Farewell «Jaebum/Mark»

Staring:
Im Jaebum
Mark Tuan

.
.
.

A/N: Sekali lagi... maafkan Blave yang membuat cerita baru huhuhu... otak ini jahat emang. Oh iya, ini ff tercipta karena Ve habis menonton FMV MarkBum This Star. Coba cari aja buat kalian yang ngeship mereka. Tbh, ini ff di ambil dari itu FMV dan digabung sama lagu GOT7 - Farewell. Ok- sebenernya Ve agak bingung karena some web ada yang translate judulnya jadi Farewell, ada yang translate jadi This Star. But, Ve ambil yang Farewell saja deh. Karena lebih merujuk ke perpisahannya sih hehe. Sooo~ hope you like it guys~ <HIGH RECOMMENDED! LISTEN TO GOT7 - FAREWELL WHILE READING THIS FIC!>

.

.

.

.

.

.

.

Tampak jalanan yang mulai dituruni oleh butiran-butiran putih yang menambah dinginnya malam. Orang-orang mempercepat jalannya agar sampai di rumah mereka dan menikmati hangatnya malam tak lupa ditemani oleh orang yang mereka sayangi atau sekadar menepi untuk menikmati secangkir kopi atau cokelat panas yang ditawarkan oleh cafe-cafe di sekitaran kota Seoul. Namun, semua itu tidak berlaku bagi seorang lelaki berkacamata. Ia memilih berdiam di pagar pembatas Sungai Han, melihat refleksi bintang-bintang di langit.

Lelaki itu bernama Im Jaebum. Setelah pergi meninggalkan teman-temannya tanpa alasan, ia memilih berdiam diri, membiarkan dirinya tenggelam dalam kenangan yang terputar di kepalanya layaknya sebuah film. Kenangan? Ya. Ia telah kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Orang itu bagaikan bintang untuknya. Satu-satunya bintang yang dapat ia raih. Ia pun merogoh sakunya, mengambil ponselnya, kemudian membuka galeri yang terdapat dalam ponselnya. Benda berbentuk persegi panjang itu menampakan sederetan foto. Dengan perlahan pun, ia membuka satu per satu foto tersebut. Mengembalikan ingatannya pada hari saat foto-foto tersebut di ambil.

Setetes air mata pun menuruni pipinya. Dengan sigap, ia langsung menghapus air mata tersebut. Ia masih tidak bisa merelakan ini. Siapa yang bisa merelakan orang yang sangat ia cintai meninggalkannya tanpa alasan dan memilih bersama orang lain? Itu lah yang Jaebum rasakan. Belum lagi, ia dapat melihat orang tersebut tertawa dengan bahagia bersama pilihannya yang baru. Bukan hanya sekali dua kali, tetapi setiap hari ia disuguhkan pemandangan seperti itu. Hati siapa yang tidak merasa tersiksa? Itu lah yang menjadi alasan mengapa ia berada di tempat ini sekarang.

Ia muak jika harus melihat Mark terus berdekatan dengan Jinyoung. Jauh dalam lubuk hatinya belum bisa merelakan pria berkebangsaan Amerika itu memilih Jinyoung daripada dirinya. Namun, ia sadar. Dirinya bukanlah siapa-siapa. Ia tidak bisa memberi dukungan, memberi kenyamanan pada Mark layak yang Jinyoung berikan. Ia pun bukan orang yang mudah mengekspresikan perasaannya selain senang dan marah. Bukannya menjelaskan secara langsung, ia justru membuat hal yang ia rasakan tersirat dalam lirik-lirik lagu yang ia buat.


Namun, apa boleh buat? Bak nasi telah menjadi bubur, begitu juga dengan perjalanan kisah cintanya. Sekarang ia hanya bisa memendam rasa cemburunya. Hanya bisa mengulang kenangan-kenangan mereka dalam pikirannya. Ia menyadari bahwa dirinya sangat bodoh. Ia selalu sibuk dengan kariernya sehingga tidak meluangkan waktu bagi orang yang ia cintai. Setelah Mark pergi, ia baru menyadari bahwa pria tersebut sangat berarti baginya. Bodoh bukan?

Jaebum merasa ponselnya bergetar pun melihat siapa yang mengganggu waktunya tersebut. Ia membeku ketika melihat siapa yang meneleponnya.

"Nae sarang..." gumam Jaebum. Ia tidak bergeming. Ia masih ragu, haruskah ia mengangkat telepon dari Mark atau tidak?

"....."

"Jaebum-ah, kau dimana? Kita semua mengkhawatirkanmu."

"Tidak usah khawatir. Aku hanya mencari udara. Namun, malam ini aku tidak akan kembali ke dorm. Kalian istirahatlah tanpa aku." Balas Jaebum dengan nada datar. Ia pun segera memutuskan sambungan teleponnya. Mark masih memerhatikan dirinya. Sedetik kemudian ia langsung menggeleng. Tidak. Mungkin itu hanya karena desakan para member. Iya kan? Hahaha. Ia terlalu bodoh jika berharap Mark masih peduli dengannya. Jelas-jelas Mark sudah bahagia dengan Jinyoung.

"Haaahh...." Jaebum menghela nafasnya. Ia menatap ke arah langit. Malam ini cukup banyak bintang. Meskipun langit juga ikut menangis bersamanya.

Flashback

"Hyung, lihatlah bintang-bintang itu. Indahkan?" ujar Jaebum sambil menatap Mark. Keduanya tengah menikmati pemandangan malam yang dihiasi oleh bintang-bintang di langit dari balkon dorm mereka. Mark mengangguk dengan antusias.

"Yup! Di perkotaan seperti ini, sangat jarang ada bintang-bintang. Bahkan di LA pun jarang ada. Ini sebuah pemandangan langka, Jaebum-ah." Balas Mark. Keduanya saling berpandangan. Jaebum menyunggingkan senyumnya.

"Tapi, masih ada yang lebih indah dari bintang-bintang itu."

"Hum?"

Jaebum terkekeh melihat kepolosan Mark yang tiba-tiba begini, membuatnya merasa gemas. "Iya. Ada satu bintang yang lebih indah, bintang itu bisa kuraih. Itulah dirimu." Ujar Jaebum. Mark memukul pelan bahu Jaebum.

"Chessy." Balas Mark. Jaebum hanya terkekeh kemudian merengkuh tubuh Mark yang lebih kecil darinya.

Jaebum menengadah. Kembali satu tetes air mata menuruni pipinya yang langsung ia hapus. Bahkan hangatnya malam pada kenangan itu mampu menghangatkan tubuhnya dari butir-butir salju yang menempel pada jaketnya. Setelah merasa cukup bernostalgia di Sungai Han, ia pun mengecek ponselnya. Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Ia perlu tempat untuk beristirahat. Namun, bukan dorm. Justru tempat itu lah yang paling ia hindari saat ini. Jaebum membalikkan tubuhnya, tapi langkahnya terhenti. Suatu hal yang tak pernah ia bayangkan ada tepat di hadapannya.

"Jaebum-ah..." suara Mark terdengar begitu lirih. Ia tidak bodoh. Ia tentu tau perubahan sikap Jaebum setelah ia memutuskan pria tersebut. Jaebum mencoba tidak menumpahkan perasaannya.

"Sedang apa kau disini?" ucapannnya terdengar begitu menusuk. Tidak ada keramahan dalam nada bicaranya. Aku merindukanmu, hyung.. teriak batinnya. Namun, ia harus bisa menahan itu semua.

"Pulanglah. Kami menunggumu." Balas Mark. Cukup lama Jaebum terdiam.

"Tidak. Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak akan kembali ke dorm?"

"Jae-"

"Sudahlah! Jangan ganggu aku!" bentak Jaebum yang membuat Mark tersentak. Semarahnya Jaebum, ia tidak pernah membentak Mark. Tak lama setelah itu, Jaebum menyadari kesalahannya. "Maaf, aku sedang banyak pikiran. Pulanglah. Jinyoung pasti mengkhawatirkanmu." Ujar Jaebum. Dapat terdengar nadanya yang lirih tersirat kecemburuan yang mendalam. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia pun memutuskan untuk langsung pergi sebelum Mark akan terus menahannya.

"Ternyata Jinyoung benar. Kau memang tidak mencintaiku, Jaebum-ah..." gumam Mark yang terdengar begitu memilukan. Ia sangat berharap bahwa perkataan Jinyoung itu salah, keputusannya untuk meninggalkan Jaebum itu salah. Namun, sikap pria itu telah menjelaskan semuanya. Mark pun hanya bisa menatap kepergian pria tersebut dalam diam.

.

.

.

.

.


FIN

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top