Flying 'n Blossom

Hawks x Reader

Boku no Hero Academia ‪©‬ Kohei Horikoshi
Story ‪©‬ eskrimlalala

.
.
.
.

Sore hari itu, kala matahari hampir ditelan oleh garis cakrawala, kamu berjalan sambil bersenandung riang. Siapa yang tak senang? Hari ini benar-benar hari yang baik! Entah sudah berapa kali kamu beruntung hari ini. Ah, akan lengkap jika saja—

“Oi, [Y/N]!”

Mendengar panggilan dengan suara yang familiar itu, kamu sontak menengadah kepalanya. Benar saja, kamu disambut dengan senyuman ceria dari seorang laki-laki berambut pirang, ditopang di tengah udara dengan sayap merahnya yang ia kibaskan pelan.

“Sore, Hawks,” sapamu balik dengan ceria.

Sudah berapa bulan ya?, pikirmu, teringat akan pertemuan pertamamu dengannya. Jujur saja, kenaikkan peringkat Hawks sebagai pro hero membuatmu takut hubunganmu dengannya malah menjauh. Ketika ia dan Rumi sadar akan kekhawatiranmu, mereka berjanji tidak akan berubah.
Banyak yang berubah memang, tapi perubahan yang baik.

Entah bagaimana, antara karena takut atau khawatir, kamu malah menyatakan cintanya kepada Hawks. Hasilnya?

“Sore, pacarku,” Hawks menyapa balik dengan nada menggoda. Ia malah tertawa ketika kamu memutar bola matanya. Pelan-pelan, ia mendaratkan dirinya di sampingmu, merangkul pundaknya dengan akrab.

“Jadi bagaimana harimu, [Y/N]?”

Kamu berpura-pura memikirkan jawaban dari pertanyaan itu.

“Baik, setidaknya sampai kamu datang,” bohongmu seraya balas menggoda pacarmu itu. Hawks menjulurkan lidahnya kepadamu. Tak mau kalah, kamu membalasnya.

“Dasar kekanak-kanakkan!” serumu, meskipun mulutmu terangkat ke atas, ingin tertawa. Harusnya kamu ngaca, duh.

“Kamu yang mulai!” Hawks membalas, tak mau kalah. Kamu tertawa lepas mendengarnya, tak kuat menahannya lagi. Tak lama, Hawks pun ikut.

Setelah beberapa menit, kamu berhasil menahan tawamu, menyaksikan laki-laki di sampingmu itu gagal berkali-kali. Ia membuka mulutnya di tengah-tengah tawa, seperti ingin berbicara sesuatu padamu. Sayangnya, ia disela oleh teriakan seseorang.

“Ahh! Itu Hawks! Gantengnya!”

“Itu ada cewek lagi bareng dia! Kira-kira ngapain ya?”

Oh, syit, batinmu. Lagi-lagi penggemar cewek. Namun, ketika dirimu baru saja ingin menanyakan bagaimana supaya mereka bisa keluar dari situasi ini, Hawks sudah menatapmu duluan dengan cengiran khasnya.

“Balapan! Yang lambat harus cuci piring!” serunya sebelum berlari ke jalan yang sepi.

Kamu berdiri di sana, berkedip beberapa kali sebelum akhirnya otakmu menangkap situasi tersebut. Kamu berlari secepat mungkin mengikutinya, adrenalin mengalir di dalam darahmu. Senyuman kembali muncul di wajahmu, menyadari betapa menyenangkan bisa bermain seperti ini lagi bersama dengan Hawks.

Di belokan terakhir, Hawks tiba-tiba muncul dari sampingmu, mengangkat tubuhmu dengan mudahnya lalu melemparmu ke pundaknya. Seketika, kamu berasa seperti karung beras yang diangkut.

“Jangan tiba-tiba begitu dong!”

serumu sambil menendang kakimu ke perutnya ringan.

“Iya, ampun, Tuan Putri,” balas Hawks—dari nadanya saja, kamu sudah tahu kalau ia tengah nyengir sekarang.

“Sebentar lagi sampai kok.”

Benar saja, tak lama kemudian kamu diturunkan lagi di darat dengan selamat. Hawks berdiri di sampingmu kala kamu merapikan baju yang kusut akibat aktivitasmu tadi.

“Um, sebelum masuk,” suara Hawks tak terdengar seperti biasanya, membuatmu membeku karena kamu tahu, suara ini hanya dipakai ketika ia sedang serius. Kamu berpaling dari bajumu ke arahnya, kaget ketika menemukan dirinya terlihat gugup.

“Ada apa nih? Oh, jangan bilang kamu mau menyatakan cintamu kepadaku di depan umum?” candamu sebagai usaha dalam mencairkan rasa gugupnya, lagi-lagi teringat pada hari itu, hari dimana semuanya dimulai.

Namun, candaanmu itu tak ditanggapi olehnya, ia lantas merogoh kantung jaketnya. Ketika tangan bersarungnya keluar kembali, kamu bisa melihat sebuah kartu dan sebatang coklat.

“Aku tiba-tiba teringat kamu saat melihat ini di jalan tadi siang.” Hawks menarik tanganmu dengan halus, menaruh kedua benda itu di atas telapak tanganmu sebelum mendorongnya kembali kepadamu.

“Kupikir bisa jadi hadiah? Anggap saja rasa terima kasihku kepada kamu selama tiga bulan ini.

Kamu menatap hadiah di tanganmu itu dan Hawks bergantian. Lagi-lagi, kamu dikejutkan olehnya, bahkan dengan gestur kecil seperti ini. Di tengah-tengah pekerjaannya yang sibuk itu, ia masih sempat memikirkan tentang dirimu.

“Kamu tidak sedang sakit kan, Hawks?” tanyamu, menggodanya untuk menutupi betapa terharunya dirimu. “Bukannya aku komplen ya.” Kamu memberanikan dirimu untuk mengambil selangkah maju, lalu mencium pipi Hawks. Meskipun singkat, kamu bisa melihat pipinya memerah perlahan.

“Sebelum kamu ngucapin terima kasih ke aku!” ia berseru cepat-cepat sebelum kamu dapat mengatakan apapun lagi. Alismu terangkat, mepersilakan ia dalam diam untuk melanjutkan. Namun, bukannya melanjutkan perkataannya, Hawks malah membungkuk dalam-dalam kepadamu.

“Terima kasih udah jadi temanku dari kecil dan terima kasih atas tiga bulannya!”

Kamu terdiam mendengar ucapan terima kasihnya yang tiba-tiba itu. Tidak biasanya Hawks bersikap seperti ini.

“Hei, hei, sudahlah, nggak usah formal-formal seperti itu,” ujarmu seraya menegakkan tubuh Hawks kembali, bingung ingin berbuat apa. Kamu memutuskan untuk memeluknya erat-erat.

Thank you karena udah mikirin aku,” katamu saat pelukan di antaramu lepas. Melihat wajahnya yang semakin cerah, kamu tak bisa menahan tawamu lagi. Hawks pun akhirnya bergabung denganmu, mencium pipimu sebelum menarik tanganmu untuk masuk ke dalam apartemen bersama.

Hari sempurna, ujarmu dalam hati saat melihat wajah ceria Hawks.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

(“Eh, jadi kamu tetap cuci piring kan?” tanya Hawks tanpa dosa ketika kamu berdua telah menyelesaikan makan malam. Dia nyengir lebar saat kamu pelototi.

“Iya ampun, Tuan Putri. Bagi dua ya.”)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top