Land of Gods

Land of Gods

– a Honkai Star Rail x Record of Ragnarok fanfiction

Silver Wolf & Sherry Schariac (OC)

Honkai Star Rail © miHoYo Co., Ltd

Record of Ragnarok © Shinya Umemura, Takumi Fukui and Ajichika

Story & OC © Rashi-cchi

***

"Sherry, lagi apa?"

Sang gadis bersandar di mulut pintu dengan kedua tangannya membawa sepasang konsol game. "Temani aku main game, yuk. Ada event baru."

"Aku lagi baca komik." Yang dipanggil Sherry menyahut, sepasang netra hitam uniknya terus berfokus pada komik di tangan. "Nanti dulu ya, Wolfie. Lagi seru-serunya, nih."

Perempatan siku imajiner muncul di kepala Silver Wolf. Ia mendecak kesal, kemudian merebut paksa komik yang ada di tangan gadis itu.

"Hei, kembalikan!"

Silver Wolf membolak-balikkan halaman dengan kasar. Setelah membaca, kedua alis Silver Wolf bertaut penuh tanda tanya. Ia membuka komiknya tepat saat sosok Hades digambarkan penuh sehalaman, ia menunjuk wajah karakter fiksi itu. "Jadi, si rambut uban ini yang membuatmu gila?"

"Sembarangan saja menghinanya rambut uban! Dia adalah Tuan Hades!" Sherry mengambil komik tersebut dari tangan Silver Wolf. "Duh, tampan sekali, sih."

"Tampan apanya, sih? Padahal mirip gondes begitu," cibir Silver Wolf.

Sherry memiringkan kepalanya. Dengan bingung ia bertanya, "Gondes? Apa itu?"

"Gondrong desa. Gondrong, tapi tidak terawat."

Pada detik berikutnya, Sherry sudah mencengkram kerah jaket Silver Wolf dengan geram. "Apa? Coba, ngomong sekali lagi."

"Gondes. Gondrong. Desa."

"Mata kamu rusak, ya?! Hades itu–"

Belum sempat Sherry mengeluarkan kata-kata sepanjang jalan kenangan untuk membela oshi seperti membela negara, dari mulut pintu muncul sosok wanita dewasa, ia mengucap satu kalimat, "Dengarkan aku; Sherry, berhentilah."

Selanjutnya, Sherry bungkam dan melepas cengkraman pada jaket Silver Wolf. Ia mengerucutkan bibir dengan sebal.

"Bagus, bagus. Anak pintar." Wanita yang tadi dipanggil Kafka tersenyum puas sambil mengusap pucuk kepala Sherry. "Untung aku datang tepat waktu."

Sherry memutar bola matanya dengan malas. Ia lantas mencibir, "Tidak usah pakai spirit whisper padaku, bisa?"

"Bisa, tapi nanti kamu keburu berceloteh panjang." Kafka hanya terkekeh. "Aku datang untuk menyerahkan naskah Elio."

Kini berganti Silver Wolf yang memutar bola matanya, alih-alih mengindahkan Kafka; ia justru sibuk memainkan konsol game-nya. "Duh, malas amat."

"Naskahnya seperti apa?"

"Biar aku bacakan." Kafka membuka gulungan yang diberikan Elio dan berkata, "Sang angsa dan sang serigala terjebak di tanah para dewa saat bermain-main di pohon kehidupan; mereka akan kembali membawa harta berharga setelah menyelamatkan nyawa."

"Sang angsa akan bertemu seseorang yang mendebarkan, sementara sang serigala akan memainkan permainan paling mengasyikkan."

Baik Sherry dan Silver Wolf saling bertatapan dengan heran. Seolah saling memahami satu sama lain, kedua gadis itu memandang Kafka dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Keduanya berbarengan bertanya, "Maksudnya?"

"Terjebak di tanah para dewa, dewa itu maksudnya Aeon, kali," tebak Silver Wolf.

"Wuih, seru dong! Jangan-jangan, nanti kita bertemu Yaoshi, Nanook, IX dan Lan sekaligus?" Sepasang netra Sherry berbinar-binar. "Kalau aku bertemu mereka dan memancing keributan, itu 'kan sangat mendebarkan! Lalu Wolfie akan memainkan permainan yang asyik, namanya lari dari kematian! Cocok seperti naskah, 'kan?"

"Cocok, tapi mati."

"Ah, aman kok!"

"Itu kamu doang yang aman, aku sih mati. 'Kan tidak sepertimu, aku tidak abadi."

Sebelum keduanya membahas interpretasi naskah mereka lebih lanjut, Kafka menyerahkan naskah tadi pada mereka berdua. "Ya, lanjutkan saja pembicaraan kalian, aku pergi dulu."

"Kata Elio, kalian akan berangkat tiga hari lagi ke pohon kehidupan; Yggdrasil."

***

"Ini benaran Yggdrasil?"

Sherry terheran-heran. Kali ini dia benar-benar syok melihat tempat yang ia datangi.

"Apanya yang salah, sih? Sudah benar, kok." Silver Wolf mengutak-atik komputer virtualnya dan diperlihatkan ke Sherry. "Tuh, baca. Ini Yggdrasil."

Sherry menepuk kening sebelum tangannya turun untuk memijat pangkal hidungnya. "Katanya, Yggdrasil itu pohon kehidupan, 'kan?"

"Tapi ini sih hanya pohon lapuk yang dikelilingi reruntuhan! Apanya yang pohon kehidupan? Ini mah kayak alam kematian!"

Silver Wolf meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, memberi kode agar rekannya itu diam. "Hei, awas kualat. Di sini merupakan tempat yang sakral. Katanya."

"Tuh 'kan, kamu sendiri juga tidak yakin." Sherry menyahut dengan sewot. "Tapi ya sudah, kita observasi dulu, deh."

Mereka tidak menemukan sesuatu yang istimewa selain celah lubang di tengah-tengah. Celahnya gelap, seperti lubang tanpa dasar.

"Wolfie, 'kan kamu kecil. Coba masuk," celetuk Sherry asal.

Silver Wolf menjulurkan lidahnya dan segera mencibir, "Ogah. Pasti isinya jebakan."

"Halah, sama pohon lapuk begini saja takut." Sherry meledek, kemudian berjalan ke dekat celah pohon. Ia memasukkan tangannya ke dalam celah kecil itu. "Tuh, kosong 'kan?"

Srakkk!

Sialnya, dari dalam celah ada sesuatu yang melilit tangan Sherry. Sherry terlonjak kaget, "Eh, sial! Wolfie, tolong!"

"Lagian ngeyel, sih. Itu namanya kualat!"

"Marahnya nanti saja, bisa? Aku diseret ke dalam!"

"Makanya jangan ngeyel!"

Silver Wolf menarik Sherry, tapi, justru ia semakin terseret ke dalam celah. Akar-akar pohon itu melilit kaki Silver Wolf, menarik paksa dua gadis itu untuk masuk ke dalam sana.

"Gawat–!"

Keduanya jatuh bahkan sebelum mereka sempat mengeluarkan senjata. Teriakan mereka tak lagi terdengar, celah tersebut langsung menutup.

***

"Duh, sakit." Silver Wolf mengusap kepalanya yang terbentur. Untungnya, ia sehat walafiat, tiada luka. "Ini di mana? Gelap kayak masa depan Sherry."

"Minimal, berdiri dulu, lah," gerutu Sherry sambil meronta-ronta, meminta sang rekan untuk segera berpindah.

"Oopsie. Aku tidak sadar kamu ada di bawahku." Silver Wolf kemudian berdiri, kemudian ia menepuk celananya sebelum membantu Sherry berdiri. "Habisnya kamu ceking, rata sama tanah yang kita pijak."

"Berkaca, coba."

Lalu Sherry memeriksa lokasi sekitar, sementara Silver Wolf mengutak-atik komputer virtualnya.

"Tidak ada sinyal." Silver Wolf menyerah. Percuma saja, ia tidak terkoneksi dengan jaringan mana pun. "Kita tidak bisa menghubungi markas."

"Ikut aku saja." Sherry menghela napas, ia menarik tangan Silver Wolf. "Ayo pergi dari tempat ini, di daerah sana ada petunjuk."

"Kata siapa?"

"Insting tentara, Wolfie."

"Halah."

Silver Wolf mengikuti langkah rekannya. Ia sedikit skeptis meski Sherry berjalan dengan yakin. Ajaibnya, Sherry menemukan papan kayu berukir tulisan yang asing.

"Bacain, dong."

"Tunggu, aku terjemahkan dulu." Silver Wolf menyalakan komputer, beruntung fitur penerjemah dapat digunakan secara offline. Gadis itu menunjuk satu arah seraya membaca, "Menuju istana ... Helheim? Ke arah sana, Sherry."

Sepasang netra Sherry membulat.

Apa? Helheim?

Ia melihat ke arah yang ditunjuk sang rekan. Sebuah istana yang megah di kejauhan.

Tidak salah lagi. Sherry sudah sangat mengenali struktur bangunan istana itu.

"Kamu percaya tidak; kalau kita isekai ke dunianya Tuan Hades?" tanya Sherry dengan pandangan mata yang berbinar-binar.

"Mana bisa," cibir Silver Wolf. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. "Kalau benar isekai, tidak mungkin kita ke dunia fiksi."

"Wolfie," panggil Sherry dengan mata yang menatap rekannya intens, "kita harus ke sana."

"Memang–"

"Ish, buruan!" Sherry memotong. Ia angkat Silver Wolf dalam gendongannya, seperti sedang menggendong seorang mempelai wanita. "Pegangan. Aku mau parkour."

"Heh! Kamu gila–AHHHH, SHERRY!"

Enggan membuang waktu, Sherry berlari menuju istana. Ia melompati atap, berputar, menghindari segala halang rintangan tanpa mengenal rasa takut.

Ada pohon, Sherry tebas sampai mampus.

Ada sungai berapi, Sherry injak begitu saja.

Di depan ada dewa lewat! Sherry hanya berputar dengan estetik sambil tertawa.

Silver Wolf menjerit ngeri, rekannya itu sudah seperti kesetanan. Demi Aeon, dia pasti akan mengadu pada Elio dan Kafka nanti.

***

Hades sudah mendengar berita; adiknya tersayang mati di tangan umat manusia.

Sebagai yang tertua dari empat bersaudara di Olympus, Hades tidak terima. Selama ini, ia selalu apatis kalau menyangkut umat manusia, toh ia hanya mengurusi yang sudah mati. Namun, kali ini ia harus membalas dendam Poseidon.

Meski anak buahnya tadi sempat melaporkan ada dua manusia yang membuat kericuhan di pusat kota, Hades akan mengurus mereka nanti, mengingat manusia yang masuk ke Helheim sembarangan takkan bisa kembali ke Valhalla tanpa seizinnya.

Poseidon lebih penting.

Maka dari itu Hades berkemas, membawa bident kesayangannya.

"Gila, Sherry! Berhenti! Kita bisa mampus kalau menerobos!"

Suara siapa itu?

Sepertinya dari luar pintu istana, kalau ia tidak salah dengar. Hades melangkah maju, tetapi sebelum ia membukanya, pintu sudah terbuka duluan dan muncul dua sosok gadis.

Yang berambut hitam tampak ngos-ngosan, sementara yang berambut perak baru saja melompat turun dari gendongan dan sedetik kemudian memukuli si rambut hitam.

Namun, si rambut hitam segera menyambar bibir rambut perak. Hades melihat sepasang netra sang rambut hitam tertuju hanya kepadanya seorang.

"Apakah Anda benar-benar Tuan Hades?" tanya sang gadis itu dengan mata yang berbinar-binar.

Aneh. Dilihat dari manapun, keduanya adalah manusia. Mengapa tiada sedikitpun rasa takut? Setelah tertegun sejenak, Hades menjawab, "Ya, akulah Hades."

Gadis berambut hitam itu berteriak seperti kesurupan, ia tantrum entah karena apa sampai harus ditenangkan oleh temannya.

Lancang.

Untungnya, Hades bukan Poseidon yang ringan tangan. Celakalah ia jika Hades memiliki sifat yang tak kenal ampun seperti adiknya.

"Siapa kalian?" tanya Hades. Ia membetulkan letak eyepatch di mata kanannya. "Berani sekali mengacau di wilayahku."

"Mohon maaf. Bisa-bisanya aku tidak memperkenalkan diri di hadapan sosok yang agung sepertimu, Tuan Hades!" Si rambut hitam terkesan kikuk, ia menundukkan kepala dan meletakkan tangannya di depan dada. "Namaku Sherry Schariac, dan ini Silver Wolf!"

"Aku sangat, sangaaaaat mengagumimu!"

Jawaban yang aneh. Hades memiringkan kepala dan bertanya, "Kagum? Kenapa?"

Silver Wolf bergidik ngeri. Dulu ia pernah dengar celotehan panjang lebarnya Sherry, ia kapok ketika menanyakan alasannya jatuh cinta pada Hades.

"Oh, tentu saja karena Tuan Hades adalah sosok yang–"

"Maaf, temanku otaknya agak miring." Buru-buru Silver Wolf membekap mulut Sherry dengan paksa. "Kami cuma nyasar. Kami pergi, ya."

Sebelum Sherry sempat memprotes, Silver Wolf terlebih dahulu mendorong Sherry untuk keluar dari istana. Akan tetapi, pintu yang megah itu sudah tertutup rapat, Hades menguncinya.

"Aku tidak memberi kalian izin untuk pergi." Hades berujar dengan nada dingin. Lagi-lagi, Sherry tersenyum seperti orang gila saat mendengar suaranya, tapi Hades abaikan. "Jelaskan tujuanmu. Jika jawabannya tak bisa kuterima, akan kulempar kalian ke dasar Tartarus."

Silver Wolf memandang Sherry dengan cemas. Alasan macam apa yang bisa mereka berikan? Hades tentunya takkan memberi mereka waktu untuk berdiskusi. Silver Wolf berbisik, "Jawab dengan benar, jangan tantrum. Kamu jelek kalau sedang menggila, nanti Hades tidak suka."

Oh, benar juga. Sherry harus terlihat elegan dan anggun saat bertemu dengan oshi tersayang. Ia berdeham pelan dan mengatur napasnya.

"Tuan Hades. Kami memang manusia, tapi kami memihak dewa," ungkap Sherry dengan yakin, jantungnya berdebar-debar karena cinta. "Aku ... bisa melihat masa depan. Kamu akan mati kalau tidak dengarkan aku."

"Kenapa aku harus percaya?"

"Sebab aku hanya ingin kamu hidup, sampai akhir."

Soalnya, Sherry sudah tahu kalau dalam komiknya; Hades akan lenyap setelah dikalahkan oleh kaisar pertama China di ronde ketujuh Ragnarok.

Tetap saja, jawaban yang diberikan Sherry terdengar tak masuk akal menurut Silver Wolf. Ia hanya bisa berdoa untuk keselamatan dalam hati.

Hades memandangi Sherry dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Wanita ini gila.

"Buatlah aku percaya." Hades menantang, ia menyeringai. "Lihatlah masa depan. Antara Zerofuku dan Sakyamuni, siapa yang menang?"

"Sakyamuni." Sherry menjawab dengan mantap. "Akan muncul Hajun, raja iblis yang dahulu menghancurkan setengah Helheim."

"Setelahnya, Sakyamuni akan melakukan volundr dengan Zerofuku."

Hades cukup takjub mendengar jawaban yang diberikan Sherry. Seingatnya, ia menutup rapat-rapat soal lenyapnya separuh Helheim oleh eksistensi bernama Hajun itu. Darimana Sherry tahu?

Separuh hatinya jadi ingin percaya. Namun, sebagai dewa, ia meyakini bahwasannya manusia hanyalah makhluk yang gemar berdusta.

"Kalau begitu, ikut aku. Jika perkataanmu benar, aku akan memercayaimu." Hades lalu melangkah, membuka pintu yang ia kunci rapat-rapat. Netranya memandang mereka berdua, memberi kode supaya mereka mengikuti. "Kalau perkataanmu hanyalah omong kosong, kupastikan kalian takkan bisa melihat matahari lagi."

Sherry tersenyum percaya diri. Ia lalu menarik tangan Silver Wolf dan mengajaknya mengikuti langkah sang dewa.

***

Hades sangat terkejut. Kejadian yang ia saksikan bersama Sherry dan Silver Wolf benar-benar tak bisa ia percaya. Belum selesai terkejut dengan kemunculan Hajun, Sakyamuni benar-benar melakukan volundr dengan Zerofuku, lalu pertempuran mereka berakhir dengan kemenangan di tangan Sakyamuni.

"Bagaimana? Sekarang, kamu sudah percaya padaku, 'kan?" Gadis itu tersenyum puas, lalu ia segera memandang sang dewa dengan tatapan serius. "Setelah ini, kamu akan bertarung melawan kaisar pertama China, Qin Shi Huang dengan valkyrie-nya, Alvitr."

"Baiklah." Hades menyanggupi. Sebagai penguasa alam kematian, mendengar nama manusia seperti itu saja takkan membuatnya gentar. "Apa yang perlu kuwaspadai?"

"Tidak ada." Sherry tersenyum manis. Ia memandang Hades lekat-lekat, tangannya menyentuh pundak Hades dengan lembut, nengusapnya perlahan guna meyakinkan sang dewa. "Kamu cukup mengamuk sepuasmu."

"Sungguh?" tanya Hades keheranan. Tadi Sherry bilang Hades akan mati, tetapi jika ditanya soal strategi, Sherry membiarkannya melakukan apapun. "Aku cukup bertarung seperti biasa?"

"Iya! Aku akan bocorkan teknik serangan dia nanti." Sherry tersenyum lebar, lalu ia melirik Silver Wolf yang ada di sampingnya. "Sisanya, biar kawanku ini yang kerjakan~"

Silver Wolf yang tengah bermain game offline miliknya tertegun sejenak. Ia melihat Hades dan Sherry yang kini merangkulnya berkali-kali, bergantian.

Kok perasaan Silver Wolf jadi tidak enak, ya?

"Hah?"

***

"Bagus, Silver Wolf! Terus, terus! Iya, benar begitu, serangan Qin tidak boleh kena di bagian vital!"

"Diam kamu, Sherry! Jangan berisik, aku tidak bisa konsentrasi!"

Silver Wolf tidak tahu lagi harus berkata apa. Bayangkan! Ia harus 'meretas' pertarungan Hades dan Qin. Diam-diam, supaya tidak mencoreng harga diri sang dewa. Sedari tadi ia melakukan pembelokkan arah serangan Qin dan juga memperkuat serangan Hades di momen yang tepat.

Entah darimana Sherry mendapat ide segila ini. Sherry sampai membuatkan sinyal buatan supaya Silver Wolf bisa menggunakan komputernya. Dia juga menyuruhnya untuk memberikan rincian kekuatan Qin untuk dilihat Hades sebelum pertandingan mulai.

"AAAAAH, NYARIS! Wolfie, yang benar dong! Nanti Tuan Hades terluka gimana?"

"Bodo amat. Aku juga sudah terluka, dari tadi kamu jambak dan kamu cekik. Mana kamu teriak di telingaku terus!"

"Iya, maaf khilaf."

Meski terus-terusan mengeluh, Silver Wolf menjalankan tugasnya dengan baik. Sherry curi-curi pandang ke temannya, ia dapat melihat senyuman puas. Nampaknya Silver Wolf cukup tertantang dalam permainan yang mengasyikkan ini.

Semuanya berjalan sesuai naskah Elio. Sebentar lagi, mereka bisa pulang. Meski sebenarnya, terjebak di sana selamanya juga tidak apa. Siapa tahu Sherry bisa membuat Hades jatuh cinta.

Pertarungan berlangsung dengan sengit. Sherry menjadi semakin serius, mengamati pertarungan mereka dalam keheningan. Ia menelan ludah. Meski sudah dibantu Silver Wolf dan ia sudah memberi bocoran serangan terakhir Qin nanti, Sherry tetap saja cemas.

Matanya tak berhenti menatap sosok di arena. Oh bahkan saat terluka saja Hades masih tetap indah.

Tahan, Sherry. Tidak boleh tantrum. Ingat, hidup matinya Hades semua tergantung pertarungan ini.

Itu dia.

Pedang milik Qin nyaris beradu dengan bident milik Hades. Di komiknya, bident Hades akan hancur dan pedang Qin akan menusuk Hades, merobek bahu kirinya.

Sekarang saatnya! Sherry melebarkan telapak tangan, lalu mengalirkan kekuatannya supaya bident milik Hades takkan hancur. Setelah Silver Wolf menekan tombol di komputer, kekuatan Hades mencapai puncaknya.

Ini bukan curang, menurut Sherry. Qin saja dibantu Alvitr, masa Hades tidak boleh dibantu Sherry? Manusia sudah sangat beruntung para dewa dilarang menggunakan kekuatan ilahinya, jika saja para dewa diperkenankan menggunakan kekuatan ilahi, sudah pasti Hades dan seluruh dewa lain akan menjadi pemenang di tiga belas ronde.

Pedang Qin pun hancur, lalu bident milik Hades menusuk perut sang lawan dan mengoyaknya.

Qin terjatuh.

Begitu tubuh Qin dan Alvitr lenyap seutuhnya dari arena, Sherry berteriak kegirangan. Air mata menetes dari ujung matanya, ia memeluk erat Silver Wolf.

"Hades menang, Wolfie! Dia selamat!"

Silver Wolf tersenyum bangga. Perannya sudah selesai, ternyata datang ke tanah para dewa tidak seburuk itu. Untungnya, pertarungan berjalan sesuai cerita di komiknya Sherry.

***

Beberapa waktu telah berlalu, dan Hades sudah diobati meski belum pulih benar. Ia menemukan dua gadis itu tengah berada di luar arena Valhalla, lalu ia segera menghampiri.

Menyadari kedatangan Hades, Sherry nyaris berteriak lagi. Namun, ia ditahan Silver Wolf.

"Selamat atas kemenanganmu, Tuan Hades!" Sherry memberi selamat, mengulurkan tangannya pada sang dewa. "Kamu berhasil membalas dendam Tuan Poseidon."

Hades memandang uluran tangan Sherry. Alih-alih menjabat tangan, Hades menarik gadis itu ke dalam pelukan.

Hades memeluk Sherry?

"Terima kasih, Sherry Schariac."

Dan menyebut namanya?!

Sherry merinding dalam pelukan hangat Hades. Nikmat mana lagi yang Sherry dustakan? Dipeluk oshi tercinta, siapa yang tidak menggila?

Iseng-iseng, Silver Wolf memotret adegan itu.

Pelukannya dilepas, lalu Hades melepas cincin di jarinya untuk ia sematkan di jari manis Sherry. "Untukmu, supaya bisa datang ke Helheim sesukamu."

"Datanglah. Nanti kuberi imbalan yang sepantasnya."

Sherry tersipu malu. Dipandangnya cincin dari Hades. "Tidak perlu imbalan. Jadikan aku istri keduamu saja, bisa?"

Silver Wolf melotot dan menyikut pinggang Sherry, membuatnya menggerutu.

Hades tertegun, memandangi Sherry sesaat sebelum tertawa lepas. Ia mengacak-acak pucuk kepala Sherry dengan gemas. "Bisa, Sherry. Nanti aku bicarakan dulu dengan Persephone."

"Aku pulang dulu ke Helheim." Hades lalu mengecup punggung tangan Sherry. "Sampai jumpa, calon istriku."

Setelah memastikan Hades pergi, barulah Sherry menjerit histeris dan mengeluarkan semua hasrat fangirling yang selama ini ia tahan.

"WOLFIE–"

Sebelum saraf telinga Silver Wolf putus, akhirnya Silver Wolf menyerah dan menembakkan peluru bius ke leher sang gadis.

***

Sherry terbangun di atas sofa. Silver Wolf duduk di sebelahnya sambil bermain game.

Lho, kok tahu-tahu mereka ada di markas?

Oh, berarti semuanya hanya mimpi. Masuk akal, sih. Mana bisa ia isekai ke komik fiksi? Ada senyuman kecewa di wajah Sherry, tetapi ia sudah cukup tertampar oleh kenyataan yang pahit.

Sherry berkata, "Eh, Wolfie. Aku mimpi panjang banget, tahu. Masa aku ketemu Hades!"

"Mimpi?"

"Serius! Aku mimpi kita isekai ke komik Ragnarok saat pergi ke Yggdrasil!"

Silver Wolf menghela napas panjang, lalu ia mengambil ponsel dari saku, jarinya menyentuh tombol galeri dan menunjukkan satu foto. "Maksud kamu, ini?"

"LHO, ITU AKU BENARAN DIPELUK HADES?" Sherry segera merebut ponsel milik Silver Wolf, mulutnya menganga lebar tak percaya. "Bukan mimpi?!"

"Benar. Hades-mu itu jadi hidup. Tadi aku lihat komik kamu, eh dia jadi menang." Silver Wolf membuka komik yang sebelumnya dibaca Sherry, tepat di panel kemenangan Hades. "Cuma, kita tidak ada di situ."

Sherry mau menangis saja. Ternyata semuanya bukan mimpi. "Lalu bagaimana kita bisa kembali ke sini?"

"Tiba-tiba cincin yang dikasih Hades bercahaya, terus kita sudah ada di Yggdrasil lagi."

Oh iya, cincin dari Hades!

"Hah ... jadi, tadi aku sudah hampir jadi istri kedua Hades, dong?!"

Gadis itu spontan mengecek jari manisnya. Tidak ada. Ia mengguncangkan tubuh Silver Wolf yang tidak salah apa-apa. "Cincin! Cincinnya mana, Wolfie?!"

"Tadi dipinjam Elio pas kamu tidur. Katanya mau diteliti dulu."

"Eh, sembarangan saja! Kalau rusak gimana? Bisa jadi cincinnya itu yang menghubungkan Yggdrasil dengan Helheim, 'kan? Nanti aku gagal menikahi Hades!"

Sherry pun segera berlari keluar dari ruang tamu, meneriakkan nama Elio berkali-kali. Sang gadis berambut perak hanya geleng-geleng kepala.

Meski merepotkan, misi mereka di Yggdrasil cukup menghibur Silver Wolf. Sherry senang, Silver Wolf pun menang dalam permainannya.

Yah, kalau ia bisa bermain permainan seperti itu, Silver Wolf rela menemani Sherry untuk terjun bebas ke dasar Helheim. Sekali lagi.

End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top