suara ketus dan tetap dalam posisi berdiri.

"Mas, bisa duduk dulu, aku mau bicara" aku memohon padanya.

"Saya tidak punya waktu banyak. Silahkan kamu bicara sekarang"

Aku terkejut dengan kata kata yang dipilih oleh suamiku. Selama ini tidak pernah ia berbicara dengan kalimat seformal ini. Tapi apa peduliku. Aku segera menepiskan rasa kecewaku.

"Mengenai acara besok mas" jawab ku sambil tertunduk. Menghindari tatapannya yang penuh intimidasi.

"Jawaban saya sudah jelas. Saya dan keluarga tidak akan hadir, silahkan kalian lakukan sendiri"

"Tapi acara itu tidak mungkin berjalan kalau kamu gak ada mas"

"Ketika mempersiapkan semuanya kamu gak pernah melibatkan saya kan? Lalu kenapa sekarang kamu minta saya hadir disana? Atau sedari awal kamu memang berniat mempermainkan keluarga saya? "

"Jangan gitu mas, aku sama sekali gak ada maksud mempermainkan mommy. Aku hanya gak bisa menolak keinginan mami. Aku yang salah mas. Waktu itu aku berpikir karena waktunya berbeda jadi gak masalah. Tolong datang mas" aku tidak bisa lagi menahan air mataku

"Apa kamu gak pernah berniat membuat keluarga kita bersatu, sampai harus membuat acara masing masing? " Suara kevin kembali terdengar ketus

"Aku gak pernah berpikir begitu. Kamu keterlaluan udah nuduh aku mau memisahkan keluarga kita"

"Saya mau tanya, saya atau kamu dan keluarga kamu yang keterlaluan"

"Mas, tolong aku, apa kamu gak mau mengalah sedikitpun demi anak kita?"

"Saya sudah capek mengalah, dan saya tahu persis tanpa acara nujuh bulan juga anak saya akan lahir"

Aku tidak tahu lagi harus menjawab apa. Kevin tampaknya tidak peduli lagi padaku

" Mas sekarang aku tanya apa yang harus aku lakukan supaya kamu datang. Tolong aku sekali ini saja"

"Tidak ada yang harus kamu lakukan, pulang saja sekarang. Saya ada janji makan siang di luar. Jaga kesehatan kamu" kevin berlalu dari hadapanku. Aku tahu ia sudah mengusirku secara halus.

***

Kevin pov

Sudah larut malam dan aku masih duduk di balkon rumah orang tuaku. Malam ini aku memang sengaja menginap disini. Aku belum tahu apakah besok akan datang atau tidak ke rumah mertuaku. Rasanya sangat tidak nyaman bila harus menghadiri acara yang tidak kusukai. Aku tahu seandainya pun datang suasananya pasti terasa kaku. Aku bukan orang yang terlalu pandai berpura pura seperti amanda.

Tiba tiba telfon genggamku berbunyi. Daddy ternyata

"Halo, kamu dimana vin?"

"Di rumah, di balkon atas"

"Ya sudah daddy dan mommy yang akan ke atas"

Tak lama kedua orang tuaku sudah duduk di hadapanku.

"Sudah ambil keputusan?"

"Belum dad, masih mikir"

"Sesulit itukah?"

"Buat saya ya, karena saya bukan hanya sekedar datang. Tetapi menyangkut apa yang akan saya lakukan selanjutnya. Oh ya mom, acara di tempat kita sudah mommy batalkan?"

"Belum, mommy masih menunggu keputusan kamu dan amanda. Kalau orang tua amanda tidak bersedia, nanti kita buat acara baby shower aja. Kalau konsep acara kan bisa saja di rubah"

Aku menarik nafas panjang. Tidak tahu harus melakukan apa.

"Mommy boleh tanya yang sifatnya sedikit pribadi?" Nada bicara mommy terdengar sangat hati hati

Aku memandang mommy lalu mengangguk

"Bagaiman hubungan kamu sebenarnya dengan amanda selama ini"

"Dengan amanda saya jarang punya masalah. Hanya dengan mami memang kadang kurang baik"

"Misal?"

"Beberapa kali saya sudah janji akan mengantar amanda untuk memeriksa kandungan atau senam hamil. Tiba tiba batal karena mami meminta dia saja yang mengantar. Begitu juga kalau kami sudah membuat rencana entah itu makan malam atau yang lain. Hampir selalu batal karena mami dan papi ingin amanda mengikuti mereka. Saya pernah mencoba bergabung tapi ternyata kehadiran saya malah membuat suasana kurang menyenangkan. Saya hanya mendapat sindiran dari mami" jelasku dengan nada lesu

Mommy dan daddy hanya mengangguk angguk.

"Daddy punya saran?" Tanya mommy pada daddy

Lama daddy terdiam sambil memandangku. Sementara mommy memilih menyenderkan kepalanya di bahu daddy sambil memejamkan mata. Kevin mengalihkan pandangan, rasanya seperti melihat sinetron anak muda yang tengah kasmaran.

"Datanglah besok. Walau bukan untuk amanda dan mertuamu. Tapi lakukanlah itu untuk anakmu. Tidak baik kalau kamu menghindar. Kehormatan keluarga ada diatas segalanya. Kalaupun kamu tidak suka. Selesai acara kamu boleh pulang"

***

Kediaman amanda

Sudah pukul empat pagi, dan aku belum bisa tidur. Mami bersikeras tidak mau membatalkan acara. Rumah sudah dihias dari kemarin. Aku hanya hanya bisa menangis. Mengingat semua perjuangan dan penerimaan kevin terhadap tingkah lakuku. Aku akui selama ini dia sudah berusaha menjadi sosok suami yang baik. Akulah yang sudah lalai menjaga kepercayaanya. Dengan waktu yang tersisa aku masih berharap kevin berubah pikiran. Aku sangat merindukannya. Aku ingin berdekatan dengannya. Aku tidak tahu kenapa, tapi ada satu sisi dalam diriku yang menginginkan itu. Tiba tiba ada notifikasi pesan masuk di ponselku dari mas kevin ternyata.

"Tolong bukakan pintu pagar. Saya sudah didepan"

Aku tersenyum lega, ternyata doaku disepanjang malam ini terkabul. Aku segera bangkit dan berjalan dengan hati hati ke luar rumah. Ketika kulihat mobil suamiku sudah berada di depan rumah rasa lega itu datang tiba tiba. Terima kasih Tuhan. Nak papa kamu akhirnya datang.

***

Pagi itu acara dimulai tepat pukul sembilan. Dimulai dengan kata sambutan dari pihak keluarga. Dilanjutkan dengan upacara siraman, dimana amanda dimandikan dengan kembang tujuh rupa. Setelah selesai acara siraman amanda harus berganti kain sebanyak tujuh kali. Upacara dilakukan dengan adat istiadat lengkap. Dan berlangsung dalam suasana yang khidmat.

Seluruh keluarga inti kevin turut hadir. Walau tidak ada senyum lepas dari bibir mereka namun mereka tetap berusaha menjalani upacara dengan baik. Mommy terlihat menghindar setiap kali mami amanda berusaha mengajaknya bicara. Demikian juga antara daddy dan papi terlihat sangat kaku. Amanda menyadari semua itu dalam diamnya. Dia tidak lagi berani berpikir hal lain setelah acara berlangsung.

Seluruuh kebahagiaan amanda yang bisa berdekatan dengan kevin tidak berlangsung lama. Yang ditakutkannya ternyata terjadi. Begitu acara selesai dan tamu terakhir pulang. Tanpa basa basi kevin langsung pamit pada amanda.

"Saya dan keluarga pamit dulu. Tugas saya hari ini sudah selesai. Kamu baik baik disini. Ini kartu ATM untuk kamu. Siapa tahu kamu perlu membeli perlengkapan bayi. Saya juga tahu kamu tidak kekurangan uang. Tapi ini adalah bentuk dari tanggung jawab saya sebagai ayah. Kalau butuh bantuan apapun kamu bisa telfon saya. Seandainya saya sibuk saya yakin mommy akan bersedia menemani kamu"

Amanda merasa dadanya tiba tiba sesak. Di sepanjang acara ia sangat bahagia. Selain karena semua berjalan sesuai rencana, ia mengira bahwa kevin akan mengajaknya untuk kembali ke apartemen dan menjalani rutinitas bersama seperti biasa. Ternyata hari ini ia salah. Kevin memilih meninggalkannya di rumah orang tuanya.

"Bagaimana dengan acara di rumah mommy?" Terdengar suarah lirih amanda

"Kalau kamu mau datang akan diadakan baby shower. Kalau kamu tidak mau juga tidak apa apa. Tidak masalah untuk kami. Karena tidak baik melakukan acara seperti tadi dua kali, mubazir namanya. Tapi semua terserah kamu saya dan mommy tidak memaksa"

Tanpa sadar amanda meneteskan air mata sambil mengelus perutnya yang sudah membuncit. Kevin sudah berubah. Mungkin suaminya sudah bosan menghadapi tingkah lakunya. Apakah setelah ini semua akan berakhir?

Tak lama ibu mertuanya menghampirinya dan mencium keningnya sambil pamit.

"Mommy pulang dulu"

Amanda hanya bisa mengangguk. Namun sebelum ibu mertuanya benar benar pergi ia bertanya

"Mom, bagaimana dengan acara di rumah mommy"

"Tidak usah kamu pikirkan, fokus saja pada bayi kalian" mommy mengatakan itu sambil tersenyum. Amanda mengerti itu adalah senyum yang sangat dipaksakan.

"Apa dibatalkan mom?"

Ibu mertuanya menghela nafas dalam sambil memandangnya dengan tatapan sedih.

"Kamu bicara saja dulu baik baik dengan kevin mengenai rumah tangga kalian. Masih ada waktu beberapa hari lagi kan? Mommy pergi dulu ya. Jangan lupa jaga kesehatan"

Setelah mengatakan itu ibu mertuanya langsung pergi.

Amanda menangis setelah ibu mertuanya pergi. Yang ia takutkan benar benar terjadi. Kevin tidak lagi perduli dengannya dan bayi mereka. Suaminya tidak lagi berniat melanjutkan rumah tangga mereka. Ini sangat menyakitkan. Terutama menjelang kelahiran bayinya. Amanda sudah kehilangan suami dan ibu mertua yang terbaik. Dan ini dikarenakan kebodohannya sendiri.

***


13/07/17

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top