1. Legenda Pulau Kemarau ~ Palembang
Cerita ini diadaptasi dari Legenda Pulau Kemaro/Kemarau, Palembang. #selamat membaca. Ikyrkrxy ini dek. Baca ya :)
***
Konon dahulu kala, di Bumi Sriwijaya memerintahlah seorang raja yang adil dan bijaksana. Raja ini memiliki seorang putri yang cantik jelita bernama Siti Fatimah. Banyak pemuda-pemuda tampan dari berbagai penjuru nusantara datang, namun tidak satu pun yang bisa menaklukkan hati putri Siti Fatimah.
Namun pada suatu hari, datanglah sebuah kapal besar dari Negeri Cina, bersama dengan rombongan yang dipimpin seorang pangeran bernama Tam Bun An.
"Hmmm Haiya. Ini ternyata kerajaan Sriwijaya yang terkenal itu. Kotanya memang megah, penduduknya ramah-ramah dan makanan pempeknya uenak sekali, ya. Haiya," ujar sang pangeran menikmati keindahan alam disekitarnya.
"Apa Pangeran Tam Bun An mau langsung menemui puteri Siti Fatimah?" tanya sang kapten kapal.
"Iyalah. Aku kan jauh-jauh ke Bumi Sriwijaya ini karena tertarik kecantikan sang putri Siti Fatimah, haruslah aku datang menemuinya sesegera mungkin," Kata pangeran Tam Bun An penuh percaya diri.
mendengar tekad kuat sang pangeran Kapten kapal segera memerintahkan semua mempersiapkan segala sesuatunya agar segera bertemu sang Putri, "Ayo, pengawal. Kita langsung ke istana untuk menemui putri raja. Siapkan barongsai dan musik perkusi yang meriah untuk menarik hatinya."
Lalu rombongan Pangeran dari Cina ini masuk ke Kerajaan Sriwijaya dengan meriah, di depan ada barongsai singa dengan dua orang pembawa pangeran Tam Bun An dan sang Kapten. Di belakangnya ada 10 orang pengawal dengan barongsai naganya. Kemudian yang terakhir adalah rombongan 10 orang membawa serta menabuh gendang dan perkusi lainnya.
Rombongan barongsai ini memainkan musik dan atraksinya tepat di depan istana raja Sriwijaya dan keramaian itu membuat putri Siti Fatimah tertarik untuk melihatnya.
"Dayang, ada apa gerangan di luar sana? Seperti ada keramaian dan musik yang menarik?" ujar sang Putri.
"Sepertinya ada rombongan penari barongsai tuan putri. Kabarnya sudah dua hari mereka berlabuh di dermaga dipimpin oleh seorang pangeran tampan dari Negeri Cina," jawab sang dayang.
"Oh, aku penasaran ingin sekali melihat atraksi mereka dayang. Temani aku ke pintu gerbang sekarang!" Akhirnya putri Siti Fatimah bersama dayang serta beberapa pengawal menonton pertunjukan barongsai itu sambil bertepuk tangan senang sekali.
"Wah, tarian dan gerakan silat serta musik kalian begitu indah sekali, dari manakah gerangan tuan?" tanya sang putri.
"Haiya, saya Tam Bun An dari Negeri Cina, ingin sekali bertemu dengan putri Siti Fatimah yang cantik jelita. Segala musik dan gerak tari serta gerakan kung-fu yang tadi kami peragakan, semuanya untuk dipersembahkan pada sang puteri jelita, Haiya."
"Oh, terima kasih pangeran tampan. Kalau boleh saya tahu apakah maksud kedatangan pangeran ke mari.?" tanya sang puteri dengan pipi merona merah.
"Haiya, saya datang kemari hanya untuk satu tujuan yaitu menemui sang puteri Siti Fatimah yang kabarnya seperti bidadari. Ternyata kabar itu benar sekali, saya seperti melihat 7 bidadari dari kahyangan, Haiya," Sang pangeran merayu, membuat puteri tambah malu-malu. Begitu banyak pangeran di nusantara yang menyatakan rasa suka, namun baru sekali ini hati putri Siti Fatimah menjadi bergelora oleh rasa cinta.
Seperti sudah ada perasaan kenal lama, keduanya pun saling suka dan dalam 3 kali pertemuan bertekad menyatukan cinta.
Lalu ada bangsawan istana yang pernah ditolak cintanya oleh Siti Fatimah iri hati dan memberitahukan ke raja tentang hal ini. Dia mengatakan bahwa sang pangeran mau membawa puteri pergi ke negeri Cina.
Cepat panggil pangeran Cina itu menghadapku! Kata Raja Bumi Sriwijaya.
***
Selang beberapa lama utusan sang raja datang menghampiri Pangeran dan rombongan. Sang utusan memberitahukan kepada pangeran agar segera menemui Raja Sriwijaya, Ayahanda Puteri Siti Fatimah. Mendengar perintah Raja sang pangeran pun bergegas menemui Raja di Istana.
"Hamba menghadap raja." Kata sang pangeran Cina.
"Apa benar kau dan putriku Siti Fatimah saling mencinta?" tanya Raja penasaran
"Benar raja. Hamba benar-benar mencintai putri raja yang gagah perkasa." Puji Pangeran Tam Bun An
"Wahaii Anak muda, adat istiadat kita berbeda dan saya tidak bersedia anakku kau bawa ke Negeri Cina!" kata sang Raja.
"Haiya, saya sudah belajar adat istiadat sini raja dan saya bersedia tinggal dan bekerja dagang di Bumi Sriwijaya duhai raja," Sang pangeran Cina menyanggupi.
"Kalau begitu duduk perkaranya. Baiklah, kau boleh menjadi menantuku dengan syarat, kau memberikan uang mahar sejumlah 9 guci besar berisi emas untuk meminang puteriku." Titah sang raja.
"Baiklah raja, permintaan raja akan saya laksanakan segera. Hamba memohon izin untuk menyampaikan permintaan tuanku Raja kepada kedua orangtua hamba di negeri Cina" ucap pangeran menyanggupi.
***
Lalu pangeran segera membuat surat yang dititipkan ke kapal yang berlayar sampai ke istana orang tuanya di negeri Cina. Ayahanda sang pangeran mendapat kabar putra akan meminang Putri dari Kerajaan Sriwijaya merasa bahagia dan segera mengirim surat balik dan menyatakan akan segera mengirim semua permintaan Raja Sriwijaya.
Setelah melakukan persiapan yang cukup lama akhirnya Ayahanda Pangeran Tam Bun An mengirimkan 9 buah guci besar yang sudah ditutup dengan rapi berisi emas batangan. Akan tetapi supaya jangan diincar oleh penjahat bajak laut dari Somalia, maka ayah si pangeran memerintahkan, untuk memasukan sayur-mayur di bagian paling atas guci-guci itu, agar para bajak laut Somalia tidak tertarik merampok dan menguasai kapal yang mengangkut mahar untuk putri Siti Fatimah.
Setelah persiapan dirasa cukup, berlayar kapal tersebut menuju pangeran Tam Bun An berada.
***
Dan 2 bulan kemudian,
sampailah kapal beserta sembilan guci itu ke kerajaan Bumi Sriwijaya. Pangeran dengan bahagia menyampaikan kabar itu pada putri Siti Fatimah dan ayahandanya.
"Haiya ... sembilan guci kiriman ayahanda sudah datang tuanku Raja. Mari kita ke kapal untuk melihatnya," ucapnya bahagia mengajak raja dan puteri.
"Mari para pengawal dan putriku. Kita pergi ke dermaga," kata sang raja.
"Haiya ... itu guci ada sembilan dan besar-besar sekali. Semua di persembahkan untuk memenuhi persyaratan tuanku raja," ucap pangeran Tam Bun An senang.
Tetapi saat dia membuka ke sembilan guci tersebut, alangkah hancur hatinya. Guci-guci dihadapannya tidaklah seperti yang ia bayangkan. isinya hanyalah sayur-sayuran yang sudah membusuk. Seketika raut wajah pangeran menjadi kecewa dan malu terhadap Raja Sriwijaya dan Putri Siti Fatimah.
"Ha? Kenapa orangtuaku tega berbuat seperti ini! Mereka mempermalukan diriku! Mereka berjanji mengirimkan sembilan guci berisi emas untuk meminang kekasihku Siti Fatimah! Tetapi kenapa hanya dikirimkan sayur-sayuran dalam guci-guci ini!" upatnya kesal menumpahkan emosinya.
"Maaf, saya malu tuanku raja. Biarlah saya buang guci-guci ini ke Sungai Musi. Kedua orangtuaku jahat sekali telah mempermalukan anaknya!"
"Sudahlah, kakanda. Janganlah berburuk sangka dengan ayahanda di Cina sana. Mungkin saja ada orang lain yang jahat menukar isinya dengan sayur-sayuran. Jangan marah dengan orang tua kakanda" Kata sang putri menyabarkannya.
"Tidak bisa! Ini benar-benar kelewatan. Saya benci pada kedua orangtua saya. Akan saya buang saja guci-guci bersayur busuk ini!" Akhirnya pangeran pun melempar guci-guci yang berat itu ke sungai.
Satu! Dua! Tiga! ... hingga Guci ke delapan ia angkat dan buang sendiri guci-guci itu ke dalam sungai Musi dengan rasa marah bercampur malu kepada semua yang datang. Hingga guci ke-sembilan dia angkat, Pangeran Tam Bun An mulai kecapaian. Lalu guci terlepas dan pecah di lantai kapal.
Alangkah terkejutnya ia saat Guci itu pecah dan menghamburkan isi didalamnya. Tampaklah diantara pecahan guci itu emas batangan yang berkilauan.
"Apa! Emas batangan?" ucapnya kaget tak percaya.
"Ya ampun kakanda, ternyata benar kedua orangtua kakanda mengirimkan emas-emas batangan di guci-guci lainnya juga. Sayur-sayuran tadi hanya untuk mengelabui saja kakanda" ucap puteri Siti Fatimah tak percaya.
"Ya, sudahlah pangeran. Saya percaya akan niat baik orang tuamu. Biarlah saja guci-guci yang sudah jatuh ke Sungai Musi itu. Tanpa itu semua kau masih kuijinkan menikahi putriku" ucap Raja Sriwijaya menenangkan pangeran Tam Bun An.
"Tidak tuanku Raja. Saya menyesal telah berburuk sangka dengan kedua orangtuaku di Cina. Saya telah durhaka memarahi mereka. Biarlah saya mengambil kembali semua emas-emas yang saya buang ke sungai itu. Tunggu lah aku adinda." Walaupun ia sudah berusaha dicegah oleh putri dan para pengawal istana, pangeran Tam Bun An tetap terjun ke Sungai Musi.
Satu jam, dua jam, setengah hari pangeran Tam Bun An tidak muncul-muncul ke permukaan. Membuat hati putri Siti Fatimah sedih dan merana.
"Kanda, saya sangat mencintai kakanda. Saya akan menyusul kakanda mencari emas itu. Bila saya tidak kembali dan muncul endapan tanah di tengah sungai ini, anggaplah itu tempat kami berdua memadu janji." Lalu tanpa diduga si putri pun melompat ke Sungai Musi dan tidak muncul-muncul lagi.
Hingga akhirnya endapan tanah muncul perlahan di tempat kedua kekasih itu terjun di tengah Sungai Musi.
Untuk menghormati Pangeran Tam Bun An dan Putri Siti Fatimah akhirnya Di sana dibuatlah oleh penduduk setempat sebuah kelenteng dan sebuah mesjid tempat sembahyang yang berdampingan. Setiap perayaan Cap Go Meh pulau itu ramai dikunjungi warga Palembang ataupun turis lokal. Pohon-pohon pun tumbuh subur diatasnya.
Dan pulau kecil ditengah aliran sungai Musi itu dinamakan pulau Kemaro / Kemarau.
***
Dari cerita Legenda ini, kita semua dapat mengambil pelajaran : Jangan sekali-sekali menganggap jelek pemberian orang tua kepada kita dengan marah-marah dan mencaci makinya. Mungkin saja menurut kalian pemberian atau didikannya tidak cocok dengan yang kau inginkan. Akan tetapi pasti ada nilai kebaikan di dalamnya yang walaupun tidak langsung terlihat manfaatnya saat ini, tetapi akan tampak bersinar terang-benderang pada waktunya nanti.
Ingatlah! Semua orang tua yang baik pasti akan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
***
Terimakasih sudah mampir dan membaca cerita ini.. Krisan ditunggu yaa.. Jangan lupa Voment nya juga.. #terimakasih untuk semua readers.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top