. ፝֯֟ Graduation [O2]
"(Name)... Aku nyerah!!! Soal Matematikanya membuatku mual!!! "
Racauan dan teriakan terdengar dari pemuda bongsor dengan rambut terikat asal, buku tulis yang dipegangnya dilemparkan asal. Disusul dengan ia berguling-guling frustrasi sambil memeluk boneka besar dalam dekapannya.
Helaan napas dikeluarkan, pena yang (Name) pegang diletakkan kasar. Sudah kesekian kalinya teman birunya ini mengeluh sejak mereka berdua mengerjakan tugas matematika yang diberikan sebagai 'mahar' liburan beberapa hari.
(Name) tak abis pikir, bisa-bisanya ia menerima begitu saja kunjungan berkedok 'minta diajari' dari Tamaki. Salahnya juga memiliki pemikiran baik untuk seorang Yotsuba Tamaki.
Pemuda bongsor satu ini patut diprasangkai buruk.
Tamaki kini terkapar, terlentang dengan tangan dan kaki terbujur lurus diatas karpet bulu diruang tengah rumah (Name) yang terasa sejuk oleh semilir angin dari jendela yang terbuka.
Kedua maniknya tertutup oleh kelopak mata, menikmati ciutan burung kecil yang terbang disekitar rumah (Name). Memang rumah (Fullname) tempat yang paling bagus untuk bermalas-malas, pikirnya.
"Bangun. Pilih kutabok mukakmu atau kujambak rambutmu? "
Berdecih, Tamaki menegakkan badan. Kembali membawa buku tulisnya keatas meja, memajukan bibir sambil menulis beberapa rumus yang telah diajarkan (Name) sepuluh menit yang lalu.
Goresan pena terdengar memenuhi ruang tengah, kedua anak manusia sibuk menjawab berbagai pertanyaan dengan rumus yang mereka pahami. Berselang lima menit hening, salah satu diantara mereka sepertinya tak bisa mempertahankan keheningan.
Berbanding terbalik dengan (Name) yang duduk diam, Tamaki mulai bergerak tak nyaman.
Pemuda itu bergumam-gumam dengan dahi berkerut, lantas meletakkan kasar kepalanya keatas meja. Mengusak-gusak rambut dengan racauan tersiksa, mata bersorot malasnya menatap (Name).
Gumaman Tamaki seketika terhenti, manik biru mudanya berkilau sebentar. Ada perasaan mengelitik ketika melihat paras (Name) yang sibuk mengerjakan tugas Matematika dengan raut serius.
Terlihat... Cantik?
"...Tama! "
(Name) berteriak kesal ketika merasakan pipinya tercoret oleh tinta dari pena yang dicoretkan oleh Tamaki, dengan alis menukik gadis itu menatap marah pemuda yang asik memainkan pena disebelah tangannya.
"Whehe~ (Name) gak pantes serius~ "
Oke. Memang Tamaki ini harus diberi pelajaran.
"...kita istirahat dulu... Mau main pukul sapu sama aku, Tama? "
Berjengit, Tamaki berteriak histeris ketika (Name) mengambil sapu lantai yang tersandar anteng disampingnya. Ia segera berdiri lalu menghindari kejaran (Name) yang membabi buta memukul-mukul angin.
Untungnya masih angin yang menjadi sasaran pukulan (Name).
"HIII?!– "
Ah, ternyata sedikit lagi kepala biru milik Tamaki akan terdapat benjolan. Nasib baik refleks miliknya sangat baik.
"AKU HANYA BERCANDA!!! "
Tamaki terus meneriakkan kata pembelaan itu berulang kali dengan jeritan histeris tanpa putus, bantal dan boneka ia lemparkan kepada (Name) berharap agar gerakan brutal gadis berambut (hair color) itu tak semakin menjadi.
Berita baiknya, (Name) dengan gesit menangkis segala benda yang Tamaki lemparkan. Seperti tidak ada hal yang bisa menghentikan gerakan menabok teman sendiri kurang ajar miliknya yang sudah terlanjur terpancing.
Mata tajam milik (Name) bergerak cepat, mencari target tabokannya yang kini menghilang begitu saja. Tak sengaja gadis itu pun mengadah,
"...ngapain kamu disitu? "
(Name) memicingkan mata, menatap sangar Tamaki yang bergetar ketakutan diatas lemari kayu. Jangan tanya bagaimana bisa dia naik kesana.
Anggap saja kekuatan kepepet sedang merasukinya.
"...hiks... Ru-ruangan tengahnya berantakan, tuh... "
Tamaki dengan deraian air mata dan ingus menunjuk asal. Setelahnya kembali meringkuk ketakutan diatas lemari sambil memeluk salah satu boneka yang berhasil ia raih sebelum mengungsikan diri.
"...eh? "
(Name) memasang wajah kebingungan, mengedarkan pandangan menatap ruang tengah rumahnya yang tak berbentuk. Bantal dan boneka berserakan, buku tulis mereka berdua tersebar acak seperti tak lagi dibutuhkan.
Bagusnya lagi meja yang mereka pakai untuk belajar bersama kini dalam posisi terbalik.
Manik bening (Name) bersetatap dengan manik berkaca milik Tamaki yang bergetar ketakutan.
"Kita ngapain aja? "
"JANGAN TANYA AKU! "
Tbc
Mweh~
Rasanya lebih plong, hwhwhwh~
/muter gaya balerina.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top