9. Eksekusi
Mata merah Karin terus membengkak karena tangis yang tak kunjung berhenti, napasnya begemuruh dan tubuhnya seolah mati rasa karena meringkuk di dalam kamarnya yang terlihat menyedihkan. Sangat sakit rasanya karena harus membunuh seorang lelaki yang begitu ia cinta, walau Neji tak mati di tangannya, tapi tetap saja ini adalah tugas Taka dan termasuklah ia yang menyaksikan sendiri lelaki itu yang meregang nyawa.
Ia hanya bisa menjambak helai merahnya yang kian mengusut, seharusnya ia tidak pernah bertemu dan jatuh hati kepada lelaki itu. Seharusnya hubungan mereka tidak akan berkembang jika ia tidak tersenyum kepada pengawal Sakura itu, seharusnya ia tidak mengiyakan ajakan makan malam dari lelaki itu, dan seharusnya ia tidak menerima pernyataan cinta dari lelaki bermanik seindah mutiara itu.
Ya, tapi cinta kian membutakannya, Karin melawan arus dan tetap berkekasih dengan Neji yang bagian dari Hades. Mereka sangat bertolak belakang, bahkan nasib Romeo dan Juliet jauh lebih beruntung dari kisah kasih mereka.
Apa yang harus ia lakukan? Ia sangat ingin membunuh ketua Taka itu, tapi ia sudah terikat kontrak. Dirinya hanyalah korban dari perdagangan manusia, budak yang memiliki kemampuan bela diri yang dibeli mahal oleh King Ares. Ia hanya budak, dan sudah diikat sebagai anggota yang harus setia, bahkan yang paling setia untuk Taka.
Walau keinginan untuk melenyapkan itu ada, tapi ia sama sekali tidak akan bisa melakukan hal itu karena tidak ada yang berani berkhianat, jika hanya sendirian, kemungkinan ia yang akan mati dengan cara yang tidak lebih bagai binatang.
"Apakah mati bisa membuatku bebas, Neji-kun?" bisik Karin dengan bibir yang berdarah karena ia gigit kuat-kuat untuk menahan isakan tangisnya.
Bunuh diri terbesit di hatinya. Apakah ini jalan yang terbaik?
.
.
.
Green & Akashi
Story by: zhaErza
Naruto © Kishimoto Masashi
[Haruno Sakura & Rei Gaara] Uchiha Sasuke
Genre: Romance/Crime
WARNING:
.
.
.
Chapter 9
.
.
.
Pukul satu dini hari.
Hades dan beberapa polisi kepercayaan Gaara menyergap vila Sasuke di Kirigakure. Dengan menggunakan mobil, mereka berhenti di belakang bukit yang terletak sekitar delapan ratus meter dari kediaman sang Raja Dewa Perang. Shikamaru berada di dalam mobil dengan headset di kepalanya, mengawasi layar monitor yang sedang merusak sistem pengaman yang terpasang di sudut-sudut vila Sasuke.
Clear. Setelah semua beres, Gaara, Kakashi dan anggota Hades akan masuk dan melumpuhkan siapa pun yang ada di dalam vila, mereka hanya akan membius dan tidak langsung menghakimi di sana.
Walau Sasuke tidak mengira kalau vilanya sekarang sudah dikepung oleh orang-orang Hades, tapi tetap saja ia masih memiliki pengamanan dan anggotanya sendiri yang bertugas mengawasi wilayahnya. Sama sekali tidak terpikir kalau Gaara sudah sampai di pulau miliknya ini dan sedang melakukan eksekusi. Ya, ia tidak tahu kalau Iblis Pasir Merah telah menanamkan sesuatu di tubuh Sakura. Dan karena kepogahannya yang telah berhasil menjadikan Sakura istrinya, Sasuke yang sedang merasakan kemenangan pun tidak tahu kalau takdir akan berlaku kejam setelah ini kepadanya.
.
.
.
Hanya memakai gaun tidur putih berlapis selimut tebal, Sakura kini masih terdiam di ranjang besar kamar Sasuke dan memunggungi lelaki yang tidur sambil mendekapnya itu. Tidak bisa berbuat apa pun dengan hal yang terjadi ini, tubuhnya masih tak bertenaga karena mendapatkan fakta kalau sekarang ia telah sah menjadi nyonya Uchiha.
Malam tadi ia murka, menghakimi lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu. Menampar, menendang dan memukulinya, tapi sang lelaki bermata kelam itu sama sekali tidak membalasnya. Bahkan, ketika ia menangis, meraung dan sudah seperti orang gila, lelaki itu malah datang dan memeluknya, menghapus air matanya dan mencoba menenangkannya. Sasuke, apa lelaki itu sama sekali tidak berpikir kalau segala hal menyakitkan yang terjadi pada Sakura adalah ulahnya? Kini Sasuke malah mencoba berperan sebagai pangeran yang akan memenangkan hati sang putri? Sakura tertawa dalam tangisnya, mengasihani nasibnya yang tidak bisa lepas dari orang yang paling dibencinya ini.
Setelah melalang buana dalam lamunannya, kesadaran menimpa wanita musim semi itu ketika tengkuknya merasakan napas sang lelaki yang berada di belakangnya teratur. Dengan perlahan, ia membalikkan wajahnya dan menatap Sasuke yang telah tertidur pulas dan masih memeluk pinggulnya.
Dengan bergerak lamban dan hati-hati, Sakura menyingkirkan tangan Sasuke yang membelenggu dirinya, menatap pria itu sebentar dan memcoba menggerakkan tubuhnya untuk bangun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu kamar ini.
Cklek. Cklek.
Tidak bisa dibuka, matanya yang masih sembap melirik lelaki itu lagi dan mencoba mencari kunci kamar ini di mana saja.
Ia berjalan ke arah meja nakas yang letaknya di samping area ranjang tempatnya tidur, dan tidak menemukan apa pun di sana.
Kekalutan mulai melandanya, ia harus cepat menemukan kunci itu dan keluar dari panjara menjijikan ini. Melangkah dengan terburu-buru dan menuju ke meja nakas yang satunya dan berada di sisi tempat tidur Sasuke. Lengannya yang terlihat pucat dan kurus kini menarik laci itu agar terbuka dan menampakkan apa yang ada di sana, bukan kunci yang ditangkap emerald Sakura, melainkan sesuatu yang lebih mendebarkan. Sesuatu yang dapat membuat orang takut, dan langsung mengangkat kedua tangannya juga menyerah di hadapannya jika ia mengacungkan benda itu kepada orang lain.
Dengan agak gemetar, jemari kanan Sakura menyentuh benda itu dan mengambilnya dengan ragu. Pistol itu kini berada di dalam genggamannya. Napasnya terengah karena memikirkan bisa saja ia menghabisi nyawa seorang keparat yang tengah berada dalam mimpi indahnya ini sekarang juga. Setetas keringat pun turun dan menjaluri dari pelipis ke arah rahang kanannya, dengan debaran jantung yang semakin mengila.
"Hah ... hahhh." Suara napasnya kian memberat, seolah ia sedang dikejar sesuatu dan kekurangan oksigen. Bagaimana pun, sekarang Sakura sedang berperang di dalam pikirannya.
Masih dengan tangan gemetar menggenggam pistol itu, Sakura kini menutup rapat emerald-nya dan mengacungkan senjata api itu pada sosok lelaki berambut gelap yang tertidur menghadap ke arahnya. Entah sejak kapan Sasuke berbalik arah dan Sakura sama sekali tidak sadar karena dirinya yang masih berpusat dengan keputusan ini.
Lengannya semakin terangkat, walau keringat sudah membasahi tubuh indahnya dan membuat baju putih itu leluasa mencetak lekuknya yang memesona, ia sudah memutuskan akan menembak kepala lelaki yang telah menghancurkan hidupnya ini. Lagipula, Sasuke pantas mati karena perbuatan keji yang telah ia lakukan kepadanya dulu dan sekarang.
Dendam itu kian membara, matanya membeliak tajam, seolah dapat menguliti hidup-hidup lelaki yang masih terbang ke negeri lain. Napasnya kian begemuruh, tetesan air dari cairan tubuh yang keluar memalui pori-porinya tak ia pedulikan lagi, kebencian tengah memenuhi hati dan menutupi akal sehatnya.
"Kau harus mati," bisiknya.
Tubuh Sakura melemas, ia terhenyak dengan kilas balik yang memenuhi isi kepalanya. Tentang ia yang begitu akrab dan menyayangi lelaki yang sudah menampakkan onyx-nya dan menatapnya dengan sorot mata yang sama-seperti sembilan tahun silam. Mata penuh perhatian dan kasih sayang yang membelenggunya itu, hingga saat ini. Kilas balik itu terbayang di kepalanya.
"Cherry, kau akan kuangkat setinggi langit. Ayo naik ke pundakku."
"Ye, asyik! Lebih tinggi, Suu-chan. Ahaahah lagi, Suu-chan!"
Terus saja datang dan membuat hatinya ragu dan sesak, Sakura sadar walau ia begitu membenci lelaki ini, tapi tak dipungkiri kalau di dalam hati dan benaknya ia masih begitu menyayangi sosok yang selalu dianggapnya sebagai seorang kakak.
Pandangan mata Sakura kosong karena dipenuhi masalalunya besama lelaki yang sudah berdiri mensejajarkan tubuhnya di hadapan Sakura, sementara sang Cherry masih terdiam dengan tangan yang bergoyang ketika menggenggam senjata api itu dan mengacungkannya ke arah Sasuke. Mereka sangat dekat, hanya berjarak satu meter.
"Cherry?"
"Jangan mendekat!"
Sakura memekik dan membuat Sasuke langsung terpaku di tempat, tangan kuatnya yang tadi berusaha untuk mengamankan senjata api yang berada di genggaman Sakura pun kini mematung. Manik onyx-nya masih menatap khawatir wanita yang telah menjadi miliknya ini, memerhatikan setiap gerik sang musim semi yang seperti kehilangan kendali dirinya. Rambut merah muda yang bergerak-gerak mengikuti gelengan kepalanya membuat Sasuke semakin ingin memeluk wanita itu. Tapi, setiap satu langkah yang diambilnya, maka Sakura pun akan mudur sambil berteriak lantang.
"Aku bilang jangan mendekat!" walau ia sudah berteriak dan mundur, nyatanya Sasuke sama sekali tidak memedulikan jeritan wanita itu.
Punggungnya menyentuh dinding kamar dan membuat Sakura terkunci dari langkahnya, sementara di depannya ada Sasuke yang beberapa pijakan lagi tepat di dekatnya.
"Aku akan membunuhmu! Akan kubunuh!"
Suara Sakura yang berteriak, tapi ada nada yang bergetar di sana, belum lagi tubuhnya yang kelihatan ketakutan juga wajah pucatnya itu, membuat Sasuke sama sekali tidak berpikir kalau wanita di depannya ini akan benar-benar menembaknya.
Helaan napas keluar dari bibir Sasuke yang sejak tadi terkatup rapat, lengannya pun sekarang sudah mengenggam pistol yang masih berada di jemari Sakura dan teracung kepadanya.
"Hentikan, Cherry," tatapan mata yang hangat dan tangan Sasuke yang menarik perlahan pistol itu dari genggaman Sakura, membuat wanita merah muda itu terperangah akibat tidak adanya tindakan yang ia lakukan. Sebegitu mudahkan ia putus asa karena tidak berdaya di hadapan lelaki yang masih disayanginya ini? Apakah segala perbuatan buruk yang telah dilakukan Sasuke sama sekali tidak mempengaruhi rasa sayangnya, dan masih bisa memaafkan lelaki ini walau hanya di dalam hatinya?
Tatapan cemas itu semakin terlihat di mata kelam Sasuke, tangannya pun bergerak ke bahu wanita itu dan membelainya, namun Sakura yang merasakan sentuhan lelaki yang berstatus sebagai suaminya ini pun langsung menepisnya kasar. Tubuh Sakura yang masih basah oleh keringatnya pun jauh melamas, ia hanya bisa merosot dan terduduk di lantai marmer yang dingin.
"Cherry." Sasuke berbisik saat mendengar tangisan dan makian pelan Sakura. Lelaki itu lalu berjongkok dan berusaha untuk menghibur sang istri.
"Ssttt ... tenanglah, Cherry." Belaian juga ia berikan kepada wajah Sakura.
"Berengsek. Berengsek." Hanya makian pelan itu saja yang menjadi balasan untuk Sasuke.
Tidak memerdulikan adalah hal yang dilakukan Sasuke, ia malah membawa Sakura ke dalam pelukannya dan mengangkatnya dari marmer dingin ini menuju ke ranjang mereka.
.
.
.
"Bagaimana Kakashi?"
"Sudah saya bereskan, Tuan. Dan yang lainnya masih diurus oleh anggota kita, sebaiknya kita menuju ke tempat Nona Green berada. Kelihatannya mereka ada di dalam ruangan yang letaknya enam puluh meter dari sini."
Kakashi dan Gaara masih mendengarkan arahan dari Shikamaru, namun tiba-tiba beberapa orang datang dari arah utara dan berjalan mendekatik kedua Hades itu. Anggota Taka terkejut dan terbelalak karena melihat sosok Sabaku no Akashi dan Kakakshi yang berada beberapa meter di hadapan mereka. Sementara itu, kedua orang yang tengah melakukan eksekusi ini pun terhenyak, mereka langsung saja maju dan menembakkan peluru bius kepada ketiga orang tersebut, sayangnya hanya dua orang yang terkena peluru itu dan tidak sadarkan diri.
Seorang lelaki berambut kehijauan itu bersembunyi di balik dinding dan menekan tombol darurat. Kelihatannya mereka kecolongan, suara tembakkan keluar dari senjata api yang berada di tangan Zetsu.
Mereka masih sama-sama mengamankan diri, lalu dengan mengambil meja kayu yang berada di sampingnya, Kakashi berlari mendekati sang musuh yang masih mengeluarkan timah panas itu dan langsung menghantamkan meja ke arah lelaki berambut hijau itu. Ia lalu menancapkan peluru bius dan efeknya pun langsung dirasakan Zetsu.
Sasuke terbelalak karena mendapat sinyal peringatan berupa cahaya kelabu di kamar mereka, juga kalau tidak salah tadi sayup-sayup ia mendengar suara tembakan. Ponselnya langsung ia ambil dan ditekannya layar itu dengan ibu jarinya yang lincah, sekarang ia menekan salah satu tombol dan dari layar ponselnya itu ia bisa memeriksa keadaan vilanya yang kelihatan lenggang. Alis Sasuke berkerut sedikit, ia lalu memerhatikan salah satu cctv yang terhubung dengan ponsel pintarnya. Terlihat di sana kondisi aman-aman saja. Ada yang tidak beres.
Wanita merah muda itu pun kelihatan bingung, manik indahnya memerhatikan lampu kamar yang tiba-tiba mengeluarkan cahaya kelabu tadi dan kembali seperti semula setelah sepuluh detik.
Tatapannya lalu mengarah ke Sasuke yang kelihatan sedang memeriksa sesuatu, lelaki itu bahkan sekarang terlihat mengerutkan alis dan seperti marah akan sesuatu.
Tangannya yang kelihatan berkulit pucat itu terkepal hingga buku-buku jarinya memutih dan bekas kuku tercetak tajam dikulit telapak tangannya. Sasuke lalu menekan angka dua pada tombol ponsel dan menghubungi seseorang.
"Orochimaru, ada yang tidak beres divilaku. Kau siapkan mobil untuk menjemputku di samping bukit."
Napas Sakura tertahan, ia tidak berpikir kalut seperti Sasuke karena kemungkinan Gaara sedang berada di sini dan menghabisi seluruh Taka yang ada di vila ini. Itu berarti kekasihnya sedang mencari keberadaannya, ingin menyelamatkannya. Tanpa sadar Sakura tersenyum dan mengundang tatapan Sasuke.
"Pakaialah jaket ini, kau akan kedinginan dengan pakaian itu. Ini sepatumu, kita akan segera pergi."
Memundurkan diri dari ranjang adalah hal yang pertama kali dilakukan Sakura setelah mendengar perkataan Sasuke, ia tidak akan pergi dari sini karena sekarang kekasihnya tengah berada di sini dan ia akan segera terselamatkan.
"Tidak!"
Sementara itu Gaara dan Kakashi secepatnya berlari menuju arah kamar yang di dalamnya ada Sakura dan Sasuke. Mereka berdua kini telah sampai dan matanya menangkap dua orang penjaga yang sudah tak sadarkan diri karena tembakan mereka tadi. Sebuah pintu besar keemasan yang memiliki ukiran burung elang di tengahnya kini terpampang menantang di hadapan mereka, Sang Iblis Merah memundurkan tubuhnya dan menembakkan beberapa kali timah panas ke kenop pintu, sementara itu Kakashi setelahnya maju dan mendobrak pintu kuat itu dengan tubuhnya.
Brak.
Brak.
Brak.
Bruk.
Pintu terbuka dan menampakkan sosok Sasuke yang berusaha menyingkirkan sebuah pisau yang sedang digunakan Sakura untuk menyakiti dirinya sendiri.
Telapak tangan Sasuke berdarah karena mengenggam pisau itu agar tak digunakan Sakura untuk menyayat tubuhnya sendiri. Semetara itu tatapannya langsung dingin ketika mendengar pintu yang sepertinya sudah berhasil dibuka, orang yang tak diharapkan itu akhirnya menunjukkan wajahnya juga.
Gigi Gaara gemeletukan karena melihat Sakura yang sekarang kelihatan sangat tersiksa, belum lagi rambut gadis itu yang kini sudah pendek sebahu.
Sakura yang masih berada di depannya kini ia tarik dan ia peluk kuat dengan punggung yang menyandar di tubuhnya. Pisau yang ada di tangan gadis itu kini berpinda ke jemari kuatnya dan ia lemparkan ke arah wajah Gaara.
Bunyi tabrakanan benda logam mengema di kamar Sasuke, lelaki itu lalu mengelurakan dengan cepat sebuah pistol dan mengacungkannya ke arah Gaara dan Kakashi, tapi setelah itu senjata api yang berada di tangannya ia acungkan ke kepala sang istri.
"Hahaha ... kenapa? Kalian ragu? Jangan khawatir Akashi, setelah aku menembak Cherry, aku akan segera menyusulnya. Matipun kami akan terap bersama."
Seringai langsung tersemat di wajah Sasuke, lelaki itu tengah kehilangan akal sehatnya yang kini tertutupi oleh obsesi karena wanita merah muda dipelukannya.
"Jangan libatkan Green dalam pertikaian ini, Ares."
Napas Gaara bergemuruh, ia ingin menghabisi lelaki itu, tapi sang kekasih sedang dalam keadaan yang terdesak.
"Gaara," bisikan gemetar Sakura
Sasuke mencium kuat pipi Sakura, lalu kembali menyeringai kepada Gaara.
Tatapannya pun berpindah kepada Kakashi yang juga masih mengacungkan pistol ke arahnya, hanya saja juga dalam keadaan ragu seperti Gaara. Mereka sama sekali tidak bisa meremehkan King Ares, lelaki itu bisa saja membuktikan omongannya jika mereka sampai gegabah.
Pemberontakan kembali Sakura berikan kepada Sasuke, namun hal ini tidak semudah yang ia bayangkan, bahkan tangan King Ares yang masih memeluk bagian pundaknya kuat sudah ia gigit hingga berdarah, namun lelaki itu sama sekali seperti tidak merasakan kesakitan dan malas semakin mengukuhkan kunciannya terhadap gerakan perlawanan Sakura.
"Uchiha Sasuke!" teriakan Gaara membahana, dan membuat Sakura terhenyak karena sekarang ia melihat untuk pertama kalinya sang kekasih murka.
"Ahahhaha ... kau juga mengetahui namaku. Lihat Cherry, dia mencari tahu jati diriku."
Tatapan Gaara berubah, hawa mengerikan itu seperti berkobar di sekitar tubuhnya. Manik jade Gaara kini menatap sang Raja Dewa Perang dan menelisik ke dalam onyx-nya.
"Lepaskan!" Usaha untuk melepaskan diri masih Sakura lakukan.
"Hm, kenapa? Bukankah kau sangat menyukai jika kupeluk dan kucium seperti ini? Kau sangat menyukainya, Cherry."
Jelaga Sasuke menatap Sakura, dan kemudian kembali memfokuskan kepada dua orang yang berada di depan mereka itu, Gaara tiba-tiba sadar akan sesuatu. Ia melihat tatapan cinta dan sayang yang diberikan Sasuke saat berbicara kepada Green-nya tadi. Kedua tangannya kini semakin mengeratkan genggamannya terhadap sebuah pistol yang masih berada apik di jemarinya, ia kini sedikit iri karena melihat kegigihan Sasuke hingga lelaki itu sampai terobsesi kepada kekasihnya.
Bibir lelaki bermabut merah itu pun tersenyum sangat tipis, walau begitu Sasuke dapat menangkapnya.
Alis mata tajam Sasuke mengerut dan ia mendadak merasa dilecehkan oleh senyuman lawannya itu.
"Apa yang lucu!"
"Ya, aku sudah menemukan jawabannya," seringai Gaara mengembang.
Dorr. Dorr.
Dua tembakan itu mengenai tepat di lengan Sasuke yang menggenggam pistol, dibagian siku dan pergelangan tangannya, hingga membuat senjata api itu terjatuh dan mereka memiliki kesempatan untuk mendekati Sakura.
"Kau tak akan pernah menyakitinya!" Gaara berteriak dan berlari dengan cepat, sementara itu Kakashi juga melakukan hal yang sama.
Mereka mendatangi dan menyergap Sasuke dari dua arah dan memuat Sasuke yang sekarang terluka menjadi kehilangan konsentrasinya akibat darah yang menyebar di lengannya itu.
Buag.
Pukulan telak di rahang langsung Sasuke rasakan ketika ia menyadari Akashi yang sudah berada di depan matanya.
Sasuke terpelanting dan Sakura berhasil lepas dari kekangannya.
Kini Green dan Akashi pun saling memeluk dan berbagi kehagatan, ia menawarkan perlindungan untuk kekasihnya yang sangat ketakutan ini, sementara itu Kakasih tengah menghajar Sasuke dan membuat lelaki itu semakin terdesak. Jade Gaara kini menatap zamrud Sakura yang bergetar karena menyaksikan Kakashi yang masih menghajar Sasuke, entah kenapa garis kekhawatiran tercetak jelas di wajah sang kekasih berambut merah muda ini.
"Suu-ch-" walau ucapan itu tertelan di tenggorokan Sakura, tapi Gaara mendengarnya dengan jelas.
Kakasih kini mengunci tubuh Sasuke dan menodongkan pistol ke arah pelipisnya. Mata Sasuke yang sebelahnya mengeluarkan darah kini menatap manik Sakura, gadis itu masih mengeluarkan tatapan khawatir yang sangat ketara kepada keadaan Sasuke hingga membuatnya tersenyum walau bibirnya sudah berdarah dan robek.
"Sudah jelas, Akashi." Kata-kata yang terbata itu mengalir dengan indah dari bibir Sasuke, lelaki itu tersenyum memandang jade-nya.
Tarikan napas Sasuke lakukan, dengan gerakan cepat ia mematahkan kuncian Kakashi dan menendang lelaki itu, merebut pistolnya dan berniat menembak paha lelaki bermasker itu.
"Hentikannn!" Sakura melepaskan pelukan Gaara dan menatap Sasuke, "Sasuke, hentikan. Aku ... akan bersamamu, Sasuke. Aku akan selalu bersamamu, jadi jangan ada pertikaian dan saling menyakiti, kumohon."
"Apa-apaan kau, Sakura?" tarikan tangan Gaara membuat tubuh Sakura berbalik.
"Iya, aku akan hidup bersama Sasuke."
Pistol di tangan Sasuke yang tadinya teracung ke arah Kakashi kini tanpa sadar ia turunkan.
Dadanya tiba-tiba saja merasakan getaran karena mendengar perkataan Sakura, ia masih menatap wanita merah muda itu yang berjalan mendekatinya dan tidak memerdulikan seruan Akashi dan menyatakan kalau ini adalah murni keputusan wanita itu.
Jarak di antara Sasuke dan Sakura kini masih sekitar empat meter lagi.
"Sakura, Sasuke bahkan membunuh kakak lelakinya sendiri. Aku tidak akan membiarkannya hidup denganmu."
Tidak ada jawaban, cinta itu bukan hanya saling memiliki, tapi juga merelakan. Kini, senyuman Sasuke terlihat jelas di manik sehijau dedaunan milik Sakura, dan wanita itu untuk pertama kalinya seperti melihat kembali senyuman lelaki yang dulu sempat hilang dari diri Sasuke.
Jarak mereka tiga meter dan manik Sakura terbelalak, begitu juga dengan Sasuke.
Kakashi yang sudah tidak merasakan tekanan dari Sasuke pun mengambil kesempatan, pistol di tangan Sasuke ia rebut dan pergelangan kaki lelaki itu ia tendang dari belakang sehingga Sasuke terjatuh dengan posisi terduduk. Tubuh Sakura mematung saat ia kembali mendengar suara tembakan dan itu tarnyata adalah Kakashi yang menembak perut dan paha Sasuke. Lelaki berambut gelap itu kini terbatuk dan mengeluarkan benda amis yang terasa bagai karat. Cairan merah itu membanjiri pakaian yang dikenakannya.
"Uhuk ... hoss."
"Sasu! Apa yang kaulakukan padanya?" Sakura berteriak dan ingin mendekatinya, tapi ia ditahan oleh tubuh pria bermasker itu, Sakura bahkan dibawa ke arah samping dan berjarak dua meter dari lelaki yang tidak berdaya itu.
Padahal sedikit lagi ia akan berada di dekat Sasuke, tapi Kakashi menghalanginya. Rasa benci dan takutknya kepada lelaki itu sudah menghilang entah ke mana. Hanya tinggal selangkah lagi, tapi lelaki bawahan Gaara ini menghalanginya.
"Lepaskan!" teiakan itu tak dipedulikan oleh Kakashi.
Suara langkah kaki Gaara kini menandakan bahwa lelaki itu semakin mendekat, ia berada di jarak empat meter dari Sasuke yang masih terengah dan memengangi perut kanannya yang terluka parah, wajah lelaki itu kian memucat dan tatapannya masih terus ke arah sang bunga sakura.
Pistol itu teracung dari jarak empat meter dan membidik kepala berambut hitam itu, Gaara kini tersenyum menang.
"Tidak, jangan Gaara. Kumohon. Kau bukan pembunuh lagi, tidak!" Sakura berteriak tak tentu arah, ia terus menyerukan agar lelaki berambut merah itu jangan sampai terbawa nafsu belaka dan mengahabisi Sasuke sekarang.
Dor.
"Suu-chan!"
Tembakan itu melukai lengan Sasuke yang sudah terluka, lengan atasnya lah yang menjadi bidikan Gaara tadi.
"Nah, kita akhiri ini, Uchiha Sasuke."
"Tidakkk!"
Dor.
Keempat pasang mata itu terbelalak, sementara itu Sasuke berteriak mengerikan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
A/N:
Nah, tinggal satu chapter lagi nih, hehe. Gimana chapter ini? Panjangnya 3+k loh. Dan mungkin chap depan juga sama panjangnya.
Semoga kalian menikmati tema kriminalnya yaaa.
Salam sayang,
zhaErza
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top