To You, the Unbeatable
To You, the Unbeatable
Bleach © Tite Kubo
Hitsugaya Toushirou x OC!Kaede Miya
Story by moonorchd_
...
Daffodil means new beginning, as well as symbols of 10th division
Ada banyak alasan mengapa Miya memilih datang ke Akademi Shin'o.
Untuk kehidupan yang lebih baik? Itu sudah jelas, kehidupan di distrik ke-45 Rukongai Timur jelas amat jauh dari kata nyaman.
Untuk mencari adiknya yang terpisah? Miya ingat mereka berdua tewas bersama di dunia sana, tapi dikirim ke distrik Rukongai berbeda. Meski begitu, sejauh ini dia belum menemukan sosok saudaranya itu.
Bukan motivasi yang kuat, menurut Miya, apalagi jika dia ingin jadi seorang shinigami. Miya sendiri sadar kalau sejak awal dia tidak betul-betul serius waktu mendaftar di akademi, mungkin juga hanya keberuntungan dia bisa diterima. Awalnya Miya pikir, tidak apa-apa kalau dia tidak mengerahkan seluruh kemampuannya selama di akademi. Kalau saja orang itu tidak ada, barangkali sampai sekarang Miya masih berpikir demikian.
Sebenarnya tidak jelek juga. Miya tidak suka dikalahkan, makanya, dia berusaha sekuat tenaga agar dapat sejajar dengan orang itu. Sepertinya mustahil, soalnya yang hendak dia lawan adalah jenius yang hanya muncul sekali dalam seribu tahun. Sisi baiknya, Miya menduduki posisi kedua teratas di angkatannya dan jadi tidak perlu memikirkan pelajaran tambahan bagi siswa-siswi dengan nilai tertinggal.
Miya bisa duduk bersantai di sebelah petak daffodil, mengamati beberapa kawan seangkatannya yang harus mengikuti latihan tambahan di sudut lain lapangan. Ini hari libur dan cuacanya cerah, sayang sekali kalau hanya dilewatkan dengan latihan.
"Kaede?"
Ah. Padahal ini hari libur, tapi tetap saja dia mendengar suara itu. Satu-satunya orang yang ingin dia kalahkan di akademi, siapa lagi kalau bukan Hitsugaya Toushirou yang disebut-sebut sebagai jenius yang hanya hadir sekali dalam seribu tahun itu.
Miya mengerling sedikit sebelum menjawab datar, "Ada perlu apa?"
Mulanya tidak ada jawaban. Hitsugaya hanya mengambil tempat di sebelah Miya, lalu menyodorkan bingkisan kecil pada gadis itu. "Ambillah," katanya.
Miya menerima bingkisan itu dengan kening berkerut. Ketika dia membukanya, wangi manis gula menerpa hidungnya, bingkisan itu berisi beberapa amanattō yang masih hangat.
"Untukku?" Miya masih keheranan. Untuk apa seorang jenius memberinya manisan secara tiba-tiba?
"Tidak suka?" balas Hitsugaya ketus. "Kau, 'kan, butuh makanan manis. Latihan berat terus-menerus akan menghabiskan energimu."
"Apa hubungan--" Miya berhenti, menyadari sesuatu. "Kau tahu kalau selama ini aku ...."
"Latihan sendirian di dojo waktu tidak ada yang melihat?"
Miya ingin memprotes. Sebenarnya tidak masalah kalau ada yang melihatnya, tapi jika itu orang yang ingin dia kalahkan, itu urusan lain.
Pada akhirnya, Miya hanya bisa menghembuskan napas pasrah. Toh, Hitsugaya juga sudah tahu. "Nah, kau juga tahu kenapa aku berlatih sekeras itu, 'kan?" cetusnya.
"Untuk mengalahkanku, 'kan?" balas Hitsugaya. "Aku juga tidak bisa membiarkannya, tahu? Aku juga jadi harus berlatih lebih keras agar tidak kalah olehmu."
Miya cemberut. "Jangan bicara seolah kau bisa dikalahkan dengan mudah, dasar jenius jelek!"
Dengan perasaan dongkol, Miya mencomot sepotong amanattō, lalu menggigitnya. "Manis," gumamnya.
"Kau betul-betul berpikir begitu?" Hitsugaya kembali bertanya. "Jangan-jangan, kau pikir, latihanmu selama ini sia-sia?"
"Enak saja, awas saja kalau nanti aku betul-betul bisa mengalahkanmu," dengus Miya. "Kemampuan berpedangku akhir-akhir ini meningkat pesat, lho."
Miya bisa mendengar Hitsugaya terkekeh kecil. "Kalau begitu, baguslah."
"Mau coba latih tanding?" tantang Miya.
Hitsugaya menggaruk belakang kepalanya, lalu menjawab dengan nada malas. "Besok saja, ya. Tadinya aku berniat tidur siang setelah mengantar amanattō padamu."
"Apa, sih, tanggapanmu selalu begitu," dengus Miya kesal. "Menyebalkan, kuharap tidak akan satu divisi denganmu waktu masuk gotei 13 nanti."
***
Sampai akhir, Miya tetap tidak bisa mengalahkan orang yang dia anggap rivalnya itu. Bahkan, karena kejeniusannya, Hitsugaya mampu lulus lebih cepat daripada siswa lainnya. Ketika akhirnya Miya lulus dan direkrut oleh gotei 13, dia yakin Hitsugaya pasti sudah sibuk dengan tugas shinigami-nya.
Miya bersimpuh di hadapan Rangiku selaku wakil komandan divisi, sebagai tanda bahwa dia akan jadi bagian dari mereka mulai hari ini.
"Kaede Miya, bangku 4 divisi 10, melapor untuk bertugas. Mulai saat ini, mohon bantuannya."
Untuk sejenak, tidak ada jawaban. Tapi waktu Miya mengangkat kepalanya, seseorang langsung menghambur memeluknya. "Ya ampun, lucunya anak ini, mulai sekarang kita jadi teman, ya!" seru orang itu dengan nada ceria.
Miya mengerjap, bingung atas reaksi yang dia dapatkan dari sang wakil komandan itu. Dia pikir, seharusnya penerimaan anggota baru dilakukan dengan tenang dan formal, 'kan?
"Eeeng ... Wakil Komandan Matsumoto? Aku ...."
Tapi Rangiku menggeleng. "Jangan kaku begitu, panggil Rangiku saja, ya?"
"Eh? Baiklah ... Rangiku-san?" ulang Miya.
Perlu sedikit dorongan dari Miya hingga Rangiku melepaskan dekapannya. Agak berbeda dari bayangan Miya, dia pikir suasana di gotei 13 jauh lebih kaku.
Rangiku mengembuskan napas panjang. "Huuh ... coba kalau Komandan ada di sini, dia selalu saja menghindar dari pekerjaan dan membuatku repot! Kalau saja dia lebih rajin seperti anak-anak baru ini ...."
Miya ingin sekali menanggapi, tapi Rangiku terus saja meracau. Sepertinya dia tipe yang banyak bicara.
"Ngomong-ngomong soal anak baru, anak yang direkrut sebelum dirimu itu hebat, lho! Dia lulus jauh lebih cepat daripada teman-teman seangkatannya, katanya dia memang jenius, sih. Lalu dia juga langsung menduduki posisi bangku 3."
Miya jadi teringat seseorang, cepat-cepat disangkalnya pikiran itu. Lagipula, jenius di akademi bukan cuma dia. Tapi tetap saja Miya penasaran. "Siapa?" Dia bertanya.
Belum sempat Rangiku menjawab, terdengar ketukan di pintu. Sontak Miya membulatkan matanya ketika pintu dibuka oleh sosok yang baru saja terlintas di pikirannya itu.
"Wakil Komandan, kalau sudah selesai menyambut anggota baru, sebaiknya--"
Kata-katanya terputus waktu melihat sang anggota baru adalah seseorang yang dia kenal. Tidak lebih tinggi dari Miya, rambut perak dan mata sedingin es itu tidak banyak berubah sejak Miya terakhir kali melihatnya.
"Hitsugaya?"
Ah, sial, padahal Miya berharap tidak akan satu divisi dengannya.
Tamat
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top