That One Flower
That One Flower
Haikyuu!! © Furudate Haruichi
Yamamoto Taketora x OC
Story © iC0ffeeU
.
.
.
"Jadi? Jenis bunga apa yang kau pilih?"
Pemuda punk yang disoroti pertanyaan oleh sang kapten dari tim voli putra Nekoma alias Kozume Kenma itu mengacak-acak rambutnya yang hanya terletak di bagian pusat kepala. Meski gerakan tangannya begitu kasar, tapi itu tidak membuat rambutnya benar-benar berantakan seperti yang diharapkan. Bukan yang seharusnya pula yang terpancar dari sepasang emas Kenma; pemuda bersurai puding itu mendelik kala melihat aksi mengekspesikan kefrustasian dari Yamamoto Taketora; si pemuda punk.
"Kenapa kau malah menjauh dariku dengan wajah tidak mengenakkan begitu, hah?!" Taketora mengaum tidak terima. Kenma berjalan menyamping, menjauhi tubuhnya dari cipratan liur Taketora yang biasa terjadi ketika ace Nekoma itu mengamuk. 'Seperti namanya, kalau marah benar terlihat seperti singa,' Batin Kenma sembari menatap datar rekannya itu. Kenma menghela nafas sebelum mengungkapkan alasan mengapa dirinya mengambil beberapa langkah supaya lebih jauh dari Taketora. "Kau kalau marah-marah, pasti liurmu bercipratan kemana-mana.
Shohei mengangguk sebagai perwujudan kesetujuan dari penyataan Kenma dengan kondisi kepala yang sudah ditutupi oleh jersey klub. Beberapa dari adik kelas 1 pun turut melakukan hal yang serupa. Taketora yang sudah disuguhi realita dari gagasan Kenma pun mau tak mau menelan fakta tersebut dengan berat hati.
"Jadi, bunga yang mana? Sebentar lagi waktu klub dimulai, lho," Tanya Kenma dengan nada yang sedikit kasar, mulai kesal perkara Taketora yang sudah bodoh, makin bodoh pula karena jenis bunga. Baik Taketora maupun Kenma, keduanya tidak memiliki pengetahuan lebih mengenai tanaman cantik yang disukai oleh semua wanita di bumi ini. Hal yang sama juga berlaku pada anggota lainnya.
Taketora mendengungkan gumaman tak jelas sembari menatap lekat satu persatu bunga di toko tanaman yang mereka singgahi. Diberi saran bunga mawar, lili dan tulip oleh sang karyawan toko tapi Taketora menolak. Dia tak ingin bunga yang biasa untuk sosok yang luar biasa. Kenma sudah mendamprat pemuda sok tahu ini di benaknya.
Seolah doa dari seluruh anggota klub yang sudah menunggu selama 45 menit terkabul oleh Tuhan Yang Maha Adil, perhatian Taketora jatuh pada satu bunga berwarna kuning muda. Mahkotanya pipih, memanjang dan berjumlah banyak. Bunga itu pernah dia lihat sebelumnya, tapi dia tidak pernah mengetahui nama bunga ini. Karena merasa tertarik, Taketora segera bertanya pada sang karyawan, "Yang ini harganya berapa?" Sebuah kalimat kecil yang menimbulkan helaan nafas lega dari para anggota klub.
"Per-tangkainya 300 yen," Jawab sang karyawan dengan senyum, juga merasa lega setelah menemani kawanan kucing ini selama empat puluh lima menit. Kenma melirik Taketora, pemuda itu menjengit dan wajahnya sedikit pucat. "C-cuma bisa beli setangkai, ya ..." Cicitnya. Perempatan muncul di dahi Kenma, "Kau kira harga bunga sebuket itu seharga dua roti kare di minimarket, hah?"
***
"Begitulah ceritanya."
Sepasang manik berwarna madu mengerjap, terdiam dan tak lama kemudian mengangguk. "Jadi begitu ya, Yaku-san." Ucapnya. Yaku tertawa, "Ya, Kenma menceritakannya padaku. Dasar Taketora, tak kusangka ia diam-diam menyukai sepupuku."
Aisuru menatap sebuket bunga gerbera berwarna kuning muda di genggamannya. Dulu, saat waktu latihan klub, seluruh anggota terlambat sepuluh menit dari jam latihan. Ketika mereka datang, semuanya segera menyiapkan peralatan klub dan berlagak seperti tidak ada hal khusus yang terjadi. Aisuru juga tidak memikirkannya, hingga akhirnya kakak kelasnya yang berambut punk menghampiri dirinya dan memberi bunga cantik tersebut dengan ucapan selamat ulang tahun yang terbata-bata. Semuanya berjalan baik, hanya canggung menyelimuti ketika Aisuru berceletuk: "Senpai, bunga ini biasa diberikan untuk pasangan yang sudah lama terikat cintanya di atas altar pernikahan."
Setelah dia mengatakan itu, wajah sang ace pun lantas merah padam. Aisuru menelengkan kepala ketika Taketora terbirit-birit ke toilet. Lev dan Sho gencar menjahili sang dara saat itu juga, walau tidak memberi efek rona kemerahan pada pipinya. Raut wajahnya datar layaknya jalanan beraspal. Meski begitu, untuk pertama kalinya, tumbuh sebuah bunga kecil di hatinya.
"Hahaha, ternyata dia memberikanmu bunga yang serupa!" Ucap Yaku diiringi tawa. "Bedanya, kali ini lebih bermodal, ya!" Lanjut si pemain voli profesional itu. Sang dara tersenyum kecil, "Bunga gerbera juga hadir ketika hari pernikahan kami."
Yaku terkekeh dan mengusap surai berwarna serupa dengan buket bunga gerbera yang sedang digenggam oleh sang adik sepupu. Senyum merekah seraya berkata, "Sekarang, bunga yang serupa juga hadir hari ini. Selamat atas kelahiran anak pertamamu, Ai-chan!"
Wanita Yamamoto itu mengangguk dengan senyum cerah, "Terima kasih, Yaku-san."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top