We Should Break Up《Jackson/Mark》
Staring:
Mark Tuan
Jackson Wang
Cameo:
Park Jinyoung
Kim Yugyeom
A/N : Maafkan Blave karena telat mengupdate dan sekarang malah membuat cerita lain. Lagi lagi cerita ini dibuat dari kisah nyata yang baru saja terjadi. Jadi, kalian bisa mengatakan bahwa saya author yang moody-an dan itu memang benar. Untuk saat ini saya hanya ingin mengungkapkan perasaan saya. Hope you guys like it.
.
.
.
.
Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah berakhir. Mark segera menyiapkan barang-barang yang akan ia gunakan di kelas keterampilan. Seperti biasa sang guru menyuruh mereka untuk duduk per kelompok. Mark pun menghampiri Jackson, Jinyoung dan Yugyeom. Mereka terlihat sesekali berbincang lalu kembali fokus pada kegiatan masing-masing.
"Eh, kalian pernah mendengar tentang 'Legenda Benang Merah'?" Teman-temannya diam.
"Itu apa?" tanya Jinyoung yang penasaran. Ia melirik kearah kekasihnya, Jackson yang masih asik dengan kegiatannya lalu mulai menceritakan tentang Legenda Benang Merah kepada Jinyoung dan Yugyeom.
"Jadi, itu kayak sebuah kepercayaan kalau di kelingking kita itu ada sebuah benang merah yang ujungnya terikat dengan orang yang menjadi jodoh sejati kita." ucap Mark.
"Maksudnya gimana?" tanya Jinyoung yang masih belum paham dengan hal tersebut. Mark menghela nafasnya.
"Jadi, itu sebuah legenda tentang setiap manusia itu mempunyai pasangan benang merah mereka. Di jari kelingking mereka itu terikat sebuah benang merah dan ujungnya terikat pada seseorang yang entah ia kenal maupun tidak. Seseorang itu lah yang dikatakan sebagai jodoh sejati kita." ujar Mark. Jinyoung mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Oh gitu.. iya iya paham. Terus?"
"Ya, kalau kalian bisa liat siapa pasangan benang merah kalian, kalian berharap itu siapa?"
Lagi lagi tidak ada yang menjawab.
"Kalau menurutku ya, semua orang itu punya kesempatan untuk berjodoh dengan siapa pun, tidak hanya dengan satu orang saja. Tergantung kita ingin dengan siapa." ujar Yugyeom akhirnya angkat bicara. Mark mengangguk-angguk.
"Tau kan kadang ada orang yang udah nikah terus mereka cerai dengan alasan itu bukan jodohnya? Nah itu aku mikir, lah kalau bukan jodohnya terus ngapain nikah? Harusnya mikir dulu dong. Itu pasangan buat seumur hidup. Kan gak bisa sekedar, oh saya suka banget sama kamu, saya mau kamu nikah sama saya. Ya ngga gitu. Harus siap resikonya, apalagi kalau banyak bertengkar dan sebagainya." ujar Yugyeom.
"Benar juga sih..." balas Mark singkat.
"Ya, kamu bisa aja pasangan sama siapa pun, tapi untuk sampai ke pernikahan ya pikir dulu. Ini orang baik ga buat kamu. Kalau ngga ya mending jangan." ujar Yugyeom.
"Contohnya hubungan yang tidak sehat." celetuk Jackson. Mark terdiam. Ia merasa mengerti apa maksud kekasihnya tersebut.
"Nah, iya itu juga. Kalau hubungan yang gak sehat gitu mending bubar aja." balas Yugyeom. Mark mengangguk-angguk.
"Terus, kalau memang sudah tidak cocok, mending putus aja." lanjut Jackson. Mark lagi lagi terdiam. Itu yang sebenarnya ia rasakan dengan Jackson, namun ia masih terlalu menyayanginya dan berharap bisa mengubah keadaan. Sekarang ia merasa Jackson pun merasakan hal yang sama seperti ia rasakan.
Mark memilih tidak banyak bicara lagi. Ia memilih diam dan sibuk dengan handphonenya saja. Semakin berbicara justru semakin membuat hatinya sakit.
Bel pulang pun berbunyi. Mark segera kembali ke tempatnya dan membereskan barang-barangnya. Ia sedang tidak ingin berbicara atau pun diganggu oleh siapa pun. Ia ingin menenangkan dirinya, mengistirahatkan pikirannya. Ia lelah dengan segala hal. Ia tidak peduli dengan apapun lagi. Ia hanya ingin pulang dan menenangkan dirinya.
Ia pun keluar dari kelas, membawa sejuta rasa sakit di dadanya dan pulang.
.
.
.
.
FIN
Regards,
Blave.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top