Precious Moment

Toilet Bound Hanako-kun © AidaIro

Precious Moments
Story by : eriwilliams

Mitsuba Sousuke & Minamoto Kou

WARNING: Mengandung spoiler manga

 

~

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi, tapi suasana di Akademi Kamome masih saja riuh rendah. Entah mereka yang mengikuti kegiatan klub, atau hanya ingin berlama-lama di sekolah. Atau mungkin, mereka yang belajar di perpustakaan.

Namun, ada juga yang hanya bisa melihat suasana ramai seperti itu dari jauh, tanpa bisa ikut bergabung di dalamnya. Seorang supernatural, yang hanya bisa mengamati suasana sukacita sepulang sekolah dari kaca jendela.

"Jangan ngejongkok di situ, dong, ngeganggu tahu."
Mitsuba menatap sosok kuning ber-anting norak itu, memastikan apakah dia benar-benar bicara padanya. "Minamoto belum pulang?"

"Gimana aku bisa pulang kalau kamu ngehalangin pintu depan begitu?"
Mitsuba menggeser sedikit posisinya. Tapi sebelum Kou menjauhi pintu depan, dia mendapatkan ide lain.

"Ah, mumpung Minamoto belum pulang, temani aku sebentar, yuk!"

"Kenapa lagi, aku capek habis ngebersihin toilet, nih," tolak Kou.

"Yaaah ... nggak cuma norak, ternyata kamu juga nggak punya hati." Mitsuba memasang wajah paling memelas.
Tentu saja Kou menyerah. "Iya deh, kutemani."

Mereka berdua berjalan ke daerah lapangan yang sepi. Sebelum Mitsuba memulai ceritanya. "Kemarin aku bosan, terus aku lihat-lihat suasana sekolah lewat kaca jendela lagi. Kayaknya kegiatan klub asyik juga, aku lihat 'Mitsuba' dulu ikut klub fotografi, ya, karena penasaran, jadi aku mampir ke ruang klubnya. Nah, di sana aku nemu beginian." Mitsuba memunjukkan sebuah kamera digital.

"Itu dari ruang klub?" tanya Kou.

"Iya."

"Kamu mencurinya?"

"Enggak, kok, aku cuma mengambil."

"Sama aja, bego."

"Tapi aku juga lihat hal lain." Mitsuba mengubah topik pembicaraan. "Itu... sebelum ini kamu juga pernah menemani 'Mitsuba' waktu foto-foto di sekolah, 'kan. Sebelum... dia dilenyapkan..."
Dilenyapkan Tsukasa. Mitsuba hampir saja mengatakan itu. Dilihatnya ekspresi Kou berubah, Kou menggaruk tengkuknya. "Yah... waktu itu dia yang minta, jadi..."

Mitsuba mendekatkan wajahnya ke Kou. "Nah, sekarang giliran Minamoto temani aku, ya!"

Kou mengerjap, dia tidak bisa menolak. "Eh, baiklah." Tapi kemudian dia menyadari raut wajah Mitsuba berubah. "Hm? Kenapa, Mitsuba?"

Jelas sekali Mitsuba kebingungan, dia tampak memutar-mutar kamera digital di tangannya.

"Jangan-jangan, kamu nggak tahu cara pakainya?" tebak Kou.

"Eh... hehe, habis, selama ini aku 'kan cuma lihat dari jauh." Mitsuba meringis.

"Duh, kamu itu, ya... sini kuajari." Kou mengambil kamera digital itu dan menunjukkan fungsi beberapa tombol dan bagaimana cara menggunakannya. Sepertinya Mitsuba sudah mulai mengerti.

"Oh, aku mengerti. Makasih Minamoto!" Mitsuba kembali mengambil kamera itu dari tangan Kou.

Mereka berkeliling area sekolah sementara Mitsuba mulai memotret apapun yang dilihatnya. Dia akan berteriak heboh setiap mengambil satu foto dan mengatakan kalau terus begini kemampuan fotografi bakal melampaui fotografer profesional.

"Lho, kok hasilnya begini!" Melihat Mitsuba mengeluh atas satu foto, Kou segera mengintip dari balik bahunya untuk melihat foto yang dimaksud.

Itu foto anak-anak dari klub sepak bola. Tapi fokus pada foto itu buram, karena diambil saat mereka sedang berlarian.

"Ngefoto objek bergerak itu memang agak susah. Lihat yang lainnya, dong." Mitsuba menggeser tombol kameranya agar Kou bisa melihat hasil jepretannya yang lain. Tapi Kou mengerutkan kening.

"Eh ... maaf Mitsuba, tapi sebetulnya yang kamu foto itu apa sih, kayaknya di foto-foto ini nggak ada objek khusus." Sebagian foto yang diambil Mitsuba memang hanya pemandangan acak sekolah tanpa benar-benar memfokuskan pada satu objek. Kesannya seperti dia hanya memotret asal saja.
Mitsuba kembali mengamati hasil jepretannya. "Aku cuma memfoto suasana sokolah kok, apa ... hasilnya kurang bagus, ya?"

"Bagus kok, cuma ...." Kou menggantung kata-katanya. Mungkin Mitsuba memang kurang cocok dalam bidang fotografi, tapi Kou tidak ingin menyakitinya.

Mitsuba diam sebentar, kelihatannya menangkap maksud ucapan Kou. "Mm ... memang sebaiknya aku nggak mencoba meniru 'Mitsuba', ya?"

Setelah berkata begitu, Mitsuba berbalik dan kembali mengambil gambar. Kali ini dia memotret langit sore.

"Soalnya kamu 'kan bukan dia." Saat Mitsuba menoleh, Kou sudah berada di sebelahnya.

 "Kamu ya kamu, 'Mitsuba' ya 'Mitsuba'. Kalian itu beda, jadi kenapa kamu nggak coba cari apa yang benar-benar ingin kamu lakukan, bukannya malah mengikuti 'Mitsuba'?"

Mitsuba mengerjap, agak kaget dengan pernyataan Kou barusan. "Menurut Minamoto begitu?"

"Yah ... itu pikirku sih ...." Kou menggaruk tengkuknya, mungkin agak tidak menyangka dirinya bisa mengatakan hal seperti itu. "Tapi menurutku, agak salah kalau kamu terus-terusan mencoba meniru orang lain. Kalau begitu caranya, nanti kamu jadi nggak tahu apa yang benar-benar kamu inginkan, dong."

"Bahkan meskipun kamu seorang supernatural, tetap jadi dirimu sendiri itu yang terbaik, Mitsuba!"

Hening sesaat. Mitsuba bisa melihat Kou mengatakan semua itu dengan bersungguh-sungguh. Itu membuatnya teringat akan satu hal.

Saat mereka berada di dunia rekaan buatan Shijima, waktu itu Mitsuba tahu harapannya untuk menjadi manusia biasa tidak akan terwujud. Tapi Kou, dengan sungguh-sungguh mengatakan akan mewujudkan harapannya, lalu bersama-sama mereka kembali ke dunia nyata.

Sekarang kalau dipikir-pikir, kejadian waktu itu agak membuatnya geli. Kou tentu saja tidak punya rencana atau kemampuan apapun untuk mengubah seorang supernatural menjadi manusia biasa, tapi kata-kata itu tetap menenangkan bagi Mitsuba.

Mitsuba menghela napas. "Iya deh, aku ngerti, hari ini kamu jadi cerewet, deh."

Kou, yang tidak terima karena dibilang cerewet, memprotes balik, "Apaan sih, kan kamu yang duluan minta temani."

Mengabaikan protes Kou, Mitsuba kembali menatap kamera digital di tangannya. Dia memang tidak bisa jadi 'Mitsuba', tapi barangkali dia bisa mencoba hal lain.

"Eh, Minamoto, fotoin aku, dong."

Mitsuba menyerahkan kamera di tangannya pada Kou, yang menatap kamera itu dan Mitsuba bergantian sebelum menyanggupi permintaannya.

"Tuh 'kan, sudah kuduga, ternyata aku lebih cocok jadi model!" Mitsuba berseru senang saat melihat hasil foto-fotonya itu.

"Yah ... terserah kamu aja, deh." Kou tidak bisa berkomentar apapun mengenai itu.

"Kalau aku bisa jadi manusia, pasti asyik ya," bisik Mitsuba, pelan sekali agar Kou tidak bisa mendengarnya.

"Tadi kamu bilang apa?" tanya Kou.

"Bukan apa-apa, kok." Mitsuba segera mengalihkan pembicaraan. Dia tidak ingin membuat Kou kepikiran. "Kamu tahu Minamoto? Hari ini aku senang sekali, kamu sudah menemaniku sampai di sini. Kalau setiap hari aku bisa bersenang-senang bersamamu seperti ini, rasanya nggak apa-apa aku tetap jadi supernatural saja."

Tanpa menunggu balasan dari Kou, Mitsuba langsung melompat ke kaca jendela terdekat dan kembali ke dunia perbatasan. Dia mengeluarkan kepalanya sekali dan berkata, "Oh, tenang saja, kameranya nanti bakal kukembalikan, kok." Sebelum menghilang dari jendela.

Mitsuba memperhatikan saat Kou menggaruk kepalanya dan, karena tidak ada yang bisa dia lakukan, pergi dari situ.

Saat itu Mitsuba berpikir, meskipun dia seorang supernatural, ada berapa banyak kenangan berharga yang bisa dibuatnya, seperti sekarang ini. Jika terus begitu, barangkali tidak apa-apa jika keinginannya untuk menjadi manusia tidak terwujud.

__________

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top