Bab 3. Couple Rahasia

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍"Lo ama Kak Gravi, emang couple super cetar. Jarang ada yang bisa ngerahasiain pacar sendiri. Kebanyakan pada pake caption alay pas ngepost foto pacarnya di feed Ig."

~~•~~

Ily menarik lepas tangan dari genggaman Gravi. Kehadiran Gita dan Mega sukses membuat debaran dadanya bertalu kencang. Melirik pada Gravi, laki-laki itu nampak tak acuh dengan kehadiran dua teman karib kekasihnya.

"Ily! Lo kok nyuekin gue, sih." Gita berteriak protes.

"Bukan gitu maksud gue, Git." Ily menggelengkan kepala. Apa ini, kenapa dua orang yang tak suka menyantap bakso bisa sampai di kedai bakso. Ia sungguh tak habis pikir.

"Udah Git, ngobrolnya besok aja. Sekarang pesen baksonya dulu."

Beruntung bujukan Mega berhasil membuat Ily terlepas dari kejaran daftar panjang pertanyaan Gita. Kedua gadis seumuran Ily berjalan menjauh.

"Ada pasar malem deket sini. Mau jalan-jalan dulu?"

Menatap Gravi, Ily menggeleng. Dengan seulas senyum, dia menarik tangan gadisnya keluar dari rumah spesialis bakso jumbo. Mereka berjalan pelan menuju halte.

Malam itu, tanpa ada pembicaraan apa pun. Untuk pertama kali setelah sekian lama, Ily turun dari bus yang sama dengan Gravi. Rasanya Ily seperti deja vu. Turun dari bus yang sama ketika pulang sekolah.

Tangan kanan Ily meraba tangan lainnya, arloji yang bersembungi di balik kemeja panjang menunjukkan pukul 19.58 WIB. Pintu rumah terbuka. Sebelum manapakkan kaki pada lantai teras, Ily melepas flat shoesnya terlebih dulu. Ada sang kakak, Disti yang sedang menunggu warung sembari berkutat dengan laptop juga tumpukan mapnya.

Meski tujuh tahun lebih tua dari Ily, tak pernah sekali pun Disti membawa seorang laki-laki main ke rumah. Sejak dulu, yang menonjol dari kakak satu-satunya adalah prestasi juga kerja keras dia. Entah, Ily tak pernah tau tentang hubungan asmara Disti. Lebih tepatnya, baik Ily atau Disti sama-sama tak pernah saling membagi perasaan pribadi.

"Mbak Disti mending masuk. Aku aja yang jaga warung."

Kepala bersurai pendek milik Disti menoleh. Melihat sekilas ke arah Ily lalu kembali berkutat dengan laptop sambil berkata, "Mandi aja sana, terus makan. Warung biar mbak aja yang jaga." Baiklah. Ily mengangguk, lagi pula dirinya memang perlu mandi saat ini.

Pukul 22.07 WIB

Ditekannya saklar lampu yang ada di dekat pintu, gelap seketika menghilang dari kamar minimalis milik Ily. Tangannya meraba meja, meraih ponsel lalu pergi merebahkan diri di kasur. Ada banyak pesan grup angkatan yang masuk. Salah satunya, grup Ily dengan dua sohibnya, grup MIG Cetaaar.

MIG Cetaaar
22 pesan belum dibaca

Gita: P
Gita: Ily... parah sumpah
Gita: Gmana ceritany lo bs deket sm mantan ketua paskib itu ????

Mega: Mantab waketos jg btw
Mega: *mantan

Gita: Ah bdo amat
Gita: Lgi pdkt apa dah jdi pacarnya dia sih? @ily
Gita: Gw kesel ga tau apa-apa

Mega: Gue juha si
Mega: *juga njirr
Mega: Agak kecewa krn lo g cerita apa² ke kita, ly

Gita: Si purba @mega typo mulu lo
Gita: Pokoknya besok rahasia itu udah harus kebongkar @ily
Gita: Harusss!
Gita: Lo @ily utang cerita ke kita berdua

Mega: Oyaya dong gelar terhormat gue kan miss typo @gita
Mega: 2in
Mega: Besok mau ketemuan kpn? di mana?
Mega: Gue bsol senggang
Mega: Dahlah capek gue benerin typo

Gita: Sama, gw jg senggang
Gita: Kita tunggu jawaban lo secepetnya @ily

Me
Sori git, mega, besok gue ceritain semua yg lo tanyain deh
Me
Malem aja ya, abis gue pulang kerja.

Gita: Whaaattt!?
Gita: Lo dah kerja? Dan ga cerita ke kita?
Gita: 😭 trs kita ini lo anggep apa Ly?
Gita: Knp gw ngerasa tb-tb, gw kaya orang asing ga tau apa2 /plaak

Me
Maapin gue git, maksudnya bukan begitu

Gita: Sad, i'm so sadd T.T

Me
Sori... beneran deh besok gue ceritain

Mega: Udah ly santuy, si gurita emang gity. Sukanya ngeprank g jelas

Gita: Syal an. Dsr manusia purba, meganthropus paleojavanicus tuh nma asli lo kan sbnernya @mega

Mega: Heh, gurita bayi @gita napa jdi kita yg war sih
Mega: Niatnya mo ngintrogaso Ily
Mega: *Ngintrogasi

Gita: Iye, lupa gw

Mega: Dah, besok ngunpul di rumah gue.
Mega: Lo, git, krn rumah kita nempel. Langsung capcus aja ke rumah gue.
Mega: Ily besok gue jemput naek mobil

Gita: Mobil sapa?
Gita: Lo beli mobil tp ga siram-siram duit ke gw.

Mega: Mobil rental buat belajar, lol
Mega: Kebetulan yg punya usaha kursus mobil tu om gue. Makany gue dianter pulng sekalian
Mega: Besok serlok ya @ily

Ily mematikan data seluler, meletakkan gawai hitamnya di meja belajar samping tempat tidur. Pada akhirnya, rahasia yang ia dan Gravi simpan terbongkar juga.

***

Ily mengecek benda kotak pipih miliknya yang baru saja begetar. Ternyata ada satu pesan Whatsaap.

Mega: Serloknya mna ly?

Me
Oiya, lupa. Jemput di halte sebelum rumah makan bakso jumbo aja ya

Mega: :) klo tau gtu, gue langsunh meluncur ke sana dri tdi
Mega: *langsung
Mega: Ydh tunggu 10 mnt lgi gue bakal sampe sana

Ily menyimpan ponselnya ke tas. Memasukkan seragam kerja sekaligus name tag-nya ke loker. Kemudian melangkah menuju pintu belakang. Belum sempat memutar kenop, Nada sudah lebih dulu memanggil namanya.

Ily memutar badan membelakangi pintu. "Kenapa, Nad?"

"Lo udah mau pulang?" Ily mengangguk dan bergumam pelan

"Gak mau di sini dulu gitu, sampe jam setengah tujuh, kek."

Kepala Ily menggeleng. "Gue ada janji sama temen. Kenapa, sih?"

"Kemaren, ada cogan nyariin lo."

Ily ternganga. "Siapa? Mau ngapain nyari gue?"

Nada mengendikkan bahu. "Dia gak sebut nama dan tujuan. Cuma bilang, nyari pramusaji yang namanya Ily. Gitu doang."

Apa Halim yang mencarinya, tapi kenapa Halim tak menghubungi Ily seperti biasa.

"Mending tunggu sini ya, cogan beneran tau. Kali aja hari ini dia dateng lagi. Sayang kalo lewat gitu aja."

Ily terkekeh mendengar kalimat Nada yang berulang kali memuji ketampanan Halim. Ya, Ily yakin. Sudah pasti yang mencari dia kemarin adalah saudara tiri kekasihnya. Tak ada orang lain yang tau tempat kerja Ily selain Halim.

"Udahlah biarin aja. Gue duluan, ya."

Di belakang sana Nada berseru kecewa. Ily terus melangkah melewati bilik kamar mandi juga gang kecil. Di sepanjang trotoar, pikiran Ily dipenuhi nama Gravi.

Senyum gadis berkuncir kuda mengembang hanya dengan mengingat panggilan dari Gravi siang tadi. Cuma pertanyaan sederhana seputar perkembangan belajarnya untuk UTBK.

Berhenti di pinggir trotoar, Ily mulai menyebrang jalan. Ia mengeluarkan ponsel juga tissue dari tas, mengelap sedikit bagian kursi halte yang hendak ia duduki. Lantas duduk manis di sana.

Entah dorongan dari mana, ibu jari Ily aktif menekan layar. Membuka galeri, menyecroll album bernama screenshot. Meski hanya bermodal pose dua jari andalan Gravi. Pemuda itu berhasil membuat Ily betah memandang wajah campuran java-chinese miliknya tanpa jemu. Foto ini, satu-satunya yang Ily punya di galeri. Itu pun hasil curian dari postingan Gravi di instagram enam bulan lalu.

Sebuah mobil avanza hitam berhenti di halte. Layar ponsel Ily mati, setalah ibu jarinya memencet sekilas tombol daya di sisi ponsel. Dari kaca mobil yang terbuka, Mega melambaikan tangan menyuruh Ily masuk ke mobil.

Dan di sinilah ketiganya. Duduk di depan tv ruang keluarga, dengan bungkus makanan ringan yang berserakan juga dua kotak pizza yang isinya tinggal separuh.

"Kemarin kenapa bisa ada di rumah bakso jumbo, sih?" Akhirnya Ily bisa segera mengobati rasa penasaran karena kemunculan dua temannya yang tiba-tiba kemarin malam.

"Oh itu, kakak ipar gue ngidam bakso. Ngeliat gue sama Mega hang out. Dia jadi nitip gue deh, pulangnya minta dibawain bakso urat jumbo." Gita melempar ponselnya pelan ke karpet.

"Ly, game cooking mama masih ada kan di hp lo?" Gita berseru girang melihat Ily mengangguk. Lalu ia langsung mengaduk isi tas Ily setelah dipersilahkan oleh si empunya.

Tak lama setelahnya, Gita memekik heboh. "Hhaaah! Liat nih."

Baik Ily maupun Mega menoleh cepat. Gita menunjukkan layar ponsel Ily yang menampilkan foto Gravi. Malang sekali Ily, dirinya lupa keluar dari galeri. Mega dan Gita segera menginvasi isi galeri hpnya. Sedangkan Ily diam, pasrah saja.

"Ga ada lagi sih, cuma satu." Mega berkomentar, seraya mengembalikan hp Ily.

Tiba-tiba saja tawa Gita pecah memenuhi ruangan. Beruntung tidak ada siapa-siapa di sini kecuali mereka bertiga. "Kesurupan dedemit lo, Git?" Pertanyaan sinis Mega tak mendapat respon.

"Lo masa gak paham, sih. Emang manusia purba mah mana ngerti."

"Lo gaje dasar gurita bayiiik!"

"Whoaaa, santuy. Jangan sensi dulu." Kedua tangan Gita terulur, seakan menyuruh Mega menahan ledakan emosinya.

"Gini ya," kalimat Gita terjeda sebentar oleh tawa singkatnya. "Lo mikir gak, Ily ngambil foto dari akun IG-nya Gravi. Dan satu pun Ily gak punya foto yang diambil pake hpnya sendiri. Persis kaya stalker banget."

Gita kembali bersuara. "Gue seketika berpikir Ily lagi ngalamin yang namanya pacaran berkontrak. Diikat perjanjian yaitu tidak ada foto atau hal-hal yang mengabadikan kebersamaan mereka, hubungan dirahasiakan dari teman terdekat. "

“Dasar korban novel wp kan lo.” Gita cuma senyam-senyum mendengar ucapan Mega yang memang benar adanya.

Suasana mendadak hening. "Dari kapan pacaran sama Gravi?" tanya Mega membuka sesi introgasi.

"Bulan April, pas kita masih kelas 10."

"Daebak! Lo kalem-kalem gercep juga, Ly."

Gita terkekeh dengan ucapannya sendiri. Mega mengiyakan setuju. Sedangkan Ily mulai siap-siap menerima komentar pedas plus nyinyir milik Gita.

"Gue akui lo ama Kak Gravi, couple super cetar. Jarang ada yang bisa ngerahasiain pacar sendiri. Kebanyakan pada pake caption alay pas ngepost foto pacarnya di feed Ig."

"Anjir!" Gita terbahak seraya menepuk lengan Mega berkali-kali.

Ily sendiri ikut senyam-senyum melihat sikap kontras dua temannya. Mega dengan alis yang nyaris menyatu juga mulut ternganga, memandang aneh pada Gita yang masih tertawa kencang.

"Diem, Git. Nanti gak mulai-mulai ceritanya."

Selorohan Mega selalu sukses menghentikan setiap aksi Gita. Sejak dulu, Mega memang jadi pawang kegilaannya Gita. Ily menutup mulut, menahan tawa karena tingkah beda frekuensi dua sohibnya sejak SMP ini.

Mega angkat bicara lagi, "Kenapa mesti dirahasiain?" Tak ada pilihan lain, mau tak mau Ily harus menceritakan semuanya pada Gita dan Mega.

"Gravi pengen menjaga namanya sebagai seorang wakil ketua osis. SMA kita bukan sekolah yang bebasin siswanya pacaran kan?" Mega bahkan Gita masih diam mendengarkan.

"Alasan lainnya, Gravi gak mau gue dapat sikap gak menyenangkan dari segelintir cewek yang naksir dia."

Manik Gita menatap lurus pada Ily. "Kok, gue punya firasat lain, ya."

"Heleh, firasat apa maksut lo?" celetukan Mega menarik atensi Gita.

"Jangan-jangan Gravi suka punya banyak cewe. Makanya dia pake trik hubungan rahasia."

Wajah Ily mendadak kuyu. Ia tak pernah berpikir sampai sejauh itu. Selama ini, dia percaya sepenuhnya pada Gravi. Jika dipikirkan, opini Gita tak sepenuhnya salah. Ditambah lagi, hubungan mereka memang tidak seperti dulu. Mungkin benar, Gravi punya perempuan lain di kampusnya.

Mega berdecak, "Ngaco banget omongan lo, Git. Udah Ly, jangan dipikirin."

"Jadi, gimana ceritanya lo sama Gravi bisa deket?" Lontaran pertanyaan Gita, membawa Ily ke masa MPLS tiga tahun yang lalu.

Tak ada kejadian spesial. Ketika itu, Gravi adalah pendamping gugus di kelasnya. Ily yang ditunjuk sebagai ketua gugus mau tak mau harus sering berinteraksi dengan Gravi.

Gravi juga sering menitipkan pesan pada Ily untuk disampaikan ke teman-teman di gugus kelasnya. Saat masa MPLS selesai, pertemuan terus berlanjut di angkutan umum juga ekskul renang yang Ily ikuti.

"Kisah cinta lo ternyata sederhana, bahkan kerikil aja gue kagak liat." Ily tersenyum geli mendengar celetukan Gita.

"Gue sama Gita cuma bisa berdoa, semoga lo bahagia dengan cinta itu. Udah sih, gitu aja."

"Eh, tapi tetep gue pantau, tuh, si Gravi. Awas aja nyakitin Ily kita. Gara-gara dia, Ily jadi main rahasss—"

Sedang asik-asiknya berdakwah, Mega dengan kasar menjejalkan donat ke bibir Gita. Disaat gadis pemilik tambut gelombang itu mencak-mencak tak jelas, Mega malah sangat menikmatinya.

"Kapan-kapan, kalian nginep di rumah gue ya, buat yang terakhir kali sebelum kita sama-sama sibuk kuliah."

"Gimana Ly, lo setuju sama idenya Mega?" lanjut Gita.

Belum sempat menjawab, semua atensi tersedot pada ponsel Ily yang berdering. Layarnya menyala, menampilkan dengan jelas nama kontak berikon dua hati.

"Ciyee nama kontaknya dua lope, pasti Gravi kan? Coba angkat, jangan lupa speaker. Gue mau denger."

Oh My God! Haruskah Ily menuruti celetukan asal-asalan Gita barusan.

Bersambung ....

Ps: foto hasil ss an Ily ada di mulmed ya.
Jangan sampe lewatin kegantengannya Gravi 😂

3 Oktober 2020
00.02 WIB

[Revised]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top