❥2 : Keluarga Siregar

Tittle : Rumah!
Focus : Keluarga Siregar & Ansel.

• • •

• • •

Biasanya Pria kaya anak dua itu di pandangan kalian gimana? Pasti keren dong, wibawa, dewasa, dan sayang anak.

Tapi, itu semua jauh. Kaya dari Sabang sampai Merauke.

Pagi-pagi gini, biasanya Anton alias papanya Agra pasti berjemur di halaman belakang deket kolam renang. Semalam Agra pulang dalam keadaan mabuk, Anton yang juga baru pulang saat melihat anaknya mabuk tentu saja murka, dia kembali memperpanjang pembekuan kartu kredit anaknya tersebut.

"Pah, kartu kredit Agra balikin."

Itu suara Agra, dia berdiri di depan bokapnya sambil nyodorin tangan, dan pandangannya datar banget.

Anton yang pake kacamata item, kolor, dan menikmati panasnya matahari otomatis ke ganggu dong.

"Pergi kamu sana, hush hush," usirnya seperti mengusir anak ayam.

"Pah ini udah hampir dua bulan!" Agra nyaris gila saat kartu kreditnya sudah dibekukan selama itu, kenapa bokapnya hobi bener nyiksa anak-anaknya sih.

"Panggil Ansel dulu sana."

Iya, semalem setelah kejadian Agra pulang dalam keadaan mabuk, rupanya pemuda itu meracau tidak jelas tentang baby sugar dan segala tetek bengek lainnya, mengungkapkan bahwa dia sangat marah. Akhirnya Anton menjelaskan yang terjadi bahwa Ansel adalah anak temannya yang dititipkan, namun itu tetap tidak membuat Agra luluh.

Agra ngepalin tangan, kalo di depannya ini bukan bapaknya. Agra yakin kalo kakinya yang panjang ini udah melayang nendang muka bapaknya yang ngeselin!

"Ansel aja terus, anak papah siapa sebenernya?"

"Ansel dong, kamu anak lotere. Udah sana panggil, papah mau ngomong sama dia."

Halah alasan, dasar tua bangka bilang aja mau lovey dovey.

"Dia punya kaki gausah di panggil-panggil biar turun aja sendiri."

Anton akhirnya duduk dan ngelepas kacamata hitamnya sambil memandang anaknya males luar biasa. Duh, lagi berjemur malah di ganggu.

"Kamu itu ya, pantes aja jomblo, kelakuan jelek gitu! Di suruh aja gak mau."

"Pantes aja di tinggal mama, kelakuan pelit gitu!"

"Anak durhaka! Sini lo!"

Mereka berakhir berantem di kolam renang, saling dorong. Sekilas kaya adik kakak yang lagi cekcok masalah cewek, padahal mereka itu bapak anak. Maklum Anton itu wajahnya masih awet muda.

Anton Siregar
Single parent, nikah muda terus ditinggal istri kawin lagi.
44 tahun punya dua anak yang nggak bisa di atur.
"Punya anak manusia rasa anak monyet ini bisanya ngabisin duit."

Sebenarnya keadaan keluarga mereka itu harmonis dengan sendirinya, Anton adalah pria terbuka. Dia memperlakukan anak-anaknya seperti temannya sendiri namun tetap tidak meninggalkan untuk mendidik mereka, meskipun terkadang dia lepas kendali.

Karena serius, menjadi single parent itu sangat sulit.

Ditambah hobinya yang barbar karena senang membawa dan mengoleksi baby sugar-gak banyak sih.

Azriof tiba-tiba datang dengan pakaian santai, menatap kedua orang itu yang sudah basah kuyup.

Dia nepuk dahinya nggak habis pikir, kenapa keluarganya bisa unik kayak gini sih?

"Pah," panggilnya santai, "Sarapan dulu, bang Ansel juga udah di lantai bawah."

"Ganggu aja kamu," gerutu Anton, tapi seenggaknya Azriof lebih baik daripada Agra, anak sulungnya itu bar-bar banget.

"Heran punya anak mirip anak monyet semua."

"Geblek," gumam Agra pelan tersinggung karena disamakan dengan anak monyet, tidak terdengar Anton karena pria itu sudah melangkah duluan dengan keadaan basah kuyup.

Agra naik ke atas permukaan, menaiki tangga kecil dari kolam renang dan menemukan Ansel yang berdiri tidak jauh darinya. Agra melirik bagian perutnya, kausnya yang tipis basah kuyup dan membuat beberapa bagian tubuhnya tercetak jelas.

"Ngapain lo?"

Ansel senyum judes, terus buang muka dan segera ke arah dapur, lebih tepatnya ke ruang makan buat sarapan. Meninggalkan Agra tanpa mengucapkan apapun.

Agra menggelengkan kepalanya jengkel dan segera melangkah menuju kamar untuk mengganti pakaian, dirinya tidak terbiasa sarapan pagi.

• • •

LINE
anak monyet (3)
Anton menambahkan Agraftr ke dalam group.
Anton menambahkan Azriof Siregar ke dalam group.

Anton : jangan malu-maluin papa depan Ansel dong
Anton : jadi anak yg baik kalian teh

Azriof Siregar : tadi bang ansel liat semuanya ko

Anton : pantes aja mama kawin lagi, gara2 kalian kelakuan gini nih

Azriof Siregar : itumah papanya aja yg ga pernah kasih jatah
Azriof Siregar : wkwk

Agraftr : saya tersinggung dengan nama group

Agraftr meninggalkan group
Azriof Siregar menambahkan Agraftr ke dalam group

Azriof Siregar : heran punya abang alay bgt

Anton : gatau mama kamu ngidam apa dulu

Agraftr : kntl kok langsung join ga bisa di decline

Anton : heh ketikannya kamu!
Anton : nggak ada kartu kredit lgi bulan ini

Agraftr : ga paham lg

Anton : kalian baik2 sama ansel bikin dia betah
Anton : jgn bikin papa malu
Anton : agra kartu kreditnya papa bekuin sampe bln dpn

Agraftr : gimana si u gua jajan gmn

Anton : ktanya jd driver? biar tau susahnya cari uang
Anton : dah ah papa mau kerja plg malem, awas u kalo mabok lg @Agraftr

Anton meninggalkan group

Agraftr : qntl
Agraftr mengurungkan pesan.
Agraftr : awas lu klo ngadu lg

Azriof Siregar : suka2 w

Azriof Siregar menambahkan Anseeel ke dalam group

Agraftr : buset udh kontakan lg

Azriof Siregar : garcep dong
Azriof Siregar : welcome to monyet famili bang

Anseeel : salah inv org?

Agraftr : ngga, lo kan emg monyet
read by 2

Anseeel meninggalkan group

Ansel meremas ponselnya kuat penuh dengan emosi, dia melirik pintu kamarnya. Keadaan saat sarapan tadi biasa-biasa saja, Om Anton dan Azriof sangat baik kepadanya.

Ansel menarik nafas pendek untuk menenangkan diri, lantas dia menggeram kesal. Ansel melepas almamaternya, melemparnya ke atas tempat tidur.

Dia salah baca jadwal, ternyata ospek itu minggu depan bukan hari ini. Setidaknya dia bisa bernafas lega karena salah satu atributnya belum selesai.

Pemuda pecinta kebersihan itu melemparkan diri ke atas tempat tidur, uh plis ini bener-bener nggak sesuai dugaannya. Dia capek, beres-beres kamar di tambah beban pikiran buat ospek. Ketakutan duluan.

Ansel yang merasa bosan memilih untuk keluar dari kamar, tapi dia nyaris terjungkal jatuh karena kaget, Agra berada di depan kamarnya.

"Lo belum bayar yang kemarin, Azriof bilang lo ga kasih duit."

Damn!

Ansel lupa kalo kemarin dia belum bayar, duh dompetnya ketinggalan di rumah lagi. Ohiya buat masalah koper, Ansel udah ambil semalam di bantu Azriof waktu Agra mabok.

"N-nanti gue bayar kok!"

Agra mendengus, kedua matanya menyorot lurus, "Gua butuhnya sekarang, lagi ga ada duit."

Ansel sejenak memejamkan matanya merasa sial, dia kembali menatap Agra, "P-please dompet gue ketinggalan di rumah. Nanti sore gue ambil!"

Agra tampak diam sejenak, dia sudah menggunakan pakaian kasual, kaus hitam, tas slempang hitam mahal, denim hitam, dan juga kets putih-uh, untungnya sepatunya putih. Ansel pikir kalau sepatunya hitam, orang ini memang suram sekali.

"Yaudah, gua anter ke rumah lo, yang kemarin?"

"Hah?"

"Tapi lo ganti uang bersinnya juga."

Ansel melotot, "Buset! Males banget!"

Agra tertawa, Ansel pikir Agra ganteng banget, dia sempat terpesona kalau saja kata-kata yang dilontarkan Agra setelahnya tidak membuat hatinya terbakar api emosi.

"Gua denger lo kuliah, dimana?" katanya tiba-tiba, dia menatap Ansel dengan senyuman miring,

Ansel mengerutkan dahinya, "UI."

"Oh, anak UI juga. Otak lo nyampe masuk sini ya?"

SABAR ANSEL SABAR! LO HARUS SABAR DEMI KEHIDUPAN NYAMAN SEBULAN DI SINI!

"Kok ngerendahin sih?"

Agra mengusap dagunya, "Gua bakal anter lo pulang bawa dompet," kata Agra.

"Lo bayar duit bensin juga, tapi kalo lo nolak dan ga bayar sekarang," Agra menggantungkan kalimatnya menatap kedua mata Ansel.

"Gua yakin, lo harus cari kontrakan habis ini."

Erghh! Cowok bajingan! Rutuk Ansel, dia adalah anak manja. Mencari kontrakan sendiri adalah suatu hal yang tidak pernah dan tidak bisa dilakukannya. Mana dia belum memiliki teman untuk di ajak mencari bersama, teman SMA-nya pasti berkuliah di luar kota semua.

Tapi sebentar, tadi Agra bilang 'Juga' waktu nanyain dia kuliah dimana.

Sebentar-Ansel seketika tidak bisa berpikir jernih.

Apa itu artinya mereka satu kampus?

Serius? Ya Tuhan.

"Oke! Gue bayar!"

Blam! Ansel menutup pintu kamarnya kuat dan menguncinya, bersiap pulang untuk membawa dompet dengan hati dongkol. Agra menyeringai senang.

Agra menahan bahu Ansel yang ternyata tampak lebih sempit darinya itu, dia menatap pemuda yang jelas lebih muda darinya.

"Ah, satu lagi."

"Apa?!"

Agra menyeringai tipis, "Di rumah ini ada peraturan ga tertulis."

"Sumpah, lo ribet banget sih!"

Agra menatap Ansel, seraya memakai topi hitamnya, dia berkata, "Peraturannya cuma satu, yaitu Agra Aftiar Siregar, Tuan rumah. Jadi, lo harus nurut sama gua."

"Hah?"

"Lo jadi babu gua mulai hari ini, ngerti?"

puk! Agra menepuk kepala Ansel lembut yang masih berdiri mematung. Tidak habis pikir.

Apa-apaan?

Babu? Ansel ga salah denger 'kan? Pembantu?

BAJINGAN!

Lo gak tau tendangan maut dari Ansel Fajrial Hermawan, HAH?!


-To Be Continued-

Dont forget vote and comment!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top