Forbidden Love 《Bambam/Jackson/Yugyeom》

Staring :
Jackson Wang
Kim Yugyeom
Kunpimook Bhuwakul
.

.

.

A/N : FF ini dibuat berdasarkan kisah nyata dan mengungkapkan perasaan dua orang sahabat yang menyukai orang yang sama. FF ini tercipta dan didedikasikan untuk orang tersebut.

Hope you like it.

.

.

.

.

Tampak tiga orang tengah asik mengobrol di kantin sebuah kampus. Ketiga orang itu ialah Bambam, Jackson dan Yugyeom. Tak jarang mereka tertawa terbahak-bahak. Mereka telah bersahabat sejak menduduki bangku SMA.

"Oh, ya! Hei hei, bagaimana kalau malam ini menginap di rumahku? Kan kita baru selesai ujian dan besok juga hari minggu. Kita bisa bermain sepuasnya!" Usul Jackson dengan riang. Yugyeom dan Bambam otomatis mengangguk setuju. Sudah lama sekali mereka tidak menghabiskan waktu bersama di rumah Jackson.

"Setuju! Ayo ayo!" Balas Bambam dengan antusias.

Saat SMA mereka tak jarang bermain ke rumah salah satu dari mereka, kadang sampai menginap berhari-hari. Banyak hal yang telah mereka lakukan bersama, tak hanya itu banyak pula rahasia yang mereka ketahui tentang satu sama lain. Tapi, ada satu rahasia yang Bambam dan Yugyeom simpan. Hanya mereka yang mengetahuinya.

Diam-diam mereka menyimpan perasaan lebih kepada Jackson. Mereka tau, perasaan mereka adalah perasaan terlarang yang tak boleh ada dalam persahabatan. Namun, apa yang bisa mereka perbuat? Mereka sudah terbuka satu sama lain, tapi mereka memutuskan untuk menyembunyikan perasaan mereka karena mereka tak mau menghancurkan persahabatan mereka yang telah mereka bangun sejak SMA.

"Baiklah, ayo sekarang kita ke rumahku!" Jackson langsung menarik lengan kedua sahabatnya tersebut. Bambam awalnya terlihat ingin protes namun pada akhirnya memilih diam dan ikut berjalan di samping Jackson.

.

.

.

.

.

Sesampainya di rumah Jackson, Bambam dan Yugyeom langsung menjatuhkan tubuh mereka ke kasur milik Jackson. Jujur saja, jalan kaki dari kampus menuju rumah Jackson itu cukup melelahkan.

"Ya! Dasar payah! Baru segini saja sudah capek!" Ledek Jackson. Yugyeom meliriknya sinis.

"Iya kalau yang berbadan atletis mah beda." Sindir Yugyeom. Ya, di karenakan Jackson lah yang memiliki badan paling atletis di antara mereka dan Jackson lah yang paling hebat dalam bidang olah raga sejak SMA.

"Hahaha.. baiklah baiklah. Tunggu disini ok, aku mau ambilkan cemilan dan minuman untuk kalian dulu."

"Terima kasih, hyung!" Ucap Yugyeom dan Bambam bersamaan. Mereka berdua saling berpandangan dan Jackson terdiam melihat mereka. Tak lama kemudian mereka tertawa terbahak-bahak atas kebetulan tadi.

Akhirnya Jackson pun meninggalkan Bambam dan Yugyeom di kamarnya. Suasana pun mendadak sunyi. Tak ada satu pun di antara mereka yang memulai pembicaraan.

Yugyeom pun merasa muak dengan kesunyian yang tiba-tiba menyergap di antara mereka, memutuskan untuk bangkit dari posisinya dan memulai pembicaraan, "hei, bambam."

Yang dipanggil mendongakkan kepala dan menatap lelaki yang lebih muda beberapa bulan darinya tersebut.

"Sehabis kelulusan nanti apa yang akan kau lakukan?" Tanya Yugyeom.

"Hm? Mungkin.. akan bersantai terlebih dahulu dan menghabiskan waktu untuk melihat seri anime terbaru atau melihat loli-loli manis." Yugyeom melempar sebuah bantal tepat ke kepala Bambam.

"Dasar wibu laknat."

"Aku tidak laknat!"

"Iya kau laknat!"

Ceklek

"Kalian ngapain sih? Kedengaran sampai di luar tau." Ujar Jackson yang baru memasuki kamarnya dan membawa sebuah nampan berisi makanan dan minuman untuk kedua sahabatnya dan dirinya.

"Nih, si Yugyeom pabbo. Main mengataiku saja!" Adu Bambam kepada Jackson.

"Aku tidak mengataimu! Aku berbicara fakta tau!" Balas Yugyeom membela dirinya.

"Aishh sudah sudah, tenang lah kalian. Sekarang ayo makan dulu!" Ujar Jackson sambil menarik kedua temannya agar turun dari kasur miliknya. Bambam dan Yugyeom yang pasrah akhirnya mengikuti  perintah Jackson.

Mereka pun memakan cemilan sambil bermain game dan saling meremehkan satu sama lain. Setelah asik bermain, mereka pun bersantai sambil mengobrol ringan.

"Oh ya, kalau sudah kelulusan nanti apa yang kau lakukan hyung?" Tanya Yugyeom kepada Jackson.

"Tak ada topik lain, gyeom?" Sindir Bambam. Yugyeom menutupi wajah Bambam dengan bantal yang dipangkunya.

"Diam kau bawel." Balas Yugyeom. Pandangannya beralih kembali ke Jackson.

"Hmm.. mungkin akan mencari pekerjaan disini. Kalau kau?"

"Mungkin aku akan melanjutkan kuliah ke luar negeri." Bambam dan Jackson langsung menatap horror ke arah Yugyeom.

"KAU AKAN MENINGGALKAN KAMI? TIDAK BOLEH, BODOH!" Jackson dan Bambam langsung menjitaki kepala Yugyeom.

"Aw! Aw! Ya! Kalian ini kenapa sih? Kalian pikir aku mau? Lagi pula ada alasan lain kenapa aku pergi." Jackson langsung bungkam, diikuti dengan Bambam.

"Memangnya apa?" Tanya Bambam penasaran.

"Aku dijodohkan dengan seorang pengusaha. Lalu, aku disuruh pergi untuk melanjutkan pendidikan dan tinggal bersama pengusaha itu." Jawab Yugyeom. Mereka semua terdiam.

Jujur saja, Yugyeom sangat tidak ingin pergi meninggalkan mereka, terutama Jackson. Ia sangat menyayangi lelaki tersebut. Ah, ralat. Ia sangat mencintai lelaki tersebut. Tapi, mengingat bahwa ada Bambam yang juga mencintai Jackson dan ia yang dijodohkan dengan orang lain membuatnya merasa tak masalah jika Yugyeom pergi. Mungkin dengan begitu ia dapat melupakan perasaannya terhadap Jackson dan belajar untuk mencintai orang lain. Selama itu Bambam yang bersama Jackson, ia rela.

Sepasang lengan melingkar di pinggang yang membuat Yugyeom tersadar dari lamunannya.

"Yugyeomie~ jangan pergi..." Jackson mengeluarkan jurus puppy eyesnya. Yugyeom menghela nafasnya. Tangannya terulur untuk mengelus rambut Jackson.

"Kita lihat saja bagaimana ke depannya." Ujar Yugyeom sambil tersenyum. Sementara Bambam hanya diam melihat Jackson bermanja dengan Yugyeom. Ada sedikit rasa iri dalam hatinya. Namun, bila itu Yugyeom yang bisa membahagiakan Jackson, ia akan mengalah. Ia tak mau memaksakan cintanya kepada Jackson.

.

.

.

.

.

.

Yugyeom terbangun di tengah malam karena rasa haus yang membakar kerongkongannya. Ia pun berjalan menuju dapur rumah Jackson. Ia melihat lampu dapur yang menyala. Ia berjalan mengendap-endap. Berjaga-jaga apa bila itu seorang perampok. Yugyeom bernafas lega ketika ia menemukan Bambam sedang minum di dapur. Namun, yang membuat Yugyeom heran adalah raut wajah Bambam yang terlihat murung.

Yugyeom mengambil segelas air dan meminumnya. Ia membawa gelas tersebut dan duduk di hadapan Bambam. Ia terus memperhatikan Bambam yang masih saja diam.

"Hyung? Kau kenapa?" Tanya Yugyeom khawatir. Bambam hanya menghela nafasnya dan menggeleng. Perlahan ia mengangkat wajahnya dan menatap Yugyeom.

"Kau pasti memiliki alasan lain kenapa ingin pergi kan?" Kali ini giliran Yugyeom yang menghela nafas. Bambam selalu tahu ketika ia menyembunyikan sesuatu. Yugyeom mengangguk pelan.

"Ya. Aku memilih pergi karena kupikir.. itu lah yang terbaik. Kau tau, menahan perasaan itu tidak enak." Ujar Yugyeom lirih.

"Memang tidak enak." Balas Bambam. Mereka berdua sudah pasrah. Mereka sama-sama berkorban untuk satu sama lain. Yugyeom merelakan Jackson untuk Bambam, tapi Bambam merelakan Jackson untuk Yugyeom.

"Kita menyukai orang yang sama. Kau pun pernah bilang kalau aku memang menyukainya kau akan merelakannya untukku. Tapi, kau tau kan. Aku tidak bisa begitu, aku tidak bisa membiarkanmu sakit, Bam." Ujar Yugyeom. Ini sungguh menyakitkan. Ia tak pernah menginginkan hal seperti ini terjadi. Mereka tidak mau bersaing untuk mendapatkan Jackson.

"Aku tak apa, Gyeom. Aku tidak sakit. Justru aku akan mengalah. Sungguh. Aku akan rela jika Jackson bahagia dengan orang yang ku percaya dan ku sayang." Bambam tersenyum ke arah Yugyeom. Yugyeom berdiri dan berjalan beberapa langkah menjauhi meja. Ia membelakangi Bambam.

"T-tapi, aku jadi tidak enak padamu, Bam." Ucap Yugyeom dengan suara bergetar. Tidak. Ia tidak bisa menerimanya. Lebih baik, ia menahan sakit ini daripada mementingkan egonya.

Bambam berjalan mendekati Yugyeom. Ia menepuk-nepuk kepala Yugyeom dan tersenyum.

"Sudah lah, jangan terlalu dipikirkan. Ayo, tidur lagi." Yugyeom mengangguk dan mereka pun kembali melanjutkan tidur mereka yang tertunda.

.

.

.

.

.

.

Beberapa hari setelah mereka wisuda Yugyeom menghilang tak ada kabar. Hari ini Bambam dan Jackson sedang bersantai di cafe dekat kampus lama mereka.

"Aish.. ini si Gyeom pabbo kemana sih." Ujar Jackson kesal. Ia terus mengecek ponselnya, berharap saja kalau Yugyeom akan menghubunginya. Bambam mengangguk, ia pun melakukan hal yang sama seperti Jackson.

"Menunggu bocah itu memberi kabar mah lama. Lebih baik kita langsung ke rumahnya saja." Usul Bambam.

"Benar juga... ayo kita ke rumahnya." Jackson segera bangkit dari tempat duduknya dan mengambil tasnya. Begitu pula dengan Bambam. Mereka pun bergegas ke rumah Yugyeom.

.

.

.

.

.

.

Sesampainya di rumah Yugyeom, kehadiran Bambam dan Jackson di sambut hangat oleh ibu Yugyeom. Ibu Yugyeom pun mempersilakan mereka duduk.

"Kalian pasti mencari Yugyeom ya?" Tebak ibu Yugyeom. Mereka berdua mengangguk.

"Yugyeom dimana, eomma?" Tanya Jackson. Ya, mereka memang sudah dibiasakan untuk memanggil ibu Yugyeom dengan sebutan eomma, mengingat mereka berdua tinggal jauh dari orang tua mereka. Bambam dan Jackson sudah menganggap ibu Yugyeom seperti ibu kandung mereka sendiri karena kedekatan mereka.

"Sejam yang lalu Yugyeom sudah berangkat untuk pergi ke Jepang. Ia akan tinggal bersama calon tunangannya dan melanjutkan pendidikannya disana." Keduanya terdiam. Ternyata Yugyeom tak main-main dengan perkataannya waktu itu.

"K-kapan pesawatnya akan berangkat?" Tanya Bambam.

"Sekitar 40 menit lagi." Bambam dan Jackson merutuk mendengar penuturan ibu Yugyeom. Mereka pun segera berpamit dan segera menyusul Yugyeom.

"Ah, tunggu sebentar! Bambam-ah, Yugyeom menyampaikan pesan untukmu. Ia bilang, tolong jaga Jackson baik-baik." Ucap ibu Yugyeom. Bambam yang mendengarnya terdiam. Yugyeom benar-benar memilih mundur.

Jackson yang juga mendengarnya mengernyitkan dahinya. Apa maksudnya? Ia akan menanyakan pada Bambam nanti.

"Baiklah, eomma. Kami pergi dulu." Bambam membungkukkan tubuhnya hormat. Ia pun menyusul Jackson dan segera berjalan mencari bus yang menuju bandara.

Selama dalam perjalanan mereka berdua diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Jackson mencoba menebak apa maksud dari perkataan ibu Yugyeom tadi. Menjaganya? Tapi, untuk apa?

"Bambam.. apa... maksud perkataan eomma tadi?" Tanya Jackson dengan suara pelan. Bambam menoleh dan menghela nafasnya.

"Yugyeom mempercayaiku untuk menjagamu, membahagiakanmu, hyung. Selain, karena ia akan menikah dan melanjutkan pendidikan di Jepang, ia pergi juga karena mengalah." Ujar Bambam.

"Mengalah? Mengalah untuk apa? Membahagiakanku? Apa maksudnya, Bam?" Bambam menarik nafas panjang. Ini lah waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya.

"Kami menyukaimu, hyung. Ah, bukan. Kami mencintaimu, hyung. Kami diam karena kami tidak mau membuat persahabatan kita hancur hanya karena masalah perasaan begini. Aku mengalah untuk Yugyeom jika ia memang mencintaimu. Lagi pula aku rela jika orang yang kusayang bahagia dengan orang yang kupercaya untuk membahagiakannya. Tapi, Yugyeom malah melakukan hal yang sama dan memilih pergi dengan orang yang dijodohkan dengannya." Bambam menunduk. Bukan begini yang dia mau. Ia tidak menginginkan ada yang pergi begini.

Jackson mengacak rambutnya frustrasi. Bagaimana ini semua bisa terjadi? Ia tak yakin jika harus memilih salah satu dari mereka. Ia tidak ingin Yugyeom pergi.

Sesampainya di bandara, keduanya segera turun dan mencari Yugyeom. Walau mereka sempat di hadang beberapa petugas tapi, ada hal yang harus mereka selesaikan.

"KIM YUGYEOM!!" teriak keduanya ketika melihat sosok pria tinggi yang sedang mengantri untuk masuk ke pesawat. Jackson dan Bambam berlari menghampiri Yugyeom dan memeluknya dengan begitu erat.

"Pabbo! Kenapa kau tak katakan pada kami kalau kau akan pergi hari ini?" Omel Bambam.

"Kau juga! Kenapa kau menahan perasaanmu dan tiba-tiba pergi begini? Kita bisa selesaikan ini. Kumohon, jangan pergi.." ujar Jackson lirih. Perlahan, ia merasakan setetes air mata keluar menuruni pipinya.

Jackson tidak mau memilih di antara keduanya. Apa lagi jika akan berakhir seperti ini. Yugyeom tersenyum miris. Ia mengusap rambut Jackson.

"Maaf hyung, Bam. Ku pikir memang begini lah seharusnya. Aku sudah memiliki calon, aku tidak bisa terus menyimpan perasaan ini. Apa lagi disini ada Bambam yang juga mencintaimu, hyung. Berbahagia lah dengannya, hyung." Ujar Yugyeom.

"Tidak, Gyeom. Jangan begini. Jika aku memang harus memilih, aku memilihmu, Gyeom." balas Jackson. Yugyeom melepas pelukannya dan menatap Jackson lalu beralih menatap Bambam.

"Tak apa, Gyeom. Kau tau kan aku akan rela ia bersamamu. Aku akan merelakannya bahagia dengan orang yang juga kusayang." Bambam menepuk bahu Yugyeom. Yugyeom menggeleng.

"Aku tidak bisa. Aku harus pergi sekarang. Aku percayakan Jackson hyung padamu, Bambam. Hyung, kau harus bahagia. Walau bukan denganku. Aku akan kembali ke Korea sesekali ketika liburan untuk bertemu kalian dan orang tuaku disini. Maaf, aku harus pergi." Yugyeom pun berjalan menjauhi Bambam dan Jackson sambil menarik kopernya.

Jackson mengacak rambutnya. Kenapa harus begini? Bambam yang melihatnya mendekat ke arahnya dan memeluknya erat. Tangis Jackson pun semakin menjadi. Ia membalas pelukan Bambam.

Di lain sisi, dengan berat hati Yugyeom pun memasuki kabin pesawat. Ia telah memutuskan semuanya. Ini lah yang memang seharusnya terjadi. Pilot pun mengumumkan bahwa pesawat akan segera lepas landas. Yugyeom menatap bandara yang akan ia tinggalkan dari jendela pesawat. Pesawat pun mulai bergerak dan meninggalkan bandara Incheon. Begitu pun dengan Yugyeom, ia akan meninggalkan kedua orang yang ia sayangi bersama dengan perasaannya kepada Jackson.

.

.

.

.

.

FIN

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top