Temodemo no Namida
Temodemo no namida
Obey me [NTT Solmare : Shall we date?]
Lucifer x OC
Written by Kurosaki_neko
.
.
.
***
Dunia demon dan manusia, bukanlah hal yang mudah untuk disatukan. Banyak perbedaan besar yang terjadi diantara mereka.
Neko, seorang siswa pertukaran pelajar dari dunia manusia pun membuka matanya yang berwarna merah ruby. Matanya menatap langit dunia demon yang tidak pernah ada pergantian waktu meski sudah pagi.
"Oi, Neko. Apa yang kau lakukan disana? Kau bisa terlambat nantinya."
Neko mengalihkan pandangannya pada pemilik suara baritone yang berbicara padanya. Neko pun tersenyum, "Tidak masalah untukku. Karena kau juga yang akan bicara pada Diavolo jika aku terlambat, Lucifer."
Lucifer adalah anak pertama dari enam bersaudara. Dia lah yang mengatur semuanya tentang keenam adiknya juga tentang Diavolo, pangeran Devildom yang mendidirikan sekolah di Devildom. Selain itu, menurut para penduduk Devildom, Lucifer adalah seorang malaikat yang kalah dari Great War bersama keenam adiknya dan karena berhasil menaklukkan Cerberus, mereka menjadi seorang yang mengatur Devildom.
"Jangan membuat masalah atau kau akan mendapatkan hukuman yang sepadan." Lucifer menghela nafas panjang sebelum akhirnya mereka berjalan bersama menuju kelas.
Meski tampak biasa saja, sedari dahulu Neko menyimpan rasa suka pada Lucifer. Hanya dengan berjalan bersama seperti ini saja sudah cukup membuatnya bahagia meski hatinya sudah tersesat dengan perasaan yang tidak seorang pun tahu.
"Pelajaran nanti, aku rasa kita hanya masuk kelas sebentar. Karena Diavolo akan memanggil kita untuk rapat jam 10." Lucifer bicara tanpa menatap lawan bicaranya sedikitpun.
Namun bicara sedekat ini pun sudah membuat Neko senang, "Oh, aku rasa Diavolo akan membutuhkan banyak bantuan kita. Karena dia selalu merencanakan tanpa memikirkan resikonya pada kita."
"Bagaimanapun jangan terlambat." Lucifer menegaskan ulang sebelum berpisah dari Neko.
Saat perpisahan itu, senyum Neko luntur. Ia menundukkan kepalanya seperti menahan air mata. Hatinya sesak karena tidak bisa menyampaikan perasaannya pada Lucifer. Namun segera, ia menahan dan bersikap tegar karena hidup memang tidak selalu sesuai dengan harapan.
*****
Neko hanya tersenyum miris mengingat semua kenangannya di Devildom. Ya, semuanya hanya kenangan karena ia sudah kembali ke dunia manusia setelah kelulusannya dari RAD.
Ia berjalan seorang diri menuju kafe terdekat dari daerah kampusnya. Menikmati teh dengan sepotong kue red velvet, memancing nostalgia nya terus terputar di angannya.
"Lucifer." Neko tidak sengaja menggumamkan nama demon yang menjadi cinta pertamanya. Sayangnya, ia tidak pernah bisa mengungkapkan perasaannya hingga saat ini.
Neko menghela nafas lelah. Entah sudah berapa kali ia menghela nafas di sore hari ini. Beberapa kali, ia mengerjakan matanya pada secangkir teh yang ada di hadapannya sebelum akhirnya ia menatap keluar cafe yang sedang hujan.
Didekat kaca, terdapat bunga ajisai berwarna biru yang tampak dengan riangnya bermain-main dengan hujan. Apakah dia sedang meledek Neko yang sedih karena tidak bisa menyatakan perasaannya pada cinta pertamanya hingga sekarang? Ataukah bunga ajisai juga menangis seperti Neko?
Setelah membayar, Neko langsung pergi. Ia membuka payungnya dan berjalan pelan ditengah rinai hujan.
Entah mengapa meski ia memakai payung, rasanya ia tetap basah. Semakin lama dipendam, rasa sakitnya semakin bertambah hingga air mata tidak sengaja menetes dari matanya yang indah.
"Mengapa?" Neko bergumam, bertanya pada dirinya sendiri mengenai dirinya yang tidak bisa mengatakan perasaannya pada cinta pertamanya, Lucifer.
"Aku rindu." Neko kembali bergumam, hatinya semakin sesak dan sesak. Ia ingin bertemu Lucifer dan meneriakkan perasaannya yang tidak tersampaikan.
Neko mengambil nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Ia ingin dirinya tenang dan tidak semakin larut dalam jeratan perasaannya sendiri. Ia bahkan mengedarkan pandangannya ke sekitar dan ia mendapati siluet Lucifer.
"Lucifer?" Neko menggumamkan nama Lucifer. Namun segera, Neko menggelengkan kepalanya.
Ia pasti sedang berhalusinasi. Karena seorang demon seperti Lucifer tidak akan ke dunia manusia tanpa alasan yang kuat dari adik-adiknya ataupun atas suruhan Diavolo. Hati Neko sudah lelah dan pikirannya membuat keputusan untuk berlari saat ini juga.
Ia tidak peduli payungnya hilang, ia tidak peduli akan basah kuyup. Ia hanya peduli, air matanya terhapus air hujan. Ia berharap, hujan menghapus semua perasaan yang ia punya pada cinta pertamanya yang tidak pernah tersampaikan.
Bagaimanapun, Neko tidak ingin mengingat semua ingatannya tentang cinta pertamanya. Ia ingin menutup kisah cintanya yang tidak pernah terbalas.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top