The Edelweiss in 'The Grape of Desolation'

The Edelweiss in 'The Grape of Desolation'

Bungo Stray Dogs - Asagiri Kafka & Harukawa Sango
[Nathaniel Hawthorne x Margaret Mitchell]
Ilya | clawyer_sz

[Edelweiss /エーデルワイス Courage, Power, Noble]

.
.
.
***

"Lihat pasangan itu. Begitu mesra, hingga kelihatannya mereka akan menghantamkan jidat satu sama lain." Bersandar pada kursi sambil memandangi dua sejoli yang sama-sama arogan dan keras kepala memberi hiburan tersendiri, meski dalam hati dia membatin miris. 'Aku juga tampan, tapi kisah cintaku mandek bahkan sebelum benar-benar dimulai.'

"Coba kau yang berargumen dengan Hawthorne. Kujamin kau mati detik itu juga, atau dikuliahi sampai ruhmu minggat." John melirik Nathaniel dan Margaret yang saling cekcok, lalu Margaret berkacak pinggang sementara Nathaniel menghela napas panjang.

"Enggak, trims. Aku cinta damai. Benar 'kan, Huck?" Huckleberry Finn mendengus dan mengangguk ogah-ogahan.

"Menurutmu mereka betulan saling suka? Maksudku, ego mereka besar sekali untuk mengakuinya sendiri. Jadi, aku penasaran—"

"Aku tidak," potong John, "Margaret punya ambisi besar untuk mengembalikan kehormatan keluarganya, tidak ada hal lain yang menggoyahkan tekadnya. Kalau kau tanya padaku, mungkin Nathaniel hanya kagum pada keteguhan tekad wanita itu." John tersenyum takut saat Nathaniel melirik tajam padanya, seolah memergokinya bergosip.

"Tapi aku juga tidak mau tahu, itu privasi mereka. Aku juga harus fokus pada tujuanku sendiri." Mark menggumamkan sesuatu seperti 'Ah tidak asyik kau ini. Tapi iya, sih.' sambil berlalu mengambil kudapan.

Mark masih mengamati Nathaniel dalam diam. Dia sedang berbicara pada Louisa yang kelihatan seperti kucing ketakutan. Di sisi lain, Margaret dengan postur sempurna berbicara dengan John—oh ... semoga dia tidak tahu kalau dijadikan bahan gosip dua lelaki.

"Dua orang keras kepala disatukan. Menurutku, mereka bakal ... antara beradu kepala-siapa-yang-paling-keras, atau membangun kekeraskepalaan bersama. Bagaimana menurutmu Lovecraft?"

Lovecraft memandang Mark sejenak dengan kepala miring dan pandangan hampir kosong, lalu kembali melamun sepenuhnya.

Mark Twain mengangguk-angguk seolah paham dengan pikiran Lovecraft. "Ya, kau benar Lovecraft. Pasti yang kedua. Meski mereka sekuat tenaga mengelak, tapi mereka memberi kekuatan satu sama lain. Kukira, Nathaniel pasti mengagumi ambisi Margaret, seperti yang dibilang John. Tapi lebih dari itu, dia bakal rela ikut serta dalam perjuangan Margaret, menyokong keberanian dan kehormatannya."

Mark Twain mengembuskan napas panjang, "Oh betapa indahnya kisah cinta orang. Dua keteguhan menjadi tak terkalahkan. Wah, aku puitis sekali."

"Ya, ya, kami sangat terkesan. Coba tambahkan kutipan Hamlet atau pepatah kuno atau perumpamaan yang bagus." Huck menanggapi dengan ogah-ogahan.

"Oh, ide bagus! Woi John, kau bisa menumbuhkan bunga Edelweiss tidak?" Mark berteriak pada John Steinbeck yang mungkin didengar seluruh orang di ruangan itu karena mereka menoleh padanya. John menepuk jidat lalu menghadiahi Mark dengan tatapan yang-benar-saja-kau-kutil-kuda.

***

Mark Twain hanya bisa membelalak melihat tubuh Margaret dan Nathaniel. Darahnya berdesir, tubuhnya dijalari kengerian hebat, namun juga murka. Kondisi keduanya sangat buruk, terutama Margaret. Tubuhnya seolah dihujam dan dicakar dengan bilah-bilah pedang, atau dihujam sesuatu oleh binatang buas yang tidak puas hanya dengan membunuh mangsanya. Mark menatap Francis skeptis. "Bisakah ...?" Namun Francis hanya berpaling.

Moby Dick yang luas itu menjadi semakin hampa baginya. "Katanya, Margaret melindungi Nathaniel." Tom Sawyer membuka keheningan panjang.

Mark menoleh ke arah Tom. "Benarkah ...?" Suaranya menggantung jauh di dalam sana, lalu tersenyum pedih. "Aku benar, 'kan? Mereka ada untuk satu sama lain."

Huck dan Tom hinggap di bahunya, berusaha memberi ketenangan pada masternya. Mark bersyukur memiliki kemampuan berbentuk boneka mini seperti mereka, yang bisa diajak bertukar cakap. Dia tidak merasa sendirian, namun tetap saja ... kehilangan rekan terasa amat pedih baginya. Belum lagi, mungkin, ini berarti tanda-tanda gagalnya misi mereka. Singkatnya, bukan saja dia bakal kehilangan Margaret, tapi semua temannya.

"Jangan khawatir, Margaret mungkin belum mati, cuma mendekati. Masih bisa ditarik kembali." Tom berusaha menenangkan.

"Tetap saja. Kalau guild bubar, kita menjadi anak jalanan selamanya," timpal Mark.

"Tidak usah ok kesepian begitu. Kau punya kami." Benar, Mark punya mereka. "Dan Hawthorne mungkin bakal siuman beberapa jam lagi, bergembiralah sedikit," ujar Huck memberi tepukan kecil tangan mininya pada bahu Mark.

"Kau benar. Ayo sambut Nathaniel dengan riang sebelum dia membunuh kita semua kalau tahu Margaret ... ya, begitulah," sarkas Mark.

"Memang surat dan perangko, mereka itu," komentar Tom.

"Dan tahan air."

"Dan kokoh seperti beton."

"Dan tahan bencana."

"Ya ya, mereka memang kuat. Menjadi tempat bersandar satu sama lain yang diakui oleh lubuk hati mereka yang terdalam, meski pada lapisan paling ceteknya mereka menolak mentah-mentah." Mark tersenyum lalu beranjak dari dek, menuju kamar John memmutik pucuk-pucuk pohon anggur, lalu mengambil dua wadah di dapur dan mengisinya dengan air.

"Kau tahu, kita tidak punya Edelweiss di sini, ataupun di bawah. Jadi, anggap saja ini sebagai bunga Edelweiss. Semoga hatimu tetap kokoh seperti bunga itu, walau diterjang cekaman apapun. Aku yakin, dengan keberanian dan usahamu, keluargamu pasti bangga padamu, dan kehormatan mereka akan kembali." Usai berpidato singkat, Mark meletakkan pohon anggur itu pada meja kecil di sisi Margaret. Pemberhentian berikutnya, tepi ranjang Nathaniel.

"Kuharap kau tetap diberikan ketabahan dan kekuatan oleh Tuhan. Tetaplah berdiri tegap, tapi jangan jadi gila karena murka. Aku mending mendengarkan seribu satu ceramahmu itu." Huck dan Tom bertukar pandang, bingung dengan hal sinting yang dilakukan masternya.

"Nah, kita bakal menyajikan serangan penutup untuk anak kucing. Mari berikan yang terbaik, lalu cari tempat kerja lain yang seru tapi damai." Mark menepuk kedua tangannya seolah menemukan terobosan besar setelah jalan buntu, lalu bersiap untuk bagiannya sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top