BAB 2
Orang bilang waktu akan menyembuhkan banyak hal. Hal-hal yang hilang akan terlupakan. Sakit yang pernah diterima hanya akan menjadi sebuah kenangan. Namun,terkadang orang lupa. Bahwa tidak semua hal itu akan mudah menghilang begitu saja oleh waktu.
Luka akan selalu menjadi sebuah luka seberapa banyak waktu berlalu. Luka batin,luka fisik itu akan selalu membekas dalam ingatan dan jiwa. Waktu memang menyembuhkan tapi tidak benar-benar menghilangkan mungkin dia hanya sekedar Meringakan sedikit dari rasa sakit yang pernah diterima.
Grace misalnya,wanita yang sedang berdiri di balkon kamarnya malam ini. Menatap hamparan bintang dilangit dan bulan dilangit malam. Pikiran Grace bercabang ke banyak hal. Tapi yang paling teringat jelas adalah luka yang masih bisa dia rasakan hingga saat ini.
Luka dalam hatinya yang masih membekas hingga hari ini. Bagaimana kepergian ibu dan kakaknya mengubaj kehidupan Grace. Jika mengingat kenangan itu Grace mungkin tidak akan pernah kembali ke rumah yang telah menorehkan banyak luka untuknya.
Di sela malam yang semakin larut. Sayup-sayup terdengar suara wanita tertawa bersama pria. Grace manatap ke bawah balkon. Disana sepasang pria dan wanita sedang berdiri didekat sebuah mobil. Wajah yang tak asing bagi Grace. Meski sudah sekian tahun dia tidak pernah melihat pria itu.
"Ferel,"gumam Grace perlahan. Ferel dan tunangannya yang merupakan adik tiri Grace sedang bercengkrama mesra dibawah. Terlihat Farel menikmati hubungannya dengan sang adik yang tidak tampak sama sekali seperti perjodohan. Menahan gejolak lain yang datang dari hatinya. Grace mencoba bersikap tenang dan menatap tajam dua sejoli dibawah.
Ditengah pembicaraan mereka. Tiba-tiba Farel merasa ada yang sedang mengawasi mereka. Farel mendongak ke langit atas dan disana lah dia bertemu mata yang sedang menatap ke arahnya saat ini. Grace tidak membuang wajahnya sama sekali dia tersenyum sinis dan kemudian berlalu masuk kedalam kamarnya setelah beberapa saat.
"Ada apa? Apa yang kau lihat?" Tanya Esteal kepada Ferel dan menatap ke balkon atas.
"Aku melihat seorang wanita dibalkon atas. Apa kalian memiliki tamu?" Mendengus masam Easteal berjalan ke teras rumah.
"Nanti kau juga akan bertemu dan tahu siapa dia. Sudah larut pulanglah." Ferel mengernyit dahinya dalam masih penasaran dan semakin penasaran setelah apa yang dikatakan Easteal.
"Apa aku mengenalnya? Wajahnya terlihat tidak asing,"ujar Ferel menerka-nerka. Karena memang wajah Grace tidak terlalu jelas karena jarak yang cukup jauh.
"Mungkin kau mengenalnya. Aku masuk dulu. Selamat malam dan sampai jumpa di pemotretan besok."
"Baiklah selamat malam." Easteal tersenyum dan mengecup sebelah pipi Ferel dan berlalu masuk ke Mansion.
Menghela nafas kasar,Easteal menutup pintu dan Ferel berlalu pergi. Bersamaan dengan itu Grace turun dari lantai atas. Berniat ke dapur meski dia memang sengaja ingin menemui adik tirinya itu. Merasa penasaran dengan wajah Esteal yang tampak kesal setelah tahu Ferel melihat dirinya.
"Ku rasa kita belum bertegur sapa saat aku sampai disini adikku,"ujar Grace yang kini berdiri di kaki tangga. Easteal yang ingin berlalu ke kamarnya menatap masam ke arah Grace.
"Ku ingatkan kau satu hal. Aku nona rumah ini dan jangan pernah berpikir bahwa kau bisa mengambil yang sudah menjadi milik ku!" Grace mengeryitkan dahinya dalam. Sepertinya adik tirinya ini begitu takut akan kedatangannya sekarang. Grace tersenyum miring dan berjalan anggun dan menatap tajam ke arah Easteal.
"Well kehidupan nona manja dan penuh perhatian yang kau miliki bukan bagian yang aku minati. Ku lihat tunanganmu belum mengenali ku Esteal,bagaimana jika aku berkenalan kembali dengannya secara langsung?" Esteal menengang ditempatnya. Menelan keronkongannya yang kering. Dia sangat tahu bagaimana dulu seharusnya Ferel yang menikah dengan Grace.
"Apa maksudmu? Apa kau berniat mengambil Ferel dariku? Ku ingatkan!! Dia milikku!" Grace tertawa kecil dan menatap Easteal, mengeleng kepalanya pelan.
"Dia milikmu. Milikmu yang seharusnya milikku bukan? Tapi yah baiklah aku tidak berniat sama sekali dengan sesuatu yang sudah aku buang. Jadi silahkan ambil bekasku. Puteri penganti,"ujar Grace sarkartis.
"KAU!!!Arghhh dasar penyihir!!" Esteal tidak bisa menahan luapan emosinya. Dia berlalu dari hadapan Grace. Grace tersenyum puas bisa memanasi Esteal.
"Dasar ular berwajah seribu,"gumam Grace berlalu ke kamarnya lagi tidak berniat lagi untuk ke dapur. Grace sangat tahu bagaimana sifat Esteal sejak dulu. Wanita itu penuh tipu muslihat. Dibalik wajahnya yang manis dan penurut serta terlihat lembut. Esteal adalah ular berwajah seribu yang bisa memakai topeng kapanpun dia mau. Sifat aslinya tidak akan pernah tampak kepermukaan termasuk didepan ayahnya.
Grace sudah mengenal ibu dan anak itu sejak dia disingkirkan dari kediaman Clinton. Bagaimana Esteal selalu mengadu kepada ayahnya jika mainannya direbut oleh dirinya padahal nyatanya mainan itu Esteal yang memberikan kepadanya. Masa lalu yang tidak akan pernah Grace lupakan dia akan membayar setiap penderitaan yang pernah dia terima dirumah ini. Ini hanya permulaan karena cerita sesungguhnya baru saja akan dimulai.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top