for dearest.
for dearest.
DR.STONE belongs to Inagaki Riichiro & Boichi
Nanami Ryuusui x Kurobane Rinka
Story Kuro20Rin
.
.
.
.....
Lewat sudah tiga bulan semenjak perjalanan terakhir mereka ke pemandian air panas. Rinka yang masih bimbang pun makin enggan bertatap muka dengan Senkuu.
Bersyukur mereka jarang bertemu belakangan ini.
Lagi, kebiasaan kerja rodi sudah mendarah daging di tiap anggota Kerajaan Sains. Bahkan ketika semuanya sudah selesai, Why-Man sudah berhasil dikalahkan, mereka masih dengan gencar melaksanakan tugasnya masing-masing.
Hari ini pun sama, Rinka baru saja keluar dari salah satu stasiun televisi Dragon News, setelah menyelesaikan pekerjaannya.
Besok libur, dan ia pulang cepat hari ini, matahari masih bersinar, waktu pun menunjukkan pukul 2 siang.
Ya, waktu yang tepat untuk jalan-jalan siang.
Ia harus menyingkirkan beberapa beban dari kepalanya.
Ia memang berniat pulang sendirian hari ini, jadi tanpa menunggu sopir si puan mulai melangkah menuruni tangga.
Hingga ia bertemu dengan satu sosok familier.
"Loh, Ryuusui-san? Sedang apa disini?"
Mendengar namanya dipanggil, Ryuusui yang baru saja membuka pintu mobilnya lantas menoleh.
"Hmph! Rinka ya? Senang melihatmu disini," balas si kapten.
"Sudah lama tidak bertemu," tambahnya.
"A ... aa, iya, sudah lama ya. Terakhir saat ke pemandian, ya?"
Rinka dengan senyum kecil menjawab.
Ya, ketika perjalanan mereka ke pemandian, Ryuusui juga ikut. Tentu saja. Mana mungkin ia mau melewatkan kesempatan ini?
Namun keduanya tidak banyak bertukar sapa. Entahlah, barangkali masih tersirat rasa canggung dalam diri sang puan.
Pasalnya pemuda di hadapannya sempat mengecupnya.
Meski bukan secara langsung, dan kejadiannya sudah terlampau lama, hal itu kerap membuat sang surai hitam merasa kaku.
Ryuusui melihat Rinka yang tegang pun tertawa kecil, "Mau jalan-jalan?", ajaknya tiba-tiba.
Kalimat itu sontak membuat dahi Rinka kerut.
Sungguh, terkadang ia benar-benar tidak paham dengan apa yang sebenarnya Ryuusui pikirkan.
Tapi, ia memang niatnya mau jalan-jalan kan? Dan tidak ada salahnya jika ia ditemani seseorang.
"Boleh, mau kemana?"
"Eh?"
Ryuusui tak menyangka ajakannya disetujui dengan cepat. Ia pikir setelah yang ia lakukan kepada gadis itu, Rinka akan jadi semakin tegang dengannya.
'Tak Ryuusui sangka Rinka menerimanya tanpa penolakan.
Meski terkejut, tawa penuh percaya dirilah yang pemuda itu lontarkan pada Rinka.
"Ha ha! Kalau begitu ayo. Mobilku kuparkirkan disitu."
Ajaknya seraya menunjuk ke sisi kiri gedung.
———白椿———
"Taman bunga?"
"Ya, Francois bilang Mirai dan Nikki yang menanam bunga disini."
Wow. Rinka tidak tahu.
Sejak kapan mereka menanamnya?
Apa ia terlalu sibuk hingga tidak memperhatikan sekitarnya?
Rinka menatap dengan takjub hamparan bunga yang tersaji di hadapannya. Puspa bermekaran di pertengahan musim semi.
Sungguh pemandangan yang menyejukkan mata. Setidaknya baginya.
Ia yang tengah tenggelam dalam ketenangan, menoleh tatkala mendengar suara mirip sesuatu yang patah.
Matanya menemukan Ryuusui yang sedang memetik salah satu bunga disana.
"Memangnya boleh diambil, ya?"
"Kalau satu tidak apa, kan?"
Ya, mungkin? Rinka harap mereka tidak marah ketika mengetahui hal ini.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Ryuusui menyerahkan sekuntum bunga pada Rinka.
Manik nilakandinya sempat mengerjap beberapa kali, sebelum tangannya dengan ragu meraih tangkai itu.
Matanya meneliti puspa yang kini berada di genggamannya, menilik tiap karakteristik dari bunga putih itu.
Melihat Rinka hanya diam, Ryuusui bersuara.
"Ada apa?"
"Ryuusui-san pernah dengar?" katanya tiba-tiba.
"Ketika mengambil bunga, sebenarnya bukan kita yang memilih. Namun mereka lah yang memilih kita."
Ryuusui diam ketika melihat Rinka.
"Banyak yang bilang, tiap bunga beresonansi dengan emosi dan harapan yang ada dalam hati seseorang. Dan tiap bunga memiliki artinya sendiri. Dengan kata lain. Ketika memberikan bunga, terdapat pesan yang ingin disampaikan sang pemberi kepada penerimanya."
"Hmph! Dan kamu tahu arti bunga dalam genggamanmu itu. Apa aku salah?"
Tanya Ryuusui dengan percaya diri. Ia tak tahu apapun soal itu, tapi melihat Rinka yang nampak kagum, ia yakin dirinya memilih bunga yang memiliki arti bagus.
Rinka hanya tersenyum.
"Ryuusui-san. Terima kasih."
Ucapnya tiba-tiba, membuat Ryuusui lengah dan tertegun menatap Rinka.
Namun Rinka dengan cepat melanjutkan.
"Ahh, bukan apa-apa, ayo kita kesana."
Jemari lentik Rinka yang bebas menggaet milik Ryuusui yang kekar, menariknya lembut ke padang bluebell yang terbentang luas.
Rinka, dengan bunga pemberian Ryuusui tersemat diantara telinga dan rambutnya, melangkah dengan senyuman terlukis di wajahnya.
———白椿———
Kamelia putih.
Sebuah lambang penantian. Harapan. Dan kesetiaan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top