2. Cherry, Miliku!

Green & Akashi

Story by: zhaErza

Naruto © Kishimoto Masashi

[Haruno Sakura & Rei Gaara] Uchiha Sasuke

Genre: Romance/Crime

.
.
.

>0< Selamat Membaca >0<

.
.
.

Di sebuah kamar dengan satu ranjang besar yang terletak di tengah ruangan, terlihatlah sesosok gadis berambut merah muda yang sedang membuana ke negeri jauh, kelopak matanya tertutup dan menyembunyikan manik seindah dedauanan. Wajah gadis itu kelihatan polos saat sedang tertidur, seperti bayi mungil yang tidak berdosa. Tapi, hilanglah sudah pesona sang putri karena posisi tidurnya yang sangat tidak elit itu. Ya, gadis itu ternyenyak dengan tangan terbentang ke mana-mana dan kaki yang terus saja bergerak-gerak karena melakukan kegiatan menggaruk satu sama lain.

Untunglah, ketidak-elitan itu segera hilang ketika sang kekasih datang dan menyelimuti gadis di hadapannya ini. Lelaki itu kelihatan menghela napas, lalu menatap intens si gadis yang sedang terbuai indah. Bola mata jade miliknya menatap dari atas kepala hingga kaki sang gadis, meneliti apakah kekasihnya ini terluka atau tidak.

Ia kembali mengingat peristiwa beberapa saat yang lalu saat gadisnya mengatakan kalau mantan sahabatnya mencoba menculiknya, tentunya dengan bantuan dari teman-teman satu komplotan lelaki itu. Gaara tahu siapa lelaki yang dimaksud Sakura, lelaki itu sangat terkenal di kalangan hitam beberapa tahun ini. Semenjak Sakura dan dirinya sah menjadi kekasih dua tahun lalu. Berita itu tersebar dengan sendirinya dan semenjak saat itu, Green-nya selalu saja hampir menjadi korban penculikan. Itu sebabnya, ia akan selalu ada untuk melindungi Sakura, walau gadis itu selalu mengeluh dan mengatakan kalau hal itu tidak penting atau sebagainya.

Uchiha Sasuke, lelaki itu harus disadarkan dari ilusi dan menerima kenyataan kalau Sakura adalah milik lelaki yang dijuluki Akashi.

.
.
.

Chapter 2
Cherry, Miliku!

.
.
.

Brukk.

"Aduh!"

Manik sehijau dedaunan itu langsung terbuka lebar saat dirinya dipaksa kembali ke dunia nyata karena rasa sakit akibat terjatuh dari ranjang di sampingnya. Dengan tatapan tak fokus, gadis yang memiliki nama lain Green itu pun menggerakkan tangannya untuk mengusap-usap bagian-bagian tubuhnya yang terasa sakit dan kebas, khususnya bagian bokongnya.

"Sial, seharusnya si panda itu membuat jeruji besi agar aku tidak jatuh lagi." Gerutunya sambil mencoba berdiri dan menuju cermin untuk melihat wajahnya. Sambil menguap dan menggaruk rambut merah mudanya, sang gadis pun langsung keluar dari kamar tanpa mandi atau membasuh wajahnya terlebih dahulu.

Saat sudah sampai di depan pintu apartemen kekasihnya itu, si gadis pun merengut kesal karena pintu apartemen ternyata terkunci.

Klek ... klekk.

Brakkk.

BRAKK.

"Berengsek, Gaaraaa!" jeritnya tertahan sambil menendang-nendang pintu yang tak berdosa, "Tidak mungkin aku keluar dari jendela, kan? Memangnya ini lantai berapa. Huhh ... dasar sial. Hmm ... baiklah! Kalau begitu akan kuhancurkan saja apartemennya ini. Hahahah."

Sakura pun akhirnya melepaskan tangannya dari knop pintu dan mulai terdiam dengan memikirkan hal licik. Ia bahkan masih belum bergerak dari depan pintu dan masih menghadap ke arah pintu hitam itu.

Grebb.

"Jangan coba-coba mengacaukan apatemenku lagi, Green."
Si permata giok terbelalak karena tidak terpikir olehnya kalau sang empu ruangan ini masih berada di dalam kediamannya. Apalagi sekarang keadaan sedang genting karena kekasihnya itu sedang memeluknya dari belakang.

Sakura pun memiringkan wajahnya dan menatap sang kekasih yang ternyata juga sama menjeratnya. Dan kasihanilah dirinya yang semakin terkejut karena sang kekasih hanya berbalut handuk putih di pahanya.

Laki-laki ini!
Sakura menjerit di dalam hati.

"Gaara, lepaskan atau aku akan menarik handukmu!" suara Sakura menggeram dan tatapan sengit ia berikan.

Lelaki yang masih memeluk kekasihnya itu dari belakang, masih saja tidak melakukan apa yang diperintahkan si rambut merah muda. Ia malah terkikik kecil dan membuat Sakura semakin geram dengan tingkahnya itu. Dengan cekatan, sang gadis musim semi memasang kuda-kuda miliknya dan mencoba untuk membanting Gaara, yang tentu saja hal itu tidak semudah membalik telapak tangan. Ayolah, dirinya saat ini sedang berhadapan dengan Rei Gaara atau yang lebih dikenal dengan Akashi si Iblis pasir Merah.

"Baiklah, aku kalah dan cepat lepaskan!" teriakan itu membahana seisi apartemen Gaara. Tentu saja hal itu membuat dirinya semakin tersenyum meremehkan.

"Kau mengaku, eh?"

Mendelik dan mengumpat.

"Dasar, Shannaroo!"
.
.
.

"Baikah, aku akan menjemputmu dua jam lagi, Green. Dan jangan mencoba mencari masalah." Tatapan mata Gaara serius, tetapi Sakura tetaplah gadis yang tidak mau ambil pusing.

"Iya-iya, sejak kapan kau secerewet ini, huh?"
Helaan napas keluar dari bibir lelaki berambut merah, ia kemudian mendekati kekasihnya itu.

"Hey, mau apa kau, Akashi?" jika di tempat umum harus memanggilnya Akashi, dan Sakura ingat hal itu.

"Kau itu sangat berarti, Green."

Gaara pun menempelkan dahinya ke dahi gadis yang tinginya hanya sebahu dirinya itu. Ia lalu memejamkan matanya dan terus dalam keadaan seperti itu sampai beberapa saat. Sebagai pengakhiran, lelaki berambut merah itu lalu mengecup lembut bibir gadis yang sudah di-claim-nya sebagai kekasihnya. Miliknya.

"Aku pergi! Ingat, aku hanya memberimu waktu dua jam dan jaga dirimu. Jika terjadi sesuatu dan hal yang mencurigakan, maka segera hubungi aku. Kau mengerti? Aku tidak akan membiarkan si gila itu mencoba merebutmu, Green."

"Sudahlah, aku hanya ingin mengobrol dengan Karin dan Ino."

"Kau harusnya berdandan agar terlihat lebih nyata." Gaara pun terkekeh kecil saat melihat Sakura yang mulai cemberut karena disindir.

"Apaaa? Aku tidak mau mengenakan benda mematikan itu. Hey, apa maksudnya agar aku terlihat nyata?"

Sakura mendekati Gaara dan menarik kerah baju lelaki yang jauh lebih tinggi darinya itu. Tidak memedulikan banyak mata yang memperhatikan mereka karena sekarang sedang berada di depan sebuah restoran burger yang ada di perempatan jalan. Mungkin, kebanyakan orang malah mengira mereka adalah pasangan aneh dan kurang cocok karena sifat urakan dan tomboy dari si gadis. Atau kebanyakan yang lainnya dari mereka sedang menjerit iri ketika menyadari tatapan cinta dari si pria yang bahunya sedang digigit Sakura.

"Baiklah, aku pergi."

Setelah membereskan kekasihnyan yang menyebalkan itu, Sakura pun dengan semangat langsung masuk ke dalam restoran cepat saji dan menyisir ruangan dengan manik gioknya. Menatap ke seluruh bangungan, guna untuk menemukan kedua temannya yang ingin ditemuinya.

Setelah melihat lambaian tangan dari kedua gadis yang duduk di meja paling samping dekat dengan jendela, Sakura pun langsung menghampiri kedua teman nongkrongnya itu.

"Waaahhh ... sudah lama sekali kita tidak bertemu dan meluangkan waktu begini." Ino langsung saja memeluk Sakura dan begitu juga dengan Karin.

Ino adalah Sahabat Sakura saat di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Saat di SMA, Ino memutuskan untuk sekolah di luar kota, sedangkan Karin adalah teman Ino di SMA. Dan saat pertama kali bertemu dengan Karin, Sakura merasa mereka memiliki kesaamaan karena Karin merupakan teman mengobrol yang keren. Dan di sinilah mereka sekarang, ketiga gadis yang memilik warna rambut nyentrik itu pun memutuskan untuk selalu bertemu saat ada waktu luang untuk membahas banyak hal dan akhirnya menjadi sahabat. Tidak terasa pertemanan yang mereka jalin, Sakura, Ino dan Karin sudah hampir lima tahun lamanya. Walau mereka sangat jarang bertemu.

"Ayolah, Sakura! Beri tahu nama pacarmu." Ino dan Karin mulai merengek, disaat seperti ini Sakura hanya bisa berdecak sebal karena melihat tingkah konyol kedua sahabatnya ini.

"Dia hanya panda jelek menyebalkan." Sakura menyeringai saat melihat wajah masam kedua orang yang duduk di depannya itu.

"Aku sudah memberitahu kalau kekasihku adalah Hyuuga Neji dan Ino juga sudah memberi tahu kekasihnya bahkan sejak pertama kali ia menerima pernyataan cintanya Shimura Sai. Dan kau, sudah hampir lima tahun kita berteman, aku bahkan tidak tahu siapa pacarmu. Ya Tuhan, kejam sekali sahabatku ini?" Karin mulai memakai alasan basinya, menurut Sakura.

Sekarang gadis berambut merah itu terus mengoceh dengan rasa penasarannya, begitu juga dengan Ino yang semakin meninggikan suaranya dan mengungkit-ungkit tentang kebaikan hatinya saat membantu Sakura membolos saat di SMP.

"Hey, kalian. Berhenti menekanku. Dasar Pig dan Nenek Lampir."

"Pokoknya, kau harus mengatakannya! Aku tidak mau tahu, Sakura." Ino mulai menarik-narik tubuh Sakura dan membuat dirinya menjadi bergoyang-goyang. Emerald itu pun mendelik ganas.

"Ayolah, rambut gulali. Nanti aku dandani, loh." Karin mulai mengancam dengan seringai dan mengeluarkan peralatan make-up andalannya, dan ha itu membuat Sakura berjengit ngeri.

Sekarang, tiba-tiba Sakura melihat mata Ino dan Karin yang berkaca-kaca. Kalau sudah begini mau bagai mana lagi.

"Grrrr. Baiklah! Baiklah!" Sakura menarik napasnya dalam dan mencoba menenangkan diri, semetara kedua orang temannya itu sedang berlonjak kegirangan, "Nama kekasihku adalah Akashi. Puas kalian!" Sakura pun menimpuk Karin dan Ino dengan sedotan.

.
.
.

Sudah satu jam lebih ia gunakan untuk berbagi kisah dengan kedua sahabatnya. Maka, dengan waktu yang tersisa ini, ia pun memanfaatnya untuk sekedar berjalan-jalan dan meneliti apa saja yang tengah terjadi di kota metropolitan sebesar Konoha. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, ia terus melangkah dan memandang ke sana dan ke sini. Melihat beberapa toko yang menjual kue dan manisan, atau melihat toko-toko yang menjual pernak-pernik seperti lampu antik dan video game terbaru.

Saat berjalan dan tiba di perempatan, ada sebuah cermin besar yang menghiasi sebuah toko. Dan di sana Sakura bisa melihat dengan jelas potret dirinya yang memantul lewat cermin yang ada di depannya itu.
Manik dedaunannya terus menatap dirinya, dari ujung kepala sampai ujung kaki, terus melakukan hal itu berulang-ulang.

"Tidak ada yang aneh dengan cara berpakaianku. Dasar Ino dan Karin bodoh!" gerutunya saat ia mengingat bagaimana ucapan temannya yang terus saja mengoceh kalau gaya berpakaiannya itu sama sekali tidak menunjukkan jati diri Sakura sebagai wanita. Karena mereka selalu bilang kalau wanita itu harus anggun dan memakai make-up. Juga selalu tampil modis.

Sakura saat ini hanya menggunakan kaus hijau dengan celana jins putih, dengan sandal musim panas yang bercorak matahari yang selalu dipakainya. Mungkin, Sakura dianggap berpakaian aneh karena tidak pernah memakai rok atau berdandan. Gayanya selalu terkesan urakan. Apalagi dengan rambut panjangnnya yang hanya diikat kendur saja. Dan yang paling membuat Ino dan Karin murka adalah beberapa tindik yang ada di telinga dan wajah Sakura. Hidung, lidah dan alis. Tentu saja hal itu membuat kesan tidak wajar untuk para wanita modis seperti Ino dan Karin. tindik sangat megerika menurut mereka berdua.

Tapi, lain halnya dengan pendapat Sakura. Menurutnya, gayanya saat ini adalah hal yang wajar. Walaupun kekasihnya sudah beberapa kali menegurnya agar ia melepaskan tindik menyiksa (menurut Gaara) itu dan menyuruhnya untuk bergaya yang lebih wajar, tapi ia tetap kukuh terhadap penampilannya. Untung saja tatto yang ada di bagian pinggul bagian depan Sakura tidak perah ketahuan oleh Ino dan Karin.

Ya, Sakura mentatto dirinya dengan corak black cherryblassom.

Gaara tentu saja tidak pernah mempermasalahkan hal itu, mengingat dirinya juga mentatto dahinya dengan kata 'cinta' dalam tulisan kanji.

.
.
.

Ruangan itu terlihat redup dan suram, seperti cerminan dari suasana hati yang buruk dan situasi yang berantakan. Jika kau melangkah masuk ke dalam sana, maka kau harus menyipitkan matamu untuk menyesuaikan cahaya yang diterima ke dalam irismu. Jika tidak berhati-hati dalam melangkah, maka bisa saja kau tersandung oleh kakimu sendiri.

Dan di sana terdapat sebuah meja kerja yang di penuhi dengan dokumen dan foto-foto seorang gadis bermata indah. Sedangkan di kursinya, terlihat seseorang pria yang sedang terduduk dan menutup wajahnya dengan sebuah majalah entah apa. Lelaki itu kelihatan sedang beristirahat, tidak memeduikan bahwa ada seseorang yang masuk dan sekarang berdiri di depan mejanya.

"Siapa?"

"Saya, Ariel."

Majalah itu diraih dan dihempaskan ke dalam tempat sampah yang ada di samping kursinya, mata itu kemudian menatap seseorang yang masih bersedia berdiri tegak di depannya.

"Bagaimana?"

"Semua yang anda perkirakan benar, dan maafkan saya karena ini sangat terlambat."

Brakk.

Map dan beberapa laporan yang ada di meja itu pun berserakan di lantai karena lengan lelaki itu mengebrak meja. Hanya sekali, tapi situasi menjadi berntakan dalam sekejap. Desah napas yang terlihat frustrasi semakin ketara dan hal itu terjadi hanya karena ucapan dari seseorang yang masih berdiri di depannya ini.

"Keluar!"

Orang itu hanya mengangguk dan kemudian menjalankan apa yang diperintahkan tuannya. Sementara lelaki yang masih berkecamuk dengan pikirannya itu semakin menampakkan kefrustrasiaannya dengan menjambak helai mencuat raven milikknya dengan kedua tangan.

"Kau milikku, Cherry. Miliku!"
Mata sehitam malam itu sarat akan obesesi terhadap sang gadis yang disebut namanya.

Sasuke Uchiha, ia mengambil sebuah foto yang berserakan di lantai, lalu menciumnya dengan sangat berhasrat.

"Cherry."

Uchiha Sasuke mulai melepas jasnya, menyimpan foto itu di lacinya, lalu berjalan ke luar ruangan. Rumah mengah yang ditinggalinya seorang diri itu terlihat dingin dan sepi, sama seperti suasana sang pemilik yang selalu memancarkan aura suram dan mengerikan. Menaiki mobil sport hitam miliknya, sang Uchiha pun berniat untuk menemui pujaan hatinya.

"Katakan padaku, di mana ia sekarang?" suara datar itu terdengar dan menguap melalui udara.

"Nona Haruno sedang berjalan seorang diri di area pertokoan Ichiraku. Tetapi, ada beberapa orang yang selalu ada di sana untuk memata-matai Nona Haruno, sepertinya itu adalah suruhan Akashi."

Sasuke pun langsung memutuskan kontak suara itu. Walaupun tadi bawahannya-Kabuto telah menginformasikan adanya mata-mata khusus yang selalu mengikuti gadisnya, tapi ia tidak akan mau peduli. Sakura Haruno, gadis itu harus segera ia selamatkan dari Akashi.

"Sabarlah, Cherry. Kau akan segera kembali padaku."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung.

A/N:

Hai hai, karena ini hari sabtu makanya Erza update deh fiksi Green dan Akashi.

Fiksi ini kekny untuk pembaca 15+ aja ya, soalnya cuma temanya aja kok yang ngambil setting kriminal, tapi ceritanya keseluruhan erza buat implisit.

Kalau ada masukan mengenai rate yang tepat untuk pembaca umur berapaan, yuk diskusi hehe. Soalnya rada bingung juga sih.

Ih ya, aslinya fiksi ini udah selesai, jadi Erza cuma tinggal update aja kok.

Salam sayang,
zhaErza.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top