BAB 1

Gracea tidak pernah menyangka akan kembali ke rumah yang telah lama dia tinggalkan. kediaman yang memberikan banyak luka sekaligus pengkhianatan yang masih melekat di ingatannya hingga saat ini. Grace menatap bangunan menjulang tinggi didepannya. Rumah bergaya Eropa kuno terpatri didepan matanya kini. Grace melihat kesekeliling rumah yang telah dia tingalkan berapa dekade lamanya. Melihat kesekeliling rumah,membuat Grace teringat akan masa kecilnya yang dia habiskan dirumah itu. Kenangan lamapun bangkit menyeruak ke dalam ingatan Grace.

"Nona mari masuk,tuan sudah menunggu kedatangan anda.''Grace manatap pesuruh rumah yang menyambut kedantangannya. Meski sudah lama tidak kembali ke rumah itu. Para pelayan disana tetap tahu jika Grace adalah nona rumah itu.

Grace melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Perasaannya campur aduk sekaligus merasa asing dengan rumah yang tidak pernah lagi dia kunjungi itu. Pintu besar didepannya terbuka. Grace terpaku menatap pemandangan dalam rumah yang tidak lagi sama seperti dulu. Tapi rasa yang ditingalkan rumah itu masih tetap sama.

"Grace..." Suara hangat dan berat itu terdengar ditelinga Grace. Setelah sekian lama tidak pernah lagi dia dengar. Grace menatap Pria yang kini terduduk dikursi roda. Tubuhnya yang dulu begitu bugar semakin hari tampak semakin terkuras karena termakan usia. Wajahnya mulai menua perlahan. Grace ingin bisa memeluknya. Mengatakan banyak hal. Tapi langkah kakinya seperti tertahan.

"Tuan."Kata itu keluar begitu saja dari bibir Grace. Bukan sebutan ayah kepada puterinya. Tuan Clinton tampak terpaku diam ketika Grace memanggilnya dengan sebutan tuan. Bukan sesuatu yang dia harapkan.

Tapi,dia memahami puterinya. Binar kebencian dan amarah masih jelas terlihat dimata Grace. Dna dia tidak berharap bisa mengubah itu. Meski dia ingin tapi dia sadar.Dia tidak bisa,bisa membawa Grace kembali kerumah ini saja sudah memahagikan baginya.

"Apa kabarmu?Mengapa tidak mengatakan jika kau sampai. ayah bisa mengirim supir untuk menjemputmu.''Grace tersenyum kecut menatap pria didepannya yang kini berlagak menjadi sosok seorang ayah setelah selama ini mengasingkan dirinya dari keluarga ini.

"Terima kasih atas kemurahan hati tuan Clinton tapi saya masih cukup mampu untuk membayar taxi kemari.''Tuan Clinton lag-lagi terdiam. Dia tidak ingin tersulut amarah akan kata-kata menyakitkan yang Grace katakan. Dia tidak ingin mebuat puteri yang telah lama tidak dia lihat harus pergi lagi dari rumahnya.

"Baiklah sebaiknya kau istirahat pelayan akan mengantarmu ke kamarmu. Kita bertemu lagi diacara makan malam.''

"Aku tidak melihat Nyonya rumah ini dan juga nona besar rumah ini,''Ujar Grace sarkatis menatap foto keluarga yang tergantung didinding ruang tamu. Hati Grace terasa ditikam belati ketika melihat pemandangan foto itu. Orang asing,iya dirinya hanya orang asing yang masuk kedalam rumah yang tidak dia kenali lagi. Tuan Clinton menatap arah pandangan Grace. Ada rasa bersalah dihatinya ketika melihat Grace menatap foto keluarga itu.

"Gina dan Esteal sedang melakukan persiapan pernikahan Esteal yang akan di gelar dua minggu lagi. Seperti yang kau tahu pernikahannya akan menjadi berita besar dan ayah ingin kita semua berkumpul saat hari pernikahan tiba dan membuat foto keluaraga baru yang lengkap.'' Grace tersenyum miring menatap sinis foto didepannya.

"Foto keluaraga baru? Aku pikir tuan Clinton hanya memiliki satu puteri,''Ujar Grace sinis. Tuan Clinton menghela nafasnya.

"Grace,Ayah tahu kau membenci ayah atas semua yang terjadi. Ayah tahu ayah tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi dikeluarga kita. Tapi,sampai kapapun kau masih tetap puteri ayah. Darah daging ayah dan disisa usia yang tidak banyak lagi ini ayah ingin  menebus semuanya kepadamu.'' Grace tersenyum miring sekaligus hatinya terasa teriris. Mengapa baru kini ayahnya mengatakan semua ini. Kemana dia saat dia mememrintahkan dirinya keluar dari kediaman Clinton. Grace menatap kearah ayahnya dengan tatapan sinis.

"Satu-satunya hal yang membawaku kembali kerumah ini adalah kematian ibuku dan juga kakakku. Aku tidak berharap hal lain dan menganggu keharmonisan keluaraga anda tuan Clinton. Setelah aku menemukan apa yang aku cari aku akan keluar dari kediaman ini.'' Grace berkata tegas kepada pria paruh baya didepannya. Tuan Clinton diam terpaku. Di   a tidak bisa mengubah keinginan Grace tapi dia tahu anaknya pasti akan tetap tinggal disini selamanya.

"Ayah tidak bisa mengubah keputusanmu sekarang kau sudah dewasa kau bebas menentukan pilihan hidup dan keinginanmu.''

"Terima kasih karena memahaminya saya permisi.'' Grace berlalu dari hadapan tuan Clinton menuju kamarnya.Dia butuh menenangkan dirinya. Dia tidak sanggup berbagi ruang begitu lama dengan pria yang menyebut dirinya ayah.

"Tempatkan orang untuk menjaga Grace dari kejauhan laporkan semua kepadaku siapa saja yang dia temui. Kepulangan Grace pasti sudah terdengar kebanyak tempat dan media. Pastikan kali ini tidak ada yang bisa menyentuh puteriku lagi.'' Perintah tuan Clinton kepada anak buahnya.

Bagi Clinton Keselamatan Grace adalah hal paling penting. Karena disanalah satu-satunya tempat dimana kenangan tentang mendiang istrinya masih tersimpan. Grace tumbuh menjadi wanita yang cantik dan mirip dengan ibunya.

   "Baik tuan.''

Grace menaiki anak tangga dan menuju kamar yang dia tuju. Matanya terpaku pada kamar yang telah lama dia tinggalkan. Memasuki kamar,Grace membuka jendela kamar yang tertutup tirai tipis besar. Mata Grace menatap kearah taman. Sebuah mobil berhenti didepan rumah.

Dua wanita menggunakan gaun dan juga topi wanita keluar dari mobil. Sembari menenteng banyak tas-tas belanjaan dan sembari tertawa. Grace mengintip dari balik jendela besar dikamarnya. Senyum miring terpatri diwajahnya.

"Kita bertemu kembali Easteal,"gumam Grace sinis sembari menahan amarah dalam hatinya. Kembali kerumah Clinton. Benar-benar membuat emosi Grace bergejolak. Tapi,apapun itu dia harus bisa bersikap tenang. Agar bisa mengungkap siapa dalang kematian dari ibu dan kakaknya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top