❥7 : Berantem.
Tittle : Berantem.
Focus : Agra dan Ansel.
• • •
• • •
Setelah melalui debat akbar yang menegangkan, ujung-ujungnya Ansel sendiri yang bikin peraturan cara nentuin kamar.
Tiba-tiba semua orang mau satu kamar sama dia, minus Agra karena daritadi dia cuma nyimak. Ansel nggak tau di dalam pikiran Agra tuh kaya gimana.
"Jadi, kalau hompimpa gak mempan. Harus gimana?"
"Lagian kenapa tiba-tiba mau sekamar sama gue?" tanya Ansel.
Agra berdeham, memalingkan wajah. Dia sedari tadi 'kan cuma diem nggak ikut ngomong. Beda sama yang lain.
Iya juga ya, kenapa mereka mau sekamar sama Ansel?
Ansel menarik nafas saat mereka semua nggak jawab.
"Kalau gitu, gue beneran tidur sendiri di sini. Barang-barang gue titip sama yang tidur sendiri di kamar nanti. Adil 'kan?"
"Nggak lah, ribet banget dah!" celetuk Agra tiba-tiba, semua orang langsung ngeliatin dia dengan pandangan, serius lo?
Ada angin apa Agra tiba-tiba bilang gitu?
Agra berdeham, sial dia keceplosan. Langsung stay cool.
"Gausah manja, sekamar mah sama siapa aja," kata Agra, melanjutkan guna membuat yang lain tidak salah paham. Sial banget asli.
Gengsi parah.
"Kita mau liburan. Kaya anak kecil lo tidur aja pilih-pilih," lanjutnya, kesannya jutek. Seakan-akan marah, dia juga capek nyetir dari Depok-Bandung. Mana dari jari jempol sampai ujung kepalanya pegel semua.
Agra beranjak dan membawa tas gendongnya, menaiki lantai dua seorang diri. Mau rebahan dulu, pegel.
Yang lain jadinya cuma diem, kalau Agra udah kaya gitu biasanya gak ada yang berani buat ngebales.
"Yaudah, sesuai hompimpa terakhir aja. Ansel lo sama Agra ya?" kata Kenzi tiba-tiba, Ansel nunjuk diri sendiri.
"Serius, gue?"
Kenzi berdeham, menepuk bahu Ansel prihatin, "Kalau Agra udah kaya gitu, biasanya gak ada yang mau deket-deket dia dulu. Jadi, lo aja."
Ansel memasang wajah super jengkel.
Dia di tumbalin lagi? SERIUS?
Fadeel menepuk kedua tangannya, memisahkan.
"Yaudah, gue sama Kenzi. Rev sama Fariz. Karena Agra tadi ke kamar atas berarti kita di kamar bawah."
"Tunggu—" kata Ansel, dia berdiri dan memegang ujung kaus Fariz yang hendak beranjak. Menatap kelima orang yang lebih tua darinya itu dengan tatapan memelas.
SIAL IMUT BANGET—97Fakboy.
"Gue sama bang Rev aja gapapa kalau gitu atau sama Bang Fariz," katanya putus asa.
Fariz tampak tergoda, tapi semua orang memelototinya.
Fariz yang mendapatkan kode menghela kecewa sebelum beranjak pergi tanpa mengatakan apapun, pundung lah ya istilahnya.
Mereka semua berpisah dan meninggalkan Ansel di ruang utama. Keringat dingin tiba-tiba mengucur melewati pelipisnya.
Siaaaaaal! Padahal dia yang paling ngehindar buat satu ruangan sama orang julid itu! Dia gak suka Agra!
Ansel ngebuka pintu kamar di lantai dua itu, sesuai dugaannya kamar di lantai atas itu paling besar. Tapi, cuma ada satu tempat tidur ukuran besar. Ansel menyeringai, hidungnya memanjang seperti pinokio karena bangga.
Hah! Untung dia bakal tidur di ruang utama!
Ansel menarik kopernya dan menyimpannya di samping lemari. Setelah di pikir-pikir kok cuma dia yang bawa koper ya?
Yang lain cuma bawa tas gendong biasa...
Ah bodo amatlah!
Ansel melirik kesana-kemari tapi nggak nemuin Agra, apa dia lagi mandi ya? Kayanya sih iya waktu denger suara keran dari kamar mandi.
Ansel menarik nafas, suhu udara di Lembang terlampau dingin. Untung dia memakai jaket, sebentar lagi waktu beranjak malam. Sore aja udah dingin gini, apalagi malam.
Ansel melangkah menuju balkon, tapi suara pintu kamar mandi yang terbuka terdengar.
Ansel menoleh ke belakang, menemukan Agra yang tampak segar sehabis mandi. Rambutnya basah, dia pakai kaus putih sama kolor warna hitam yang tampak mahal.
"Oh, jadinya di sini?"
Ansel mendengus, "Iya! Tapi, gue tetep tidur di bawah nanti."
"Yaudah, bagus. Kasur gua makin luas nanti malem," sahutnya cuek, Agra berjalan ke arah tas gendongnya dan mengeluarkan kantung plastik. Memasukkan baju kotornya.
Ansel mengerutkan dahinya, Agra kaya biasa aja tuh.
Terus kenapa mereka semua takut sama Agra sampai ngga mau sekamar sama dia?
Ansel mengendikkan bahunya, lagi-lagi bersikap bodo amat. Ternyata orang-orang yang lebih tua darinya itu lebay semua.
Tidak tahu bahwa diam-diam Agra baru saja tersenyum lebar di baliknya. Bergumam yes.
Ah sial. Beneran karma.
Agra beranjak, membawa tasnya untuk di simpan di dekat ranjang.
Memang sebenernya kalau Agra udah badmood, mentalnya mendadak kacau. Dia bakal ngamuk, senggol bacok. Pokoknya setiap lo ganggu dia yang lagi badmood, seenggaknya bakal ada sesuatu hal buruk yang terjadi. Mereka mengatai kalo Agra itu seorang Bipolar. Meskipun kenyataannya tidak ada yang tahu.
Pokoknya, temperamennya jelek banget.
Tapi, gatau kenapa dia sekarang kaya biasa aja.
Malah seneng liat Ansel.
Shit.
Agra menggeram nggak paham sama pikirannya yang mendadak melenceng.
Sekarang jam udah menunjukkan pukul delapan malam, tapi mereka belum makan apapun.
Mereka semua lagi berkumpul di ruang utama yang tadi sore, nonton televisi. Lagi males-malesan.
"Lapar nih," celetuk Rev, mereka cuma punya camilan, itupun tinggal satu kantung.
"Grabfood aja," balas Kenzi.
Semua orang langsung saja melirik Agra yang sedang sibuk dengan ponselnya. Agra yang merasa sebagai tersangka balas menatap teman-temannya.
"Ngapa?"
"Keluar gih, beli makan."
Agra menaikkan satu alisnya yang tegas.
"Kok gua, yang lain aja kali. Capek."
Fadeel mengangguk, kedua matanya melirik Agra sebelum mengeluarkan kalimat ajaib.
"Hm, padahal tadinya gua mau jajanin lo gitu ya Gra. Lo nya gamau yaudah, Rev lo-" perkataannya terpotong.
Agra mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam kantung, menatap teman-temannya.
"Mau makan apa?"
"Aseeek!" Kata Rev semangat.
Menunggu sekitar tiga menit selagi teman-temannya menuliskan pesanan di cacatan ponsel, Agra menggerutu. Kalau dia lagi banyak uang mana mau temen-temennya nyuruh.
Emang uang segalanya kalo dia lagi kere gini.
Pesanan di kirimkan, Agra melotot melihat pesanan teman-temannya.
Emang gada akhlak ye!
Sunda Empire (5)
20.06PM
Fadeel : pesenan gua harap di catat
Fadeel : KFC (paket super besar 2 + kentang goreng yg gede)
Fadeel : Yang Ansel Zuper Box OR + pudding.
Rev : sate ayam 10 tusuk aja + nasinya dua bungkus
Kenzipp : bk chicken box sama cheese burger + cola atau paket ajalah yg cheese burger
Kenzipp : yg big
Fariz : aing geprek bensu aja yg paket serah lu yg mana aja
Fariz : levelnya yg hot bgt ya
Kenzipp : jgn lupa sekalian beli buat bbq bsok malem, dagingnya ada
Agraftr : anjing
Agraftr : beda tempat smua kntl
Agraftr : gua gatau tempatnya tai
read by 2
Agra menatap semua teman-temannya penuh dendam, dia baru di Bandung dan udah di suruh beli makanan sebanyak ini. Udah bener grabfood malah dia yang di suruh!
Emang temen-temennya gatau diri.
Padahal badan ini lelah warbyasah.
"Goblok!" makinya.
Fadeel sama Rev yang ketawa paling keras.
"Lo juga kan driver, udah sana ah. Nih pake kartu kredit gua dulu," Fadeel melempar kartu itu yang di tangkap dengan baik oleh Agra.
"Ini tukang sate mana bisa pake kredit tolol," Agra jadi badword saking keselnya.
"Lah lu emang ga pegang duit samsek?" tanya Rev.
Agra memberikan senyuman lebar sebelum mengacungkan jari tengahnya.
Sebenarnya Agra itu udah mah lagi ga punya uang di tambah dia itu hemat nyerempet pelit. Moodnya juga belum sepenuhnya balik.
Tapi, sekali lagi. Daripada dia ga makan gara-gara nolak, jadi dia nurut aja. Huh, jadi gini rasanya di babuin temen sendiri. Biasanya dia yang babuin temen-temennya.
"Ini kalo ga ada, gua beliin sate semua," kata Agra, bersiap beranjak untuk pergi.
Lalu, entah ada angin apa Ansel tiba-tiba menawarkan diri untuk ikut.
"Bang, gue ikut ya? Mau tau Bandung malem-malem."
Agra nggak keberatan, dia bisa manfaatin Ansel buat nyari arah pake maps.
"Yaudah buru."
"Yeeess!"
Setelah sekitar tiga menit siap-siap. Mereka berdua langsung ke luar Villa menuju mobil. Agra masih pake baju putih sama celana pendek hitam, celana pendek jeans.
Sementara Ansel memakai kaus berwarna kuning dengan jaket hoodie.
"Lo gak buta map 'kan?" tanya Agra saat mereka sudah di dalam mobil, Agra menyalakan mobil dan bersiap bergegas keluar dari Villa.
Ansel mengangguk dan mengacungkan ibu jempolnya.
"Gue itu manusia gps, jadi tenang aja!"
Agra percaya-percaya aja. Ansel ga sebego keliatannya.
Tapi, dua puluh menit kemudian. Agra udah nyaris stress.
Kedua matanya melirik Ansel, anak itu fokus kepada ponsel, membaca maps.
Tapi, demi janggut Merlin. Mereka nyasar. Asli.
Astagaaaa. Mood Agra hari ini hancur lebur sudah.
"Sumpah! Kalo ga bisa baca maps bilang lah kau ini!"
Ansel melirik Agra sadis, tidak suka nada yang digunakannya.
"Bacot! Lagian ini tadi salah belok, kan gue bilang ke kiri! Lo malah ke kanan!"
"Itu gua bener, lo liat lagi dah mapnya jangan dengerin si mbak gugelnya ngomong suka melenceng."
Agra menarik nafas, mereka bertujuan ke KFC terlebih dahulu, tapi justru mereka nyasar di tambah ini malam hari susah mengenali jalan.
Mereka berada di tempat ramai, di depan ada supermarket, Agra memarkirkan mobilnya di sana.
Mereka masih berdebat, karena lelah Agra memutuskan untuk mampir untuk membeli kopi sekaligus snack.
Ansel mengikutinya, anak itu berjalan lambat. Gatau merasa bersalah atau kesal.
Agra menarik trolley, ekspresi wajahnya sedikit gelap.
"Tau bahan buat bbq nggak?" tanya Agra. Ansel tidak merespon, sibuk pura-pura mengamati jajaran rak permen.
"Gatau lagi? Astaga, lo bisanya apasih? Bisa denger gak gua ngomong?"
Ansel merasa urat kesabarannya putus!
Dia berbalik dan menatap Agra kesal.
"Bodo amat! Gue naek grab mau pulang ke villa!" sentaknya. Anak itu berbalik pergi dengan kaki menghentak. Persis bocil.
Agra mengusap wajahnya kasar, sebagian orang menatap drama picisan itu dengan pandangan geli.
Mereka lagi berantem? Putus?
Agra bisa mendengar sekumpulan anak cewek bergosip. Pemuda itu segera memelototi mereka, mereka semua bubar ketakutan.
"Ah, sial," desisnya. Menarik nafas sebelum melangkah keluar dan meninggalkan trolley di sana, berniat mencari Ansel.
Naik grab? Emang dia tahu alamat Villa dimana?
Aduh bocah, bikin repot aja. Tau gitu dia ajak si Fariz ajalah. Ansel kekanak-kanakan banget lah.
Saat keluar dari supermarket, Agra sudah tidak menemukan Ansel.
Pemuda itu segera menelpon Ansel lewat Line, tapi tidak di angkat.
LINE
20.38PM
Agraftr : dmn?
Agraftr : jgn kaya bocah, lu udh gede
read
Agraftr : gua serius, dmn?
Agraftr : woi
Agraftr : p
Agraftr : p
Agraftr : sel dmn
read
Bangsaaaat di justread.
Agraftr : gua tinggalin lu
Agraftr : bales
Anseeel has blocked you.
Agraftr : woi [failed]
Agra melotot waktu notif itu muncul dan pas dia chat lagi ternyata dia di block.
Agra meremas ponselnya, emosi. Sebagian orang yang lewat di depan dia mendadak menyingkir, ketakutan seakan-akan ada hawa dan aura jahat di sekelilingnya.
"Ansel Fajrial Hermawan!" desisnya tanpa sadar menyebut nama asli anak itu.
Agra yakin bahwa dia akan sampai di Villa lebih dari jam 10 malam.
Ansel ternyata benar-benar menguji kesabarannya.
Yah, mau gak mau Agra harus nyari Ansel. Dia gak percaya Ansel naek grab.
Selamat berpetualang mencari anak kelinci, Agra Aftiar Siregar.
• • •
To Be Continued
Jangan lupa tinggalkan komentar dan review! Thankyou! ✨
OHIYA MAKASIH BUAT KALIAN SEMUA.
GRAB udah nomor urutan #7 in 2gether di wattpad! Terimakasih~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top