Sea Breeze

Sea Breeze.

Lobotomy Corporation © Project Moon
OC © Lucifenia.
Benjamin x OC
Story © himulunia 

!! SPOILER WARNING !!

.
.
.
***

Laut terdengar tenang, deru ombaknya bermain-main seolah sedang melantunkan sebuah lagu.

Daphne kembali ke tempat ini. Tempat dimana ia terakhir kali berjumpa dengan orang yang dicintainya.

Laut tidak pernah berubah sedikitpun semenjak hari itu, dan akan lebih baik begitu. Agar ia tahu, bahwa ada saksi mata dalam pertemuan mereka berdua.

Deru ombak kembali terdengar, kali ini dengan gelombang yang lebih besar dan mencapai kaki Daphne.

Meski matahari masih berdiri tegak di atas sana, suasana di sekitar laut terasa abu-abu.

Rasanya seperti ada orang yang tengah berdiri di sampingnya, seperti saat itu. Saat ia memandang jauh ke dalam cakrawala dan menanti matahari untuk turun ke dalamnya.

Saat ia menoleh, ia mendapati dirinya melihat sosok bayangan orang yang dicintainya, lengkap dengan senyum lembut dan mata hijaunya. Ia tahu semua ini hanya bayang-bayang diciptakan dari angannya, tapi ia tak kuasa untuk mengingat kembali percakapan mereka kala itu.

***

"Bunga itu menarik ya, sifat aslinya kadang bisa berbeda dengan makna dari bunga yang sesungguhnya," seorang pria berucap sambil berjalan mendekat ke arah Daphne.

"Oh, selamat pagi Benjamin, aku kira kamu masih berkutat dengan penelitianmu itu," Daphne berbalik dan tersenyum ke arahnya.

"Haha, kalau bisa dibilang, iya, aku sebenarnya masih melakukan penelitian untuk projek ini, tapi Guruku bilang kalau kamu dating, jadi aku memutuskan untuk berhenti sejenak dan menemuimu," ujar sang pria.

"Hmm... kelihatannya kalian cukup sibuk belakangan ini, mungkin aku seharusnya mengurangi kunjunganku kemari agar tidak mengganggu kalian," Daphne terkekeh geli sementara Benjamin langsung mengerutkan kedua alisnya.

Ia sama sekali tidak terganggu akan kedatangan Daphne. Malahan, kedatangannya adalah hal yang ditunggu-tunggu oleh Benjamin selama beberapa minggu ini—atau begitulah yang Daphne harapkan, pada kenyataannya ia tidak pernah tahu apakah Benjamin benar-benar menanti pertemuan mereka atau tidak, atau mungkin dia hanya tidak nyaman dengan ide memutus hubungan secara langsung.

"Tolong jangan bicara seperti itu..." Daphne hanya bisa tertawa melihat reaksi pria disampingnya itu.

"Bercanda kok, selama tidak ada masalah di pekerjaanku, aku akan datang mengunjungi Laboratorium seperti biasanya," wanita itu terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "omong-omong soal bunga itu, apa yang kamu maksud?"

"Ah, soal itu," Benjamin merogoh saku jas Laboratoriumnya dan mengeluarkan setangkai bunga berwarna ungu, "Carmen-ssi membawa beberapa anak dari Outskirt masuk ke dalam Laboratorium, aku dan Guruku sempat membawa mereka jalan-jalan dan menemukan bunga ini."

Daphne mengernyitkan dahinya, bukannya berbahaya untuk membawa bunga yang tidak diketahui asal usulnya ke dalam rumah? Tidak, bahkan menyentuh bunga yang tidak diketahui asal usulnya saja sudah berbahaya.

Seolah menjawab kekhawatiran Daphne, Benjamin langsung melanjutkan ceritanya, "Kalau kamu khawatir soal keselamatan, tenang saja, bunga ini aman kok, kami tidak mungkin menyentuh sesuatu sembarangan."

"oh, syukurlah kalau begitu..." Daphne menghembuskan nafasnya lega.

"Kembali ke topik, kebetulan sekali saat aku membacakan buku untuk anak-anak itu, aku menemukan bagian yang membahas tentang makna dan arti bunga," Benjamin memberikan bunga tersebut kepada Daphne.

"Nerium Oleander, itu bunga yang beracun, tapi berarti takdir dan cinta romantis. Lily of the Valley, berarti kebahagiaan dan keberuntungan. Bukankah aneh bahwa kedua bunga itu beracun tetapi memiliki makna yang sebaliknya?" Daphne menatap erat bunga yang ada di tangannya.

Bunga yang ada di tangannya jelas bukan bunga beracun, Benjamin sendiri yang bilang kalau bunga ini aman.

"Untuk bunga yang ini, namanya Gentian, artinya keadilan dan kemenangan. Memang bukan bunga yang sifatnya berkebalikan sih, tapi bukankah arti namamu adalah Laurel? Kalau tidak salah makna tumbuhannya juga kemenangan bukan?" Benjamin tersenyum, suara debur ombak yang bergema di belakangnya mengabur.

"Bunga ini mengingatkanku akan dirimu jadi..."

"...aku memutuskan untuk memberikannya kepadamu."

Bersamaan dengan ucapan itu, seluruh suara seakan menghilang dari pendengaran Daphne. Begitu pula dengan figur sang pria, bayangannya perlahan menghilang, ditiup oleh angin hangat yang berjalan pergi menuju laut.

Angan-angannya selesai disini. Setelah Benjamin memberikan bunga itu padanya, Daphne ingat kalau sang pria mengundangnya masuk ke dalam Laboratorium untuk minum Bersama. Ia tidak tinggal lama disana, hanya satu atau dua hari sebelum kembali ke Kota.

Setelahnya, ada satu atau dua kunjungan lagi dan Daphne berhenti mengunjungi Laboratorium tersebut. Ayin bilang, eksperimen mereka sedang mencapai puncaknya dan meminta untuk orang selain anggota Laboratorium untuk tidak berkunjung. Memang, Daphne masih bertukar surat dengan Benjamin, tapi itu semua terhenti.

Karena Laboratorium diserang oleh Arbiter.

Bukankah menyedihkan bahwa janji mereka di pertemuan terakhir adalah untuk bertemu kembali? Pun dengan pengharapan di dalam surat yang mereka tulis agar bertemu kembali.

Rasa-rasanya, Daphne masih ingat bahwa ada makna lain dari bunga Gentian yang pernah diberitahukan oleh salah satu temannya,

Cinta adalah kesedihan.

Mungkin itu lebih menggambarkan keadaannya, meski sebenarnya ia kurang menyukai hal tersebut.

Ah, tapi mungkin kesedihan itu akan segera berakhir.

Karena Daphne akan pergi mencari apa yang tersisa dari orang terkasihnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top