The Last We Meet

Story © Kurosaki_neko

.

Malam ini, bumi tampak murka. Ia menangis dan membiarkan kilat menghiasi langit.

Suara air mata bumi pun bercampur dengan erangan dari sosok mayat hidup yang tengah mengincar mangsa. Seorang ibu dan anaknya tengah mengetuk pintu sembari memohon agar ia bisa berlindung.

Suara gemuruh tembakan pun tidak mau kalah. Satu-persatu mayat hidup itu berhasil dijatuhkan. Namun, hal itu tidak membuat mayat hidup itu bertekuk lutut.

"Aku mohon, buka pintunya," ucap sang Ibu.

Tidak lama kemudian, pintu pun terbuka lebar. Seorang gadis keluar dengan jaket tebal untuk membimbing serta menjaga ibu dan anak itu.

Saat sudah dipastikan aman, barulah mereka menutup gerbang rapat-rapat dan membiarkan sang ibu beristirahat.

"Kenapa lama sekali? Mereka bisa saja mati disana!" bentak seorang pria yang telah menjaga ibu dan anak itu.

Sang gadis pun menghadapnya, "Maaf, seperti biasanya. Perdebatan selalu terjadi ... ah, Leon?"

Leon mengernyitkan dahinya, "Darimana kau tahu namaku?"

"Dari aku. Dan dia juga murid dari Rebecca Chamber," sela seorang pria berbadan kekar yang tiada lain jika bukan Chris Redfield.

"Chris?" ucap Leon.

"(Name), periksa orang tadi. Pastikan jangan sampai ada yang terinfeksi," titah Chris yang langsung dipatuhi oleh sang gadis.

Dan setelah memastikan semuanya baik-baik saja, (Name) bergabung bersama Chris dan Leon di pos penjagaan.

Ya, pos itu sengaja dibangun oleh warga yang selamat dengan bahan seadanya. Meskipun begitu, pengungsian sementara ini telah dilengkapi dengan pagar beton. Setidaknya, mereka bisa aman untuk sementara waktu.

Karena, menurut pengalaman Chris, ia mengatakan jika selalu ada bio-weapon untuk menembus dinding setebal ini. (Name) menatap dinding yang tengah dikerumuni oleh beberapa mayat hidup.

"Siapa nama lengkapmu, Nak?" tanya Leon yang membuat sang gadis menatapnya, "(Last Name) (Name)."

"Umur?"

"Dua puluh tahun."

Leon pun tampak tidak peduli, "Masih terlalu muda untuk mati, huh?"

"Dimana Chris?" tanya (Name) yang tampak lebih tidak peduli dari Leon.

Dan belum sempat Leon menjawab, suara teriakan seorang wanita mulai terdengar. Baik (Name) dan Leon pun menuruni anak tangga dan menuju ke sumber suara.

Disana, ternyata salah satu mayat hidup sudah berhasil memasuki ruangan dan menggigit serta menginfeksi ibu dan anak yang telah diselamatkan Leon.

Melihat hal itu, Leon langsung mengumpat. (Name) mendekati tiga mayat itu dan menembaknya tepat di kepalanya.

Para warga yang ketakutan pun saling bersahutan jika mereka melihat mayat itu masuk melalui sebuah pintu yang tidak jauh dari tempat mereka. Leon mencoba memastikannya, sementara (Name) memeriksa kembali apakah ada korban luka ataupun tidak.

Brak!

Pintu terbuka secara kasar. Chris kembali dengan terengah-engah dan Leon kembali ke tempat semula.

"Chris, apa kau tidak memeriksa tempat ini terlebih dahulu?" tanya Leon sesudah rekannya kembali.

"Tenang, Leon. Aku punya kabar baik dan buruk," ucap Chris tanpa menurunkan senjatanya sedikitpun.

"Aku rasa ... tidak ada salahnya mendengar kabar buruk," ucap (Name) setelah memastikan semuanya aman.

"Kabar buruknya, timku sudah menemukan lokasi bio-weapon yang mereka simpan. Dan kabar baiknya adalah bantuan akan segera tiba," jelas Chris.

Beberapa warga pun senang mendengarnya. Namun sayang, kegembiraan itu berubah menjadi pertumpahan darah kembali.

(Name) lengah dalam memeriksa hingga salah satu warga yang tergigit pun menginfeksi warga lainnya. Chris melemparkan handgun pada (Name) serta memintanya untuk berlindung dibelakang dirinya dan Leon.

Adegan tembak-menembak pun tidak terhindarkan. Beruntungnya, jumlah mereka sangat sedikit, sehingga Chris, (Name), dan Leon tidak kewalahan.

Tapi, tetap saja. Karena kecerobohan satu orang, semua orang menjadi terkena imbasnya.

Leon marah akan hal itu. Namun, Chris tetap meminta Leon untuk berpikir realistis jika hal itu tetap bisa terjadi kapanpun.

"Jadi, kemana kita sekarang?" tanya Leon.

Chris pun mengangkat senjatanya dan berjalan menuju lorong rahasia, "Kita akan ke tempat bantuan tanpa terlacak ataupun diketahui oleh bio-weapon."

*****

Mereka menempuh perjalanan cukup panjang untuk bisa keluar dari tempat ini tanpa diketahui oleh mayat hidup tersebut. Dan Chris pun membuat semuanya menjadi lebih aman serta terarah.

"Aku rasa kita harus berpencar. Leon, aku titip (Name)," ucap Chris.

Leon tampak tidak terima, "Mengapa harus aku yang menjaganya? Kau mau kemana, Chris?"

"Meminta bantuan yang lebih dekat. Akan aku hubungi kalian dengan alat yang sudah aku berikan pada (Name) sebelumnya," jawab Chris.

Tanpa membuang waktu lagi, Chris meninggalkan kedua insan lawan jenis untuk terus melangkah. Dan dengan (Name) ditangan Leon, setidaknya Chris bisa lebih fokus untuk mencari bantuan ataupun menyelamatkan warga.

Disisi lain, Leon terus berjalan tanpa arah. Sekedar mencari tempat bersembunyi.

Menyelinap, mengendap-endap, dan menembakkan peluru tanpa suara agar identitas mereka tidak diketahui. Mirip mata-mata, bukan?

Leon melempar roti pada (Name). Dengan senang hati, (Name) memakannya dengan lahap.

Melihat hal itu, Leon merasa lega. Mungkin, jiwa 'ayah' nya muncul. Tapi, hei, Leon memang selalu baik pada setiap gadis, bukan?

"Bisa ceritakan bagaimana kau bertemu Chris?" tanya Leon.

(Name) mengangguk dan menceritakan semuanya. Mulai dari Chris yang membawanya secara paksa dari gurunya, Rebecca saat sedang bimbingan. Hingga ia berakhir disini.

Leon pun menyadari satu hal, Chris berhasil menemukan gadis yang diincar oleh Umbrella.

Ya, (Name) adalah gadis yang selama ini dicari oleh Umbrella. Ia memiliki sel DNA yang unik dan dapat mencegah penularan T-Virus.

"Sial, mengapa kau tidak bilang dari awal, Chris?" gumam Leon.

"Chris bilang jika kau tidak punya waktu untuk sebuah penjelasan. Maka, Chris tidak mengatakan apapun hingga ada yang bertanya," balas (Name).

*****

Mereka tetap tidak bisa berlama-lama disana. Leon mengajak (Name) untuk berjalan lagi. Namun sayang, mereka justru bertemu dengan bio-weapon.

Leon meminta (Name) untuk lari. Sementara dirinya yang akan menahan makhluk raksasa ini.

Awalnya, Leon menembak dengan senjata biasa. Akan tetapi, senjata biasa memang tidak ada tandingannya dengan seorang monster yang mirip dengan nemesis.

Karena kehabisan amunisi, yang bisa Leon lakukan hanyalah menghindar dan menghindar sembari menumpahkan drum berisi bensin pada monster itu.

Selain itu, teriakan dari sang monster membuat para mayat hidup mengelilingi tempatnya. Leon mulai pasrah. Namun, ia mendengar suara (Name) yang memanggil namanya.

Dari kejauhan, Leon membulatkan tekad. Monster kembali berteriak dan mayat hidup pun sangat menginginkan nyawanya.

"Leon! Diseberang tempat ini, ada sebuah senjata!" teriak (Name) yang membuat para mayat hidup serta bio-weapon itu berjalan menuju dirinya.

Ya, mungkin itu memang disengaja oleh (Name). "Ya, memang terlalu awal untuk mati," gumam Leon.

Leon segera turun dari ketinggian dan mengambil senjata yang gadis itu maksud. Tanpa menunggu lama, ia menembakkan senjata itu dan melesat mengenai sang monster.

Sang monster pun tewas di tempat. Namun, tidak untuk (Name). Ia memilih bunuh diri dan membiarkan semua aset umbrella mati bersamanya.

*****

Beberapa jam kemudian, Chris pun kembali bersama dengan helikopter yang ia naiki. Tentunya, Leon pergi bersamanya.

Chris sempat menanyakan dimana (Name). Dan Leon pun menjelaskan jika (Name) memilih mati.

"Kau tahu, Leon? Sebenarnya, (Name) telah menitipkan ini padaku sebagai ucapan terimakasih padamu," ucap Chris yang tengah memegang sebotol kecil darah (Name).

Leon tidak mengerti. Karena, ia merasa jika ia tidak melakukan apapun untuk (Name).

"Kau melindunginya. Dan sebagai gantinya, kau membiarkan dirimu dikepung tanpa mengetahui ada senjata disana," jelas Chris.

"Ya, dia memberikan darahnya setelah ia mengiris sedikit nadinya. Awalnya, aku memang mencegahnya. Tetapi, ia memilih melakukan ini sebagai rasa terimakasih sekaligus meminta maaf atas kecerobohannya," sambung Chris.

Jujur saja, baik Chris dan Leon sama sekali tidak rela (Name) pergi. Namun, (Name) tidak benar-benar pergi, bukan? Ia akan terus hidup dalam tubuh manusia untuk menjaga mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top