[Blue - Moonlight]

Karena malam hitam akan selalu memaksa langit biru untuk hengkang, seperti halnya Gemini yang selalu memaksa dirinya sendiri agar bersikap layaknya bocah yang tak membutuhkan apapun di dunia. Dia cukup tau diri setelah semua insiden yang terjadi. Dia cukup memahami jika apa yang terjadi memang tak akan membuat segalanya lebih baik lagi.

Lantas saat Gemini tak lagi diperkenankan untuk memilih di mana dia harus memihak. Ia hanya diam, menunggu dalam segala keremangan hati yang tak kunjung terang.

"Kau sudah selesai?" suara halus Ibunya membawa sepasang netra Gemini untuk menatap sang Ibu. Ada rasa enggan yang selalu hadir dalam sekat tak kasat mata bagi keduanya, enggan yang tak terpungkiri meskipun keduanya adalah sepasang Ibu dan anak. Enggan yang selalu sama dan bertambah jauh seiring detik yang tergerus masa.

"Ya." Dalam singkat kata yang Gemini untai tanpa perlu pikir panjang ia berdiri, pergi dan kembali menyisakan hening yang terasa begitu dingin.

][][

Fourth agaknya memang kurang kerjaan, entah bagaimana Tuhan menciptakan sel-sel neuron dalam otaknya hingga membuat manusia bermarga Nattawat dengan nama lengkap Fourth Nattawat itu kini telah nyaman duduk di atas pohon besar yang menghubungkan halaman rumahnya dengan balkon kamar seseorang yang dia sinyalir sebagai jodohnya di masa depan.

Oh, ya...

Ngomong-ngomong tentang jodohnya di masa depan itu Fourth belum sempat berpikir bagaimana jika jenis kelamin yang dia harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Ah, tapi masa bodo lah. Pikir Fourth karena Ibunya cantik anaknya pasti juga tidak kalah cantik bukan. Mau dia berjenis kelamin perempuan ataupun laki-laki toh tidak masalah. Fourth akan tetap menerima calon jodoh masa depannya itu dengan hati legowo tanpa syarat apapun.

Suara gesekan pintu membuat atensi Fourth menajam, matanya memicing dengan serius menunggu seseorang yang kini telah menampakkan kaki jenjang nan mulus dibalut celana pendek sebatas lutut, kaos oblong dan wajah cantik melebihi dewi-dewi yang biasa Fourth lihat di komik. Sial, anak itu laki-laki apa perempuan?

Meskipun rambutnya pendek, belum tentu dia laki-laki bukan?

Jadi, mau tak mau Fourth mendekat. Menyusuri dahan dengan tingkat kehati-hatian esktra demi jodoh masa depannya yang sudah ada di depan mata.

"Kau tetangga baruku ya?" suara nyaring Fourth menggelegar, membawa serta sentakan mata tajam dari seseorang yang kini tak henti membuat senyum lebar Fourth luntur dengan singkat.

Fourth menunggu namun bocah itu tetap diam dengan wajah cantiknya menatap Fourth hingga dia salah tingkah sendirian. Alhasil, mau tak mau Fourth lebih memilih melompat menuju balkon sehingga keduanya kini saling berhadapan.

"Aku Fourth! Semoga kita satu sekolah, karena kupikir kita seumuran."

Uluran tangan itu tak tersambut, bocah asing tetangga baru yang Fourth gadang sebagai jodoh masa depannya tanpa perlu berpikir lebih panjang lagi sebab dia malas berpikir. Sang bocah itu diam, menatapnya datar seolah Fourth bukan manusia. Hm, mungkin Fourth perlu memberikan stimulus lain agar dia disambut lebih layak.

"Kau harus sopan pada orang lain." Fourth menarik tangan bocah asing itu sesuka hati. "Meski kau menganggapku aneh tidak mengapa. Aku masih akan menjadi jodoh masa depanmu walaupun kau menolaknya."

Hari ini di mana bulan menampakkan wujud sempurna, dalam remang sinar bulan yang begitu benderang kedua anak manusia itu saling menatap ke dalam masing-masing netra. Dalam gelap yang menyelubungi, dalam senyum sehangat matahari yang berbalas hening biru tak beriak lautan dalam. Ada yang terjalin saat detik itu mulai berderak menuju menit, sesuatu yang hangat mulai menyusup, menggerakkan bibir itu mengucap satu kata.

"Idiot."

Gemini dan semua sifat tertutupnya yang begitu tak tertembus.

"Ahahahha... kau lucu sekali!!!"

Kini dia dihadapkan dengan manusia yang dilansir tidak punya otak bin idiot macam Fourth yang selalu tertawa dengan bebas.

"FOURTH!!! BERHENTI MENGGANGGU TETANGGAMU BOCAH NAKAL!!! CEPAT PULANG!!!"

Mata Fourth membesar, dia mengerjab bingung seraya kaget sebelum balas berteriak tak kalah nyaring.

"AKU TIDAK MENGANGGU SIAPAPUN MAAA!!!"

Dia, bocah bernama Fourth itu bergerak lincah. Meraih dahan paling dekat dan merayap pada dahan pohon dengan begitu terlatih mengabaikan Gemini yang kini menatap tingkah konyolnya dengan sedikit tertarik.

Tuhan itu begitu pemurah, dia bahkan selalu memberi sebelum kau meminta. Hanya saja... kau tidak pernah menyadarinya sebelum kehilangan. Benar bukan?

][][

[w/n : lucu sekali bocah" ini, kkkk. okay jangan lupa tinggalkan vote serta komen ya! salam sayang, badut]

p.s : sampai jumpai sabtu depan

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top